Mohon tunggu...
Rizki AlfiansyahHamim
Rizki AlfiansyahHamim Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa saja

saya ini mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Fisik serta Spiritualitas Saat Covid-19

20 Oktober 2021   11:10 Diperbarui: 20 Oktober 2021   11:13 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Saat ini umat manusia berada dalam suasana pandemi global. Hal ini dirasakan oleh hampir seluruh dunia termasuk Indonesia. Terkejut nya masyarakat dunia terhadap pandemi Covid-19 melahirkan banyak diskursus.

Dunia kesehatan yang tiada henti meneliti dan berdiskusi mencari formulasi vaksin dan sederet upaya preventif dan kuratif. Penyebaran yang cepat dan massif memaksa para pemimpin membuat kebijakan politik antara lock down, physical distancing atau social distancing. Semua pilihan kebijakan tersebut membawa dampak yang luar biasa di berbagai sektor kehidupan. Dunia ekonomi mengalami resesi, berkibat pada tutupnya banyak perusahaan dan lumpuhnya berbagai sektor usaha. Dunia pendidikan yang terpaksa tutup dan harus mengubah model pembelajaran tatap muka ke moda daring juga memunculkan banyak kegelisahan. 

Relasi sosial kemasyarakatan dan ritual keagamaan juga mengalami "realitas baru". Senyum pada saudara yang merupakan sedekah mulai tidak terlihat karena mulut tertutup masker. Bersalaman dengan saudara seiman yang dapat menggugurkan dosa pun juga dilarang karena ada kebijakan physical distancing. Mudik yang merupakan local wisdom dalam mengimplementasikan ajaran silaturahim secara resmi dilarang pemerintah.


Kiai Nasaruddin menyampaikan, kalau daya tahan tubuh kuat tapi tidak disertai dengan doa dan tidak memiliki kekuatan batin, nanti akan menimbulkan masalah tersendiri. "Kita ini adalah umat beragama dan Insya Allah kekuatan iman inilah yang bisa menjinakan Covid-19 selain usaha medis dan vaksin yang diusahakan oleh pemerintah," kata Kiai Nasaruddin
Perspektif Spritualitas Islam
 Islam mengajarkan konsep ikhtiar, misalnya firman Allah SWT: "Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik" (QS Al-Baqarah: 195).  Yang lebih penting lagi, selain menjaga kesehatan fisik dan mental, kita harus bangun peran spiritual dengan baik. Salat jalan terus di rumah. 

Jadi kita menjalani salat di rumah, sesungguhnya sedang menjalankan sunnah Nabi yang lain. Maka spiritual harus tetap dijaga, baca al Quran dan salat malam harus tetap berjalan.
Implementasi dua ajaran Islam yakni ikhtiar dan tawakkal, dipengaruhi oleh pandangan teologis seseorang. Orang yang menganut "Qodariyah" akan lebih mengutamakan ikhtiar daripada tawakkal, sebaliknya orang yang menganut "Jabariyah" (fatalisme) cenderung bertawakkal mengabaikan ikhtiar. Tapi bagi seseorang yang beraqidah "Ahlussunnah Waljama'ah" akan menganut prinsip "at-Tawaazun" (keseimbangan) antara ikhtiar dan tawakkal. Keduanya harus berjalan beriringan.   

Dalam ikhtiar, ada yang sifatnya dlohir dalam hal ini pendekatan saintifik, seperti vaksin (kalau sudah ada), mencuci tangan dengan anti septik atau sabun, memakai masker, social and physical distancing. Tapi ada juga ikhtiar yang bersifat bathin dalam hal ini pendekatannya spritualitas, seperti berdoa (istighotsah) baik sendiri maupun bersama dan melakukan upaya-upaya penolak bala' (bencana) sebagaimana banyak diterangkan oleh Nabi Muhammad SAW, diantaranya Hadits riwayat Ibnu Asakir dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya apabila Allah ta'ala menurunkan penyakit dari langit kepada penduduk bumi, maka Allah menjauhkan penyakit itu dari orang-orang yang meramaikan masjid". Hadits ini menurut al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi, dalam al-Jami' as-Shaghir, juz satu, derajatnya hasan (bagus).

Ketika dua bentuk ikhtiar (sains dan spritual) terlihat berseberangan, maka tidak boleh dibiarkan saling meniadakan. Misalnya, dengan pertimbangan sains para dokter menganjurkan untuk jaga jarak fisik dan menghindari kerumunan jangan lantas melarang orang beribadah ke masjid apalagi menuduh mereka yang nekat ke masjid sebagai orang yang "sombong dalam beragama".   Yang seharusnya dilakukan adalah, biarkan orang-orang tetap ke masjid dan berdo'a semoga pandemi cepat berlalu dengan tetap memenuhi standar kesehatan. Misalnya, memakai masker, cuci tangan terlebih dahulu, jaga jarak shaf dan untuk sementara tidak berjabat tangan.

Dengan iman, hendaknya kita bisa ikhlas dan bersabar serta tidak putus asa menghadapi musibah dari Allah. Dengan imun, kita bisa mencegah dan mengatasi virus yang menginfeksi, bisa dengan berolah raga, berjemur dan mengkonsumsi makanan sehat. Aman, maksudnya mengikuti anjuran pemerintah untuk menjaga jarak dan menjaga kebersihan agar tidak tertular dan menularkan.

Sedangkan menurut Ust. Abdurrahman Muhammad, Pimpinan Umum Hidayatullah, kita perlu menjaga tiga imunitas dalam menghadapi wabah Covid-19 yaitu imunitas rohani, imunitas sosial, dan imunitas fisik. Hal ini sangatlah menarik. Penjelasan tiga imunitas tersebut, sebagai berikut:


1. Imunitas Rohani
Imunitas Rohani yakni dengan memanfaatkan lockdown  ini dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Perbanyak dzikir, mengaji, dan ibadah sunah lainnya. Jika seorang hafiz Quran, maka gunakan waktunya untuk murojaah (mengulang kembali hafalan). Gunakan waktu berdiam di rumah dengan amalan ibadah.


2. Imunitas Sosial
Kemudian imunitas sosial, yakni dengan banyak bersedekah. Jangan ada pribadi yang mencari keuntungan di tengah wabah corona, menimbun barang, dan kikir. Harus banyak berbagi. Kalau beli barang, jangan lupa bagi ke tetangga. Membangun imunitas sosial ini sangat penting di tengah krisis yang masih  melanda. Kita harus menumbuhkan peduli terhadap sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun