Pramoedya Ananta Toer atau yang lebih akrab disapa Pram adalah seorang sastrawan besar berkebangsaan Indonesia. Pram lahir di Blora, Jawa Barat pada Jumat, 06 Februari 1925. Pram merupakan putrsa sulung dari pasangan M Toer yang merupakan guru nasionalis kiri dan Maemunah Thamrin yang merupakan keturunan ningrat.
Riwayat Pendidikan
Pram pertama kali bersekolah di SD Blora. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Radio Volkschool Surabaya (1940-1941), Taman Dewasa/ Taman Siswa (1942-1943), Sekolah Stenografi (1944-1945), dan Sekolah Tinggi Islam Jakarta (1945).
Awal Menulis
Pram dapat menjadi sastrawan hebat dengan sejumlah karyanya mulanya terinspirasi oleh tokoh perempuan yakni ibu dan neneknya. Ketertarikan ini juga ia sebutkan sebagai tokoh "Nyai Ontosoroh" dalam novel "Tetralogi Buru". Demikian pula dengan tokoh gadis pantai yang merupakan prototipe dari neneknya. Selain itu, Pram juga terinspirasi oleh Kartini yang ia sebut sebagai perempuan mandiri.
KaryaÂ
Perburuan (1950), Kranji Bekasi Jatuh (1947), Keluarga Gerilya, Percikan Revolusi (1950), Merdeka Yang Dilumpuhkan, Bukan Pasar Malam, Di Tepi Kali Bekasi, Dia Yang Menyerah (1951), Gulat Di Jakarta (1953), Middah Manis Bergigi Emas, Korupsi (1954), Calon Arang (1957), Hoakiau Di Indonesia (1959), Panggil Aku Kartini Saja (1962), Bumi Manusia (1980), Tempoe Doeloe (1982), Jejak Langkah, Sang Pemula (1985), Gadis Pantai, Rumah Kaca (1987), Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Arus Balik Dan Arok Dedes.
Penghargaan
Sayembara Balai Pustaka (1949) dan Hadiah Sastra Yamin (1964)
Percikan Revolusi Subuh karya Pramoedya Ananta Toer merupakan perpaduan dua judul cerpen berbeda yang pertama kali terbit pada tahun 1951. Buku ini berisikan 12 judul cerpen yang ditulis dengan kreativitas yang ekspresif.