Mohon tunggu...
Rizki Maulana
Rizki Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hello There!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merawat Warisan Budaya: Upaya Pelestarian Tari Topeng Malangan di Era Modern

25 September 2023   20:19 Diperbarui: 25 September 2023   20:20 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muhammad Irfan Rizki Maulana1 Lili Mutiana Rizky Handayani2, & Febriani3

Indonesia adalah negara yang kaya akan warisan budaya, salah satunya adalah seni Tari Topeng Malangan. Tari Topeng Malangan adalah sebuah warisan tari tradisional yang berasal dari daerah Malang, Jawa Timur. Para seniman dan Masyarakat sekitar sering menyebutnya dengan Topeng Malangan.

Menurut Ki Soleh Adi Pramono selaku pemimpin dari Padepokan Mangun Dharma, Tari Topeng Malangan diciptakan pertama kali oleh Airlangga, putra Darmawangsa Beguh dari Kerajaan Kediri. Warisan seni ini terus mengalami perkembangan sampai pada Ken Arok sebagai raja dari Kerajaan Singasari. Ia memakai tarian ini sebagai upacara adat, dan kisah yang diambil yaitu dari kisah Ramayana, Mahabharata, dan Panji.

Pada saat Islam masuk di tanah Jawa, dalam proses Islamisasi Wayang Topeng oleh para wali dengan mempersembahkan kisah Marmoyo Sunat ialah rangkaian cerita tentang bagaimana Islam memproduksi nilai yang ada didalamnya.

Selain dipakai dalam upacara adat, Tari Topeng Malangan ini juga biasanya dipentaskan saat upacara  penghormatan kepada tamu penting pada acara-acara resmi. Sampai sekarang, Tari Topeng Malangan terus diadakan di Malang, Jawa Timur.

Dalam Tari Topeng Malangan sendiri terkandung makna kehidupan dan watak dari manusia, seperti bahagia, sedih, tertawa, malu, dan lain sebagainya. Ini tentu saja bisa dilihat dari terdapat berbagai karakter topeng yang digunakan dalam kesenian tari ini.

Selain karakter yang terdapat pada topengnya, makna ini bisa kita lihat dari berbagai macam warna topengnya. Misalnya saja warna merah yang menggambarkan hawa nafsu, warna hijau yang menggambarkan kehidupan itu sendiri, dan warna putih yang menggambarkan kesucian.

Dokpri
Dokpri

 Pelestarian warisan budaya seperti Tari Topeng bukanlah suatu hal yang mudah. Di era modern ini yang cenderung terpengaruh oleh budaya asing, menjaga dan merawat warisan budaya seperti Tari Topeng Malangan sangatlah penting. Tantangan pelestarian ini membutuhkan kerja sama semua pihak, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, kelompok tari, dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan upaya yang bersama-sama, kita dapat merawat serta mempersembahkan tari topeng kepada dunia sebagai warisan budaya yang membanggakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun