Mohon tunggu...
Rizki RamandaPutra
Rizki RamandaPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa yang memiliki ketertarikan pada bidang teknologi dan suka akan hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

SMRs Masa Depan Energi Nuklir dengan Prospek Cerah di Indonesia

27 Juni 2022   20:30 Diperbarui: 7 Juli 2022   15:23 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi energi listrik. Sumber : https://www.freepik.com/ Oleh evening_tao

Hal ini dikarenakan banyak aspek yang harus diperhitungkan dalam pembangunannya seperti aspek keselamatan, pengelolaan sampah nuklir, tenaga yang harus ahli dibidangnya turut menambah beban anggaran yang ada untuk pembangunan PLTN.

Berbagai inovasi mulai dikembangkan dalam rangka untuk menciptakan sumber energi bersih yang ramah lingkungan serta dengan biaya investasi yang murah. Oleh karenanya teknologi nuklir menawarkan Small Modular Reactors (SMRs) yang merupakan inovasi pembangkit listrik tenaga nuklir yang bisa dibilang secara finansial jauh lebih efisien dan investasi jauh lebih murah dari biaya investasi PLTN konvensional saat ini.

SMRs memiliki daya yang dapat dibangkitkan hingga 300 MW per unit sekitar sepertiga daya rata-rata reaktor nuklir konvensional saat ini. Ukurannya yang kecil membuat teknologi SMRs untuk PLTN mempunyai keunggulan yang fleksibel dalam penginstalasiannya. Hal ini tentunya selain mengurangi tantangan finansial juga akan memudahkan dalam proses pengoperasiannya sehingga dapat meminimalisir resiko dari reaktor nuklir itu sendiri.

SMRs menawarkan berbagai keunggulan dibanding sumber energi yang lain atau PLTN konvensional diantaranya dapat diletakkan dengan lahan yang sangat minim dibanding dengan PLTN konvensional bahkan jika listrik 1000 MW dibangkitkan dari SMRs itu hanya membutuhkan kurang dari 1% lahan yang digunakan untuk membangkitkan jumlah listrik yang sama oleh tenaga surya, biomassa, angin dan air.

SMRs bersifat modular yang mana modul SMRs dapat dirakit di pabrik yang kemudian diangkut ke lokasi instalasi yang secara substansial dapat mengurangi biaya dan waktu konstruksi serta dapat ditambah kapasitasnya dengan mudah seiring bertambahnya permintaan.

Desain SMRs yang dikembangkan dapat dengan mandiri mengatur kondisinya ketika terjadi situasi abnormal yang memungkinkan SMRs dapat melakukan tindakan preventif untuk meminimalisir kerusakan dan resiko lebih parah tanpa harus membutuhkan intervensi manusia dan progam komputer.

Situasi abnormal pada reaktor akan diatasi sendiri oleh reaktor dengan memanfaatkan sistem keselamatan pasif yang mengandalkan hukum alam fisika untuk mematikan atau mendinginkan reaktor ketika situasi darurat terjadi. Sistem perlindungan pasif ini akan menjawab tentangan pembangunan reaktor nuklir di wilayah geografis yang rawan terkena bencanan alam seperti Indonesia

SMRs juga menawarkan sebuah solusi dimana akan menjawab keraguan publik mengenai pengelolaan limbah nuklir. SMRs dirancang untuk memiliki kemampuan pengisian bahan bakar yang menakjubkan yang saat ini masih tahap pengembangan.

Reaktor yang dalam pengembangan nantinya perancangannya dibuat sedemikian rupa sehingga SMRs dapat memproduksi energi dengan hanya sekali pengisian dalam tiga sampai tujuh tahun bahkan dalam sebuah perancangan digadang-gadang dapat mencapai 30 tahun, jauh lebih efisien dibanding PLTN konvensional yang butuh satu sampai dua tahun untuk sekali pengisian.

Lombah nuklir sering kali menjadi sorotan aktivis lingkungan ketika membahas tentang pembangunan dan pengoperasian PLTN. Oleh karena itu, SMRs menawarkan sebuah daur sistem daur ulang limbah nuklir yang dapat menekan jumlah penambangan uranium atau thorium sebagai bahan baku utama reaktor nuklir.

Pembuangan limbah nuklir juga dapat ditekan yang mana pengelolaan limbah dapat dilakukan secara berkelanjutan. 96% limbah nuklir merupakan sumber energi yang masih bisa digunakan. Pemanfaatan kembali dapat mengurangi sekitar 25% ketergantungan pada uranium.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun