Mohon tunggu...
Rizki Ananda
Rizki Ananda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa/Universitas Islam Negeri K. H. Abdurrahman Wahid

Membaca/Tertutup/Sains dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Organisasi vs. Fraud Akuntansi: Strategi Membangun Kepercayaan

6 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 6 Desember 2024   07:05 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era modern yang ditandai dengan transparansi dan digitalisasi, fraud akuntansi masih menjadi momok yang menghantui banyak organisasi. Meski telah banyak perusahaan menerapkan sistem pengawasan yang canggih, masalah ini sering kali bermuara pada aspek yang sulit diukur: budaya organisasi. Tulisan ini akan membahas bagaimana budaya organisasi yang kuat dapat menjadi benteng melawan fraud akuntansi sekaligus strategi untuk membangun kepercayaan.  

Budaya organisasi mencerminkan nilai, norma, dan perilaku yang menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Ketika budaya organisasi menekankan integritas, transparansi, dan akuntabilitas, karyawan cenderung mengikuti standar etika yang tinggi, termasuk dalam pelaporan keuangan. Sebaliknya, budaya yang permisif terhadap pelanggaran atau lebih mementingkan hasil tanpa memedulikan cara mencapainya dapat membuka celah bagi fraud.  

Menurut studi, perusahaan dengan budaya organisasi yang lemah 70% lebih rentan terhadap fraud akuntansi dibandingkan perusahaan yang memiliki nilai-nilai kuat dalam hal etika dan kepercayaan. Oleh karena itu, membangun budaya yang sehat menjadi langkah krusial untuk meminimalkan risiko fraud.  

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi budaya organisasi  

1. Kepemimpinan yang Berintegritas 

Pemimpin memiliki peran vital dalam membentuk budaya organisasi. Jika pemimpin menunjukkan contoh perilaku yang etis, karyawan akan lebih termotivasi untuk mengikuti jejak tersebut. Pemimpin yang toleran terhadap pelanggaran justru memberi sinyal bahwa fraud bisa diterima.  

2. Sistem Penghargaan dan Sanksi 

Sistem penghargaan yang berfokus pada hasil tanpa mempertimbangkan proses sering kali mendorong karyawan untuk mencari jalan pintas, termasuk melakukan kecurangan. Sebaliknya, penghargaan yang menghormati integritas dapat memperkuat budaya anti-fraud.

3. Peningkatan Keterbukaan dan Komunikasi
Organisasi yang mendukung keterbukaan akan menciptakan ruang bagi karyawan untuk melaporkan potensi pelanggaran tanpa rasa takut. Saluran pelaporan anonim atau program whistleblowing yang efektif dapat membantu mencegah dan mendeteksi fraud lebih awal.  

Beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk membangun kepercayaan melalui budaya organisasi, antara lain:  

1. Edukasi dan Pelatihan Etika  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun