Nama : Rizki Amaliya
Nim : 2410416320025
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Prodi : S1 Geografi
Kelas : B
Mata Kuliah : Penginderaan Jauh
Dosen Pengampu : Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si., M.Pi
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PENGINDERAAN JAUH
Penginderaan jauh atau inderaja (remote sensing) adalah seni dan ilmu untuk mendapatkan informasi tentang obyek, area atau fenomena melalui analisa terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah ataupun fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1979).
Alat yang dimaksud dalam pengertian diatas adalah alat pengindera atau sensor. Pada umumnya sensor dibawa oleh wahana baik berupa pesawat, balon udara, satelit maupun jenis wahana yang lainnya ( Sutanto,1987). Hasil perekaman oleh alat yang dibawa oleh suatu wahana ini selanjutnya disebut sebagai data penginderaan jauh.
Lindgren(1985 dalam Sutanto, 1987) mengungkapkan bahwa penginderaan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi, infomasi ini khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh terdiri atas 3 komponen utama yaitu obyek yang diindera, sensor untuk merekam obyek dan gelombang elektronik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan bumi. Interaksi dari ketika komponen ini menghasilkan data penginderaan jauh yang selanjutnya melalui proses interpretasi dapat diketahui jenis obyek area ataupun fenomena yang ada.
Perkembangan penginderaan jauh ini semakin cepat seiring dengan kemajuan teknologi dirgantara. Sebelumnya penginderaan jauh lebih banyak menggunakan pesawat udara dan balon udara dalam perekaman data permukaan bumi, tetapi seiring dengan perkembangan penerbangan antariksa dan penggunaan satelit untuk berbagai kepentingan termasuk didalamnya perekaman permukaan bumi, maka penginderaan jauh tumbuh berkembang semakin cepat. Demikian pula halnya dengan penggunaan sensor yang di bawa oleh berbagai wahana juga mengalami peningkatan baik dalam jenis sensor yang digunakan maupun tingkat kedetailan hasil penginderaan.
Satelit pertama yang berhasil diluncurkan dalam rangka monitoring sumber daya bumi adalah satelit ERTS (Earth Resources Technology Satelite) yang diluncurkan pada tahun 1972. Hingga saat ini telah ratusan jenis satelit dengan berbagai tingkat ketelitian dan berbagai panjang gelobang digunakan untuk berbagai kajian permukaan bumi.
Beberapa contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah:
1. Identifikasi penutupan lahan (landcover)
2. Identifikasi dan monitoring pola perubahan lahan
3. Manajemen dan perencanaan wilayah
4. Manajemen sumber daya hutan
5. Eksplorasi mineral
6. Pertanian dan perkebunan
7. Manajemen sumber daya air
8. Manajemen sumber daya laut
Secara umum dapat dikatakan bahwa penginderaan jauh dapat berperan dalam mengurangi secara signifikan kegiatan survey terestrial dalam inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam. Kegiatan survey terestris dengan adanya teknologi ini hanya dilakukan untuk membuktikan suatu jenis obyek atau fenomena yang ada dilapangan untuk disesuaikan dengan hasil analisa data.
Pengambilan data spasial sendiri dilapangan dapat menggunakan metode trestrial survey atau metode graound base dan juga metode penginderaan jauh. Kedua metode itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
* Metode ground based, merupakan metode pengambilan data secara langsung dilapangan. Pengukuran dilakukan secara in-situ melalui kegiatan survey lapangan.
* Metoda penginderaan jauh (Remote Sensing), merupakan pengukuran dan pengambilan data spasial berdasarkan perekaman sensor pada perangkat kamera udara, scanner, atau radar. Contoh hasil perekaman yang dimaksud adalah citra.
* Metoda penginderaan jauh (Remote Sensing), merupakan pengukuran dan pengambilan data spasial berdasarkan perekaman sensor pada perangkat kamera udara, scanner, atau radar. Contoh hasil perekaman yang dimaksud adalah citra.
FRAMING TEXT
Framing text adalah teknik yang digunakan dalam penulisan dan desain untuk menyoroti, mengatur, atau mengarahkan perhatian pada teks atau informasi tertentu dengan cara tertentu. Berikut adalah rincian mengenai framing text:
1. Definisi dan Konsep Dasar
Framing text merujuk pada cara teks disusun, dikelompokkan, atau dipresentasikan untuk memberikan konteks atau makna tertentu. Teknik ini dapat melibatkan perubahan gaya, struktur, atau tata letak teks agar informasi lebih jelas dan efektif.
2. Teknik Framing Teks
Penggunaan Heading dan Subheading: Menyusun teks dalam bagian-bagian dengan heading yang jelas membantu pembaca untuk memahami struktur dan navigasi konten.
Penekanan dan Format: Menggunakan bold, italic, atau underline untuk menekankan bagian penting dari teks. Misalnya, istilah kunci atau poin utama sering diberi format khusus.
Bullet Points dan Numbered Lists: Memudahkan pembaca dalam memproses informasi dengan menyajikannya dalam format daftar, yang memecah teks menjadi elemen yang lebih mudah dibaca.
Penggunaan Blok Teks: Memisahkan teks dengan ruang kosong atau garis pemisah untuk menandai bagian-bagian penting atau untuk memisahkan informasi yang berbeda.
Kolom dan Tabel: Menyusun informasi dalam kolom atau tabel untuk perbandingan dan penataan data yang lebih baik.
3. Tujuan Framing Teks
Meningkatkan Keterbacaan: Mempermudah pembaca untuk menemukan dan memahami informasi yang relevan dengan memformat teks secara jelas dan terorganisir.
Menyoroti Informasi Penting: Mengarahkan perhatian pada bagian tertentu dari teks untuk memastikan informasi yang penting tidak terlewatkan.
Menyediakan Struktur: Membantu dalam penyajian informasi secara sistematis sehingga pembaca dapat mengikuti alur ide atau argumen dengan lebih mudah.
4. Prinsip-prinsip Framing Teks
Konsistensi: Menggunakan teknik framing dengan konsisten di seluruh dokumen untuk menjaga keteraturan dan kejelasan.
Kesesuaian: Memilih teknik framing yang sesuai dengan tujuan dan audiens, misalnya menggunakan bullet points untuk daftar yang panjang atau heading untuk topik yang berbeda.
Kesederhanaan: Menghindari penggunaan teknik framing yang berlebihan atau rumit yang bisa membingungkan pembaca.
5. Aplikasi dalam Desain
Dokumen dan Laporan: Menyusun laporan atau dokumen teknis dengan heading, bullet points, dan tabel untuk presentasi yang jelas.
Website dan Aplikasi: Menggunakan layout, font, dan warna untuk framing teks dalam antarmuka pengguna agar informasi lebih mudah diakses dan dinavigasi.
Pemasaran dan Media: Menggunakan teknik framing untuk menarik perhatian pada elemen penting dalam materi iklan atau artikel berita.
Framing text merupakan alat penting dalam komunikasi tertulis untuk memastikan pesan yang disampaikan efektif dan mudah dipahami
Kabupaten Tebo adalah kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Kabupaten Bungo Tebo, tanggal 12 Oktober 1999. Pada pertengahan tahun 2024, kabupaten Tebo memiliki jumlah penduduk sebanyak 367.251 jiwa. Kabupaten yang berbatasan dengan provinsi Riau dan Sumatera Barat ini, beribukota di Muara Tebo.
Kabupaten Tebo berada pada posisi bagian barat Provinsi Jambi tepatnya terletak diantara  titik koordinat 0 52' 32" - 01 54' 50" LS dan 101 48' 57" - 102 49' 17" BT, Kabupaten Tebo dipengaruhi oleh iklim tropis dan wilayah dan berada pada ketinggian antara 50 - 1.000 mdpl.
Luas wilayah Kabupaten Tebo yaitu 646.100 Ha atau 11,86% dari luas wilayah Provinsi Jambi, yang  terdiri dari 12 kecamatan, 107 desa dan 5 kelurahan. Luas kecamatan terbesar adalah Kecamatan Sumay seluas 129.695,95 Ha atau 20,1% dari luas wilayah seluruh Kabupaten Tebo. Secara administrasi Kabupaten Tebo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara  : Kabupaten Indragiri Hulu (Provinsi Riau)
Sebelah Selatan : Kabupaten Merangin dan  Kabupaten Bungo
Sebelah Barat  : Kabupaten Bungo dan Kab. Damasaraya (Prov. Sumbar)
Sebelah Timur  : Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kab. Batanghari
Kabupaten  Tebo secara wilayah administratif terdiri dari 12 kecamatan, 5 kelurahan, dan 107 desa. Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan sebagai berikut :
Topografi Kabupaten Tebo umumnya merupakan dataran rendah dan sedikit berbukit dan rawa-rawa dengan kemiringan bervariasi. Adapun luas lahan berdasarkan kemiringannya yaitu kemiringan 0-2% seluas 66.400 Ha (10,28%), kemiringan 2-15% seluas 456.800 Ha (70.70%), kemiringan 16-40% seluas 80.000 Ha (16,38%) dan dengan kemiringan 40% seluas 42.900 Ha (6,64%),Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan kawasan Kabupaten Tebo dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu daerah dataran rendah dengan ketinggian < 50 M di Kec. Tebo Ilir, dataran rendah dengan  ketinggian 50 -- 100 meter di Kecamatan Tebo Tengah dan Rimbo Bujang. Daerah tinggi dengan ketinggian sedang di antara 100 -- 1000 M di Kecamatan Sumay.
Melalui artikel ini saya telah mengalisa beberapa berita terkini mengenai permasalahan lingkungan dan juga bencana yang ada di Kabupaten Tebo.Berikut hasil analisa saya:
KESIMPULAN
Kesimpulan dari Daftar Bencana dan Masalah Lingkungan di Kabupaten Tebo:
1.Frekuensi dan Jenis Bencana: Kabupaten Tebo mengalami berbagai jenis bencana dan masalah lingkungan, dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan banjir menjadi kejadian yang paling sering terjadi. Longsor juga merupakan masalah signifikan yang mempengaruhi daerah ini.
2.Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla): Kebakaran hutan dan lahan terjadi beberapa kali (18 September 2019, 5 Oktober 2022, 15 Agustus 2017, 25 September 2021, 20 Juli 2023, 7 Agustus 2020, 12 Mei 2022,6 September 2024)Â seringkali disebabkan oleh pembukaan lahan ilegal dan cuaca kering. Asap dari kebakaran ini berdampak buruk pada kualitas udara dan kesehatan masyarakat.
3.Banjir: Banjir juga merupakan kejadian yang sering terjadi (1 Februari 2016, 8 Oktober 2019, 22 November 2022, 14 Juli 2018, 10 Januari 2015), biasanya disebabkan oleh hujan lebat yang berkepanjangan. Banjir ini merusak infrastruktur dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga.
4.Longsor: Longsor terjadi pada beberapa kesempatan (9 April 2021, 18 Maret 2020) setelah curah hujan yang intens. Longsor ini mengganggu akses jalan dan merusak fasilitas umum serta aktivitas ekonomi.
5.Dampak Lingkungan dan Sosial: Setiap kejadian bencana mengakibatkan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur, rumah, dan ekosistem. Selain itu, dampak kesehatan dari kebakaran hutan dan masalah banjir mempengaruhi kualitas hidup masyarakat setempat.
6.Sumber Informasi: Informasi mengenai kejadian bencana ini diperoleh dari berbagai sumber berita seperti Kompas, Antara News, Detik, Tribun News, CNN Indonesia, Tempo, JPNN, Bisnis Indonesia, Radar Tebo, Suara, dan Koran Tempo, yang memberikan detail terkait waktu, tanggal, dan dampak dari setiap kejadian.
Bencana dan masalah lingkungan yang sering terjadi di Kabupaten Tebo menunjukkan perlunya upaya mitigasi yang lebih baik dan penanganan darurat yang lebih efektif untuk mengurangi dampak bagi masyarakat dan lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H