Pak Ardi memberikan tanggapan mengenai kurangnya lahan basah untuk perkebunan di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Menurut informasi yang ada, wilayah ini memang tidak memiliki banyak lahan pertanian yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan oleh pesatnya pembangunan pemukiman yang mengurangi luas wilayah pertanian, sehingga Banjarmasin Tengah hampir tidak memiliki daerah pertanian yang signifikan.
6.) Teluk Dalam
Pak Surya seorang pengusaha warung makan lalapan melihat lahan basah di Kelurahan Teluk Dalam sebagai aset berharga untuk bisnis warung makan lalapannya. Menggunakan lahan basah untuk menanam sayuran segar memungkinkan dia mendapatkan bahan baku berkualitas dan lebih murah. Hal ini tidak hanya meningkatkan rasanya, tetapi juga menarik pelanggan yang peduli dengan keberlanjutan dan produk lokal.
Sayangnya, ia khawatir tentang alih fungsi lahan yang umum terjadi. Jika lahan basah terus berkurang, pasokan sayuran segar akan terancam, dan itu akan berdampak langsung pada bisninya. Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan mengelola lahan basah dengan baik agar tetap mendukung usaha kuliner mereka.
Pak Alim seorang pekerja di Dukcapil, memberikan pandangan singkat tentang lahan basah di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Ia menyampaikan bahwa lahan basah di sana memiliki potensi besar dalam pengelolaan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat. Namun, ia juga mengkhawatirkan dampak alih fungsi lahan yang sering terjadi, seperti pembangunan permukiman dan industri, yang dapat merugikan ekosistem lahan basah.
Untuk mengoptimalkan potensi lahan basah, Pak Alim menyarankan pentingnya pengelolaan berkelanjutan yang memprioritaskan kearifan lokal dan prinsip-prinsip lingkungan. Dengan demikian, lahan basah dapat tetap menjadi sumber daya yang berharga bagi masyarakat setempat dan lingkungan sekitarnya.
Kesimpulan
Dalam wawancara yang dilakukan, berbagai pihak memberikan pandangan mereka mengenai potensi dan tantangan lahan basah di daerah Banjarmasin khususnya Kecamatan Banjarmasin TengahÂ