Mohon tunggu...
Rizki  Aprilia N. A.
Rizki Aprilia N. A. Mohon Tunggu... Lainnya - A Writer.

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berempati terhadap Karya Sastra Indonesia Melalui Apresiasi Puisi

8 Juni 2023   21:30 Diperbarui: 8 Juni 2023   21:36 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Puisi tidak hanya diciptakan untuk hiburan semata, tetapi juga memiliki makna yang dapat diambil dan dijadikan pelajaran dalam kehidupan sebab puisi berasal dari hasil pemikiran seorang penyair yang muncul dari perasaan, emosi, atau pengalaman hidup, yang kemudian diekspresikan melalui tulisan. Seperti yang kita ketahui, mengubah apa yang kita pikirkan di kepala menjadi bentuk kata-kata tertulis bukan perkara mudah. Sebagai penikmat puisi, sudah selayaknya kita memberi apresiasi atas usaha para penyair yang berhasil melahirkan puisi-puisi yang luar biasa. Bukan tanpa alasan, apresiasi puisi selain memberikan penghargaan terhadap penyairnya membuat penikmatnya menjadi lebih peka dan memiliki rasa empati terhadap karya sastra.

Empati dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang dapat melihat dirinya memiliki perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain. Berempati dengan puisi berarti seseorang dapat merasakan perasaan yang disampaikan oleh penyair melalui puisi. Contohnya, puisi bertemakan kesedihan akan mempengaruhi pembacanya agar ikut terhanyut dalam kesedihan tersebut, sementara puisi bertemakan percintaan akan membangkitkan perasaan yang membuat pembacanya merasakan sensasi seperti kupu-kupu berterbangan di dalam perut.

Sebuah puisi karya W. S. Rendra yang berjudul "Kangen" dapat menjadi gambaran.

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku

menghadapi kemerdekaan tanpa cinta.

 

Kau tak akan mengerti segala lukaku

karna cinta telah sembunyikan pisaunya.

Membayangkan wajahmu adalah siksa.

Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.

Engkau telah menjadi racun bagi darahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun