Mohon tunggu...
Rizka Vidia
Rizka Vidia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta.

an amateur who always wants to learn

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Amerika Serikat Mendominasi Pengaruh Global Lewat Great Power Diplomasi

25 Mei 2024   00:50 Diperbarui: 25 Mei 2024   01:03 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Amerika Serikat (Sumber: www.flickr.com)

Great Power Diplomacy merupakan strategi yang umumnya digunakan oleh negara-negara besar dalam meningkatkan pengaruh negaranya di tingkat global. Menurut Hans J. Morgenthau dalam bukunya yang berjudul "Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace" menjelaskan bahwa Great Power Diplomacy diterapkan oleh suatu negara sebagai upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan negaranya di tingkat global.

Great Power Diplomacy yang dilakukan suatu negara menurut Morgenthau juga tetap mempertimbangkan kepentingan nasional, kekuatan nasional, sumber daya alam, kemampuan industri, geografi negara, populasi, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi, dan kualitas pemerintahan. Maka dari itu, Amerika Serikat sebagai salah satu negara dengan pengaruh yang besar di dunia aktif mengimplementasikan Great Power Diplomacy untuk kebijakan luar negerinya.

Great Power Diplomacy Amerika Serikat mengalami evolusi mengikuti kebutuhan nasionalnya dan konstelasi global yang terus berubah. Strategi Great power Amerika Serikat pada masa awal republik (1789-1823) berfokus melaksanakan Isolasionisme dan Doktrin Monroe.

Isolasionisme sendiri kebijakan dimana AS secara tegas menekankan posisi Amerika yang tidak ingin terlibat dengan urusan negara lain khususnya negara Eropa. Sentimen ini muncul karena revolusi AS yang dikenal anti-kolonial dan anti-monarki, serta letak geografis AS dari konflik Eropa. Sehingga AS dengan sentimen Isolasionisme lebih fokus mengembangkan pertumbuhan domestiknya. 

Sedangkan, Doktrin Monroe yang dikenalkan Presiden James Monroe, mempertegaskan sikap Amerika Serikat sebagai negara kuat dalam politik internasional dengan menentang kolonisasi Eropa yang sudah mulai tumbuh di Amerika Latin dan Karibia. Kedua Kebijakan yang dilakukan Amerika Serikat ini dinilai berhasil karena berhasil memperkuat kedaulatan negara dan konsolidasi negaranya. Selain itu, dengan kebijakan ini dapat meminimalisir campur tangan Eropa saat Amerika sedang berfokus mengembangkan negaranya ke wilayah barat dan juga dari kebijakan ini dapat mempertegas kekuatan Amerika terhadap negara pengaruhnya.

Mulai sejak tahun 1823, Amerika Serikat mulai memasuki era ekspansi. Setelah adanya Doktrin Monroe ini dibentuk, Amerika Serikat aktif mengekspansi teritorialnya. AS melakukan perluasan wilayah dengan menggunakan keyakinan “Manifest Destiny” dimana mereka beranggapan bahwa perluasan itu telah dirancang oleh Surga. 

Sebenarnya, keyakinan ini diperkenalkan oleh para kaum demokrat Amerika yang berusaha membenarkan perang dengan Meksiko dan bagian Oregon dari Inggris. Dampak yang dirasakan Amerika pada era Ekspansi ini tentunya menambah ukuran teritorial dari Amerika Serikat, stabilitas ekonomi, pengembangan militer, kuatnya posisi AS untuk Geopolitiknya dan mengukuhkan dominasinya di bagian utara Amerika.

Kemudian Amerika Serikat memasuki Era kekaisaran. Diawali dengan doktrin Monroe yang telah diperluas ruang lingkupnya, yaitu tidak hanya melindungi AS dari campur tangan Eropa tetapi juga menjamin investasi AS dan melindungi pedagang AS di mancanegara. Dengan demikian, Amerika mulai berperan aktif dalam diplomasi global. AS mulai mengirimkan armada lautnya ke berbagai belahan dunia untuk melindungi gedung kedutaan dan kepentingan pedagang AS.

Hingga pada permulaan abad ke-20, Amerika Serikat mulai bergerak dalam politik internasional sebagai sebuah negara great power setelah berhasil mengalahkan Spanyol dalam Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898. Kemenangan Amerika Serikat ini menjadikan Amerika merebut Filipina, Puerto Riko, Guam, dan Cuba dari Spanyol. Setelah itu, Amerika mulai memperluas pengaruh dan kekuasaannya ke kawasan Pasifik dan Karibia. 

Presiden Theodore Roosevelt melengkapi doktrin Monroe dengan doktrin Roosevelt yang dikenal dengan istilah "Big Stick Ideology". AS akan campur tangan dalam urusan internal negara lain jika dipandang perlu untuk menjamin stabilitas wilayah dan melindungi kepentingan ekonomi Amerika. Dengan doktrin ini, AS mulai terlibat dalam berbagai konflik di Karibia dan Pasifik untuk merebut pengaruh. Walau dianggap sebagai kekuatan baru, tetapi sangat berpengaruh dalam kancah politik global pada era tersebut.

Periode 1914-1945 memasuki era intervensi great power diplomacy Amerika Serikat. Masa dimana dunia menjadi terpisah antara Blok Sekutu dan Poros. Di masa awal strategi great power diplomacy AS menganut isolasionisme namun pada akhirnya terpaksa terlibat dalam kedua perang dunia. Awalnya AS menerapkan diplomasi jalan tengah antara Sekutu dan Blok Poros namun sebagai negara great power baru, Amerika ingin mempertahankan keseimbangan kekuasaan di Eropa dan mencegah konflik berlarut-larut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun