Mohon tunggu...
Rizki Anggara
Rizki Anggara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya "Rizki Anggara" Seorang Mahasiswa Dari Universitas Lambung Mangkurat Program Studi S1 Geografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menggali Potensi Lahan Basah: Respon Masyarakat di Kecamatan Banjarmasin Tengah

8 Oktober 2024   12:40 Diperbarui: 8 Oktober 2024   12:41 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 7 Kak Aulia dan Kak Desi (Umur 21 Tahun)

• Penulis: Rizki Anggara

• NIM: 2410416310035

• Status: Mahasiswa S1 Universitas Lambung Mangkurat

• Program Studi: S1 Geografi

• Dosen Pengampu: Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si, M.Si.

•Perguruan Tinggi Negeri: Universitas Lambung Mangkurat

• Mata kuliah: Lahan Basah

• Fakultas: Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu politik

• Mahasiswa universitas lambung Mangkurat prodi S1 geografi fakultas ilmu sosial dan politik

Lahan basah, atau wetland, adalah wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik secara permanen maupun musiman. Karakteristik utama lahan basah mencakup muka air yang dangkal dan keberadaan vegetasi khas yang dapat tumbuh di kondisi tersebut. Lahan basah berfungsi sebagai ekosistem yang penting, mendukung keanekaragaman hayati, serta berperan dalam pengendalian banjir, penyimpanan karbon, dan penyediaan sumber daya alam.

Contoh lahan basah meliputi:

Tanaman pangan, Holtikultura Buah, Holtikultura Sayur, Perkebunan, Perikanan, dan Peternakan 

Di Kecamatan Banjarmasin Tengah, lahan basah merupakan bagian dari ekosistem yang lebih luas di Kalimantan Selatan. Luas total lahan basah di provinsi ini mencapai sekitar 1.194.471,98 hektare, yang setara dengan 32,39 persen dari total daratan. Meskipun tidak ada data spesifik untuk Kecamatan Banjarmasin Tengah, diperkirakan kecamatan ini juga berkontribusi signifikan. Oleh karena itu, pengelolaan lahan basah di Banjarmasin Tengah sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekologi dan mendukung perekonomian lokal melalui sektor perkebunan dan perikanan. Diperlukan upaya konservasi dan pengelolaan berkelanjutan agar manfaat lahan basah dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Namun, potensi tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik. Masyarakat menghadapi berbagai kendala dalam mengelola lahan basah ini agar dapat memperoleh manfaat yang berkelanjutan dan maksimal.

1.) Pasar Lama

Gambar 1 Pak Fikri (Umur 35 Tahun)
Gambar 1 Pak Fikri (Umur 35 Tahun)

Dalam wawancara ini, Pak Fikri, seorang peternak dari Kecamatan Banjarmasin Tengah, mengungkapkan pandangannya tentang potensi lahan basah yang dimilikinya. Ia sangat menghargai manfaat lahan tersebut dalam mendukung usaha peternakan kambing dan sapi. Menurutnya, peternakan ini tidak hanya memberikan pendapatan tambahan melalui penjualan kambing dan sapi untuk aqiqah, qurban, dan tasmiyah, tetapi juga dari hasil susu yang dihasilkan. "Dengan cara ini, saya dapat meningkatkan ekonomi keluarga," ujarnya. Pak Fikri juga menekankan bahwa peternakan yang berkelanjutan memberikan dampak positif bagi ekosistem dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Ia menambahkan, "Produk sampingan seperti kompos dapat digunakan sebagai pupuk alami yang meningkatkan kualitas tanah dan hasil panen."

Gambar 2 Pak Yasir (Umur 45 Tahun)
Gambar 2 Pak Yasir (Umur 45 Tahun)

Bapa Yasir sebagai penduduk asli pasar lama memberikan tanggapan mengenai lahan basah untuk hortikultura buah di Pasar Lama dan tantangannya. Ia menjelaskan bahwa lahan basah memiliki potensi besar untuk budidaya buah-buahan seperti pisang, jeruk, dan mangga, yang sebelumnya dapat memberikan hasil melimpah dan meningkatkan pendapatan petani. Namun, saat ini, tantangan utama yang dihadapi adalah perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan ekstrem dan banjir, membuat kondisi lahan menjadi terlalu basah. "Akibatnya, akar tanaman mudah membusuk, dan pertumbuhan buah menjadi terhambat," ujar Bapa Yasir. Ia menekankan perlunya inovasi dalam pengelolaan lahan basah agar dapat mempertahankan keberlanjutan produksi hortikultura dan menjaga ketahanan pangan di tengah tantangan lingkungan yang semakin berat.

2.) Kampung Melayu 

Gambar 3 Bu Ayun ( Umur 37 Tahun)
Gambar 3 Bu Ayun ( Umur 37 Tahun)

Bu Ayun, sebagai seorang ibu rumah tangga yang sering mengunjungi tempat kuliner soto apung di Kelurahan Kampung Melayu, memberikan tanggapannya mengenai lahan basah sebagai tempat kuliner. Menurut Bu Ayun, Lahan basah yang digunakan sebagai tempat kuliner soto apung dapat menawarkan pengalaman unik bagi pengunjung. Soto apung yang disajikan di atas air dapat memberikan rasa yang lebih segar dan khas. Lahan basah juga dapat menambahkan estetika dengan pemandangan alami yang indah, seperti tumbuhan air dan ikan air tawar.

Tantangan: Namun menurut pandangan Bu Ayun, lahan basah juga memiliki kekurangan, seperti perlu perawatan khusus untuk menjaga kualitas air dan mencegah penyebaran penyakit. Selain itu, keberadaan lahan basah dapat mempengaruhi kenyamanan pengunjung, terutama jika cuaca tidak mendukung.

Gambar 4 Kak Lida (Umur 17 Tahun)
Gambar 4 Kak Lida (Umur 17 Tahun)

Tanggapan Kak Lida sebagai turis saat mengunjungi Kelurahan Kampung Melayu dan mengenai lahan basah wisata di sana menurut nya, Mengunjungi lahan basah wisata memberikan pengalaman unik bagi turis. Soto apung yang disajikan di atas air dapat memberikan rasa yang lebih segar dan khas, serta menambahkan estetika dengan pemandangan alami yang indah. Namun, Kak Lida mungkin juga memiliki beberapa kekhawatiran tentang kenyamanan dan kualitas pengalaman wisata di lahan basah. Perlu perawatan khusus untuk menjaga kualitas air dan mencegah penyebaran penyakit, serta memastikan kebersihan dan kenyamanan bagi pengunjung.

3.) Antasan Besar 

Gambar 5 Kak Lailati dan Kak Nabila (Umur 20 Tahun)
Gambar 5 Kak Lailati dan Kak Nabila (Umur 20 Tahun)
Kak Lailati dan Ka Nabila mahasiswi UIN Antasari, mengungkapkan bahwa lahan basah perikanan di Kelurahan Antasan Besar memiliki nilai ekonomi yang penting. Lahan ini menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat melalui budidaya ikan, yang juga mendukung ketahanan pangan dan pengelolaan air yang efektif. Dengan pengelolaan yang tepat, hasil budidaya ikan ini bisa dijual ke pasar saat sudah panen, sehingga memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat.

Gambar 6 Pak Ridho (Umur 31 Tahun)
Gambar 6 Pak Ridho (Umur 31 Tahun)

Pak Ridho, seorang pedagang younkis pizza di Antasan Besar, mengungkapkan bahwa budidaya cabai di lahan basah di Antasan Besar sangat menjanjikan. Menurutnya, lahan ini sangat mendukung pertumbuhan cabai yang optimal karena kelembapan dan kesuburan tanahnya."Dengan teknik budidaya yang tepat, seperti menggunakan varietas unggul dan mengelola hama secara efektif, petani dapat meningkatkan hasil panen," jelasnya.

Selain itu, beliau menyebutkan bahwa cabai merupakan komoditas bernilai tinggi yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. "Pengelolaan yang baik juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan lokal," tambah Pak Ridho. Hasil budidaya cabai ini bisa dijual ke pasar saat sudah panen, sehingga memperkuat ekonomi masyarakat setempat.

4.) Seberang Mesjid

Gambar 7 Kak Aulia dan Kak Desi (Umur 21 Tahun)
Gambar 7 Kak Aulia dan Kak Desi (Umur 21 Tahun)

Tanggapan Kak Aulia dan Kak Desi  seorang mahasiswi universitas Lambung Mangkurat Fakultas Hukum tentang Pemanfaatan Lahan Basah di Siring sebagai Objek Wisata

Kak Aulia: "Pemanfaatan lahan basah di Siring sebagai objek wisata sangat menarik. Pengunjung dapat menikmati keindahan alam dan keragaman hayati di sepanjang sungai, seperti yang dilakukan di Sungai Biuku di Kota Banjarmasin. Sungai Biuku menawarkan pengalaman unik bagi pengunjung untuk mengeksplorasi ekosistem sungai yang kaya akan keanekaragaman hayati."

Kak Desi: "Selain itu, Kompleks makam Sultan Suriansyah di Banjarmasin merupakan contoh pemanfaatan lahan basah sebagai tempat wisata budaya. Tempat ini menawarkan sejarah dan keindahan arsitektur yang sangat menarik. Pengunjung dapat belajar tentang sejarah dan budaya setempat sambil menikmati keindahan arsitektur yang unik."

Gambar 8 Pak Amin ( Umur 50 Tahun)
Gambar 8 Pak Amin ( Umur 50 Tahun)

Tanggapan Pak Amin tentang Pemanfaatan Lahan Basah Siring sebagai Pasar Terapung. "Menurutnya,Pasar terapung ini terletak di pusat kota Banjarmasin, sehingga sangat mudah diakses oleh para wisatawan. Keberadaannya yang dekat dengan objek wisata lain, seperti Menara Pandang Banjarmasin dan Tugu Bekantan, menjadi nilai tambah tersendiri. Di pasar ini, para pedagang menawarkan berbagai macam barang, mulai dari buah-buahan dan sayur-sayuran hingga rempah-rempah. Tak ketinggalan, produk lokal seperti batu permata khas Banjarmasin dan kain tenun Sasirangan juga tersedia di sini."

Tantangan yang Dihadapi: "Namun, tegas Pak Amin juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah dampak lingkungan. Pengembangan pariwisata di pasar terapung ini berpotensi menimbulkan polusi dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pengelolaan yang berkelanjutan agar ekosistem sungai Martapura tetap terjaga."

5.) Kampung Gadang 

Gambar 9 Kak Luthfi (Umur 19 Tahun)
Gambar 9 Kak Luthfi (Umur 19 Tahun)

Tanggapan Kak Luthfi Mengenai Lahan Basah sebagai Tanaman Pangan Khususnya Kelapa di Kecamatan Banjarmasin Tengah

Kak Luthfi menekankan bahwa lahan basah, khususnya lahan gambut, memiliki potensi yang signifikan untuk pengembangan tanaman kelapa di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan yang dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian lokal dan nasional.Potensi Lahan Basah untuk Kelapa ketersediaan Ketersediaan Air lahanLahan gambut di Banjarmasin Tengah memiliki ketersediaan air yang melimpah, yang sangat mendukung pertumbuhan tanaman kelapa. Kondisi ini berbeda dengan lahan kering, di mana ketersediaan air sering menjadi kendala. Air yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan akar dan produksi buah kelapa.

Tantangan yang harus dihadapi:

Kondisi Drainase: Meskipun lahan gambut memiliki ketersediaan air yang baik, masalah drainase sering muncul. Genangan air dapat menghambat pertumbuhan akar kelapa, sehingga perlu adanya sistem tata air yang baik untuk mencegah genangan berlebihan.

Gambar 10 Pak Ardi ( Umur 40 Tahun)
Gambar 10 Pak Ardi ( Umur 40 Tahun)

Pak Ardi memberikan tanggapan mengenai kurangnya lahan basah untuk perkebunan di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Menurut informasi yang ada, wilayah ini memang tidak memiliki banyak lahan pertanian yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan oleh pesatnya pembangunan pemukiman yang mengurangi luas wilayah pertanian, sehingga Banjarmasin Tengah hampir tidak memiliki daerah pertanian yang signifikan.

6.) Teluk Dalam

Gambar 11 Pak Surya ( Umur 60 Tahun)
Gambar 11 Pak Surya ( Umur 60 Tahun)

Pak Surya seorang pengusaha warung makan lalapan melihat lahan basah di Kelurahan Teluk Dalam sebagai aset berharga untuk bisnis warung makan lalapannya. Menggunakan lahan basah untuk menanam sayuran segar memungkinkan dia mendapatkan bahan baku berkualitas dan lebih murah. Hal ini tidak hanya meningkatkan rasanya, tetapi juga menarik pelanggan yang peduli dengan keberlanjutan dan produk lokal.

Sayangnya, ia khawatir tentang alih fungsi lahan yang umum terjadi. Jika lahan basah terus berkurang, pasokan sayuran segar akan terancam, dan itu akan berdampak langsung pada bisninya. Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan mengelola lahan basah dengan baik agar tetap mendukung usaha kuliner mereka.

Gambar 12 Pak Alim ( Umur 28 Tahun)
Gambar 12 Pak Alim ( Umur 28 Tahun)

Pak Alim seorang pekerja di Dukcapil, memberikan pandangan singkat tentang lahan basah di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Ia menyampaikan bahwa lahan basah di sana memiliki potensi besar dalam pengelolaan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat. Namun, ia juga mengkhawatirkan dampak alih fungsi lahan yang sering terjadi, seperti pembangunan permukiman dan industri, yang dapat merugikan ekosistem lahan basah.

Untuk mengoptimalkan potensi lahan basah, Pak Alim menyarankan pentingnya pengelolaan berkelanjutan yang memprioritaskan kearifan lokal dan prinsip-prinsip lingkungan. Dengan demikian, lahan basah dapat tetap menjadi sumber daya yang berharga bagi masyarakat setempat dan lingkungan sekitarnya.

Kesimpulan

Dalam wawancara yang dilakukan, berbagai pihak memberikan pandangan mereka mengenai potensi dan tantangan lahan basah di daerah Banjarmasin khususnya Kecamatan Banjarmasin Tengah 

-Pak Fikri, seorang peternak, menyoroti manfaat lahan basah untuk usaha peternakan kambing dan sapi, yang tidak hanya memberikan pendapatan dari penjualan hewan untuk aqiqah dan qurban, tetapi juga dari hasil susu. Ia percaya bahwa peternakan berkelanjutan dapat mendukung ekonomi keluarga dan memberikan dampak positif bagi lingkungan.

-Bu Ayun, seorang ibu rumah tangga, menilai lahan basah sebagai lokasi kuliner soto apung yang menawarkan pengalaman unik dengan sajian yang lebih segar. Namun, ia juga mencatat perlunya perawatan khusus untuk menjaga kualitas air dan kenyamanan pengunjung.

-Bapa Yasir, penduduk asli Pasar Lama, menjelaskan potensi lahan basah untuk budidaya buah-buahan, meskipun ia mengingatkan tentang tantangan perubahan iklim yang dapat merusak tanaman. Ia menekankan pentingnya inovasi dalam pengelolaan lahan agar produksi hortikultura tetap berkelanjutan.

-Kak Lailati dan Ka Nabila, mahasiswi UIN Antasari, menggarisbawahi nilai ekonomi lahan basah untuk perikanan yang mendukung ketahanan pangan. Sementara 

-Pak Ridho menekankan potensi cabai sebagai komoditas bernilai tinggi di lahan basah.

-Kak Auliadan *Kak Desi mengungkapkan bahwa lahan basah dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata dengan keindahan alam yang menarik. Namun, Pak Amin memperingatkan tentang dampak lingkungan dari pengembangan pariwisata di pasar terapung.

Kak Luthfi menyoroti potensi lahan gambut untuk pengembangan kelapa di Banjarmasin Tengah , tetapi juga mengingatkan tentang masalah drainase yang perlu diatasi. 

-Pak Ardi dan Pak Surya menyampaikan kekhawatiran tentang kurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan untuk pemukiman, yang dapat mengancam pasokan bahan baku segar bagi usaha kuliner.

Akhirnya, Pak Alim menekankan pentingnya pengelolaan berkelanjutan untuk memaksimalkan potensi lahan basah sambil menjaga keseimbangan ekosistem. Semua pandangan ini menunjukkan bahwa meskipun lahan basah memiliki banyak potensi untuk ekonomi lokal dan keberlanjutan lingkungan, tantangan seperti perubahan iklim dan alih fungsi lahan perlu ditangani dengan serius.

Sumber:

https://upa.llb.ulm.ac.id/mengenal-lahan-basah/

https://almasdi.staff.unri.ac.id/files/2022/01/Buku-Lahan-Basah-ISBN-2022.pdf

https://kalsel.antaranews.com/berita/431539/klhk-sebut-ulm-punya-peran-strategis-kelola-lahan-basah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun