Mohon tunggu...
Rizka Venusia
Rizka Venusia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Islamic Studies dan Psikologi

Menyukai dunia sosial dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memerangi Degradasi Moral Melalui Pendidikan

30 Januari 2024   09:10 Diperbarui: 30 Januari 2024   19:42 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Artikel Website Umsida.ac.id tentang Degradasi Moral diunggah pada Okt 2023)

Awal tahun 2023, media sosial dihebohkan dengan video seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menentang guru. Tidak cukup sampai disitu, siswa tersebut bahkan meneriaki dan melontarkan kata-kata kasar. Video tersebut banyak ditanggapi oleh pakar pendidikan, hingga artis dan influencer. 

Mereka menyayangkan sikap murid yang dianggap tidak sopan dan melewati batas. Apabila melihat fenomena beberapa tahun belakangan, kejadian seperti ini sudah banyak terjadi, entah di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Walhasil para pelajar yang saat ini duduk di sekolah menengah, banyak mendapat sorotan. 

Mereka dianggap tidak mengenal etika dan sopan santun. Netizen yang menanggapi berita ini pun, turut serta mengamini dan menyetujui akan hal itu. Bahkan beberapa netizen sempat membagikan pengalaman yang sama ketika menghadapi murid di sekolah menengah. Dengan semakin menurunnya tata krama generasi muda, akahkah saat ini Indonesia tengah mengalami Degradasi Moral?

Sebelum menjawab hal itu, perlu kita ketahui bahwa fenomena Degradasi Moral sudah banyak digaungkan bertahun-tahun yang lalu. Dilansir dari survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pada tahun 2013 terdapat penurunan moral sopan santun remaja di Jabodetabek. Lalu, sebanyak 77 % remaja berada dibawah pengaruh pergaulan bebas. Berangkat darisana, maka dapat disimpulkan bahwa fenomena Degradasi Moral di kalangan remaja bukan menjadi hal baru bagi Indonesia.

Degradasi Moral adalah fenomena dimana etika, tata krama, dan sopan santun mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Fenomena Degradasi Moral juga pernah disinggung oleh Presiden Jokowi ketika masa pemilihan presiden di tahun 2014. Saat itu beliau menanggapi kualitas pendidikan di Indonesia yang semakin menurun. 

Degradasi Moral memang acap kali dikaitkan dengan pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai ramuan jitu untuk menghadapi fenomena Degradasi Moral. Namun hari ini, melihat kualitas pendidikan Indonesia yang sangat rendah, tentu akan membutuhkan waktu yang lama untuk merevolusi moral.

Pada dasarnya Indonesia bukan satu-satunya negara yang berhadapan dengan Degradasi Moral. Beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia juga tengah berupaya mengantisipasi Degradasi Moral. Mengutip dari jurnal berjudul "Moral Competitions among Youth Malaysia" yang diterbitkan Universitas Sains Malaysia, banyaknya masalah sosial yang terjadi kemungkinan disebabkan karna kerusakan moral di kalangan pemuda Malaysia. Fenomena ini tentu masih bisa diantisipasi, selama pemerintah dan aparatur negara masih berkomitmen untuk melindungi generasi di masa yang akan datang.

Sejatinya budaya Indonesia sangat terikat dengan sopan santun dan tata krama. Misalnya banyak bahasa daerah di Indonesia yang membedakan penggunaan bahasa untuk orang yang lebih tua. Hal tersebut tentu membuktikan bahwa budaya sopan santun dan tata krama saling berkaitan dengan masyarakat Indonesia. Masalahnya seiring derasnya arus perkembangan zaman, para anak-anak dan remaja belum dibekali dengan pembinaan yang cukup. 

Hasilnya mereka melahap dan menerima bulat-bulat segala informasi dari sosial media. Apalagi ditambah dengan kurangnya pengawasan dari pihak keluarga. Para anak-anak dan remaja menganggap sosial media sebagai hiburan. Kemudian mereka meniru apa yang mereka lihat, tanpa mengerti mana yang baik dan buruk. 

Maka jangan heran, bila banyak kita temui hari ini, anak-anak maupun remaja berani bertutur kata kasar dan tidak senonoh di ruang publik, tanpa rasa malu bahkan takut.

Kesimpulannya, sedari dulu Indonesia sudah mengalami Degradasi Moral, namun sayangnya hingga tahun lalu belum ada upaya signifikan untuk merespon dan menanggulangi. Kasus Degradasi Moral seakan terus berputar seperti bola salju, semakin lama semakin besar dan berkembang. Kemudian dari tahun ke tahun, imbas Degradasi Moral semakin nyata dirasakan, contohnya seperti kejadian diawal 2023 juga. Kita dikejutkan dengan berita 3 anak Sekolah Dasar (SD) yang diduga memperkosa siswi Taman Kanak Kanak (TK). Kenyataan pahit ini sayangnya tidak diikuti dengan program pencegahan secara tersktruktural di Indonesia. Meski begitu, Indonesia masih memiliki harapan untuk bangkit dan berkembang. Salah satunya adalah, dengan memperbaiki kualitas pendidikan.

Pendidikan Solusi Degradasi Moral

Peningkatan kualitas pendidikan menjadi pilar utama dalam mengatasi tantangan degradasi moral yang dihadapi oleh Indonesia. Melalui investasi yang lebih besar dalam sistem pendidikan, baik dalam hal fasilitas maupun kurikulum, negara dapat membentuk generasi muda yang lebih berintegritas dan bertanggung jawab. 

Pendidikan yang holistik, mencakup pembelajaran nilai-nilai moral dan etika, dapat membentuk karakter yang kuat pada setiap individu. Selain itu, perlunya peningkatan kualifikasi dan kesejahteraan guru sebagai agen perubahan di dunia pendidikan menjadi kunci keberhasilan. 

Dengan langkah-langkah konkret seperti ini, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengubah paradigma dan menciptakan lingkungan pendidikan yang mendorong tumbuhnya manusia-manusia unggul yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga berakhlak mulia.

Selain itu, kolaborasi erat antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu diperkuat. Program pembinaan karakter di sekolah harus didukung oleh peran aktif orang tua dan komunitas setempat. Membangun sinergi ini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan moral dan etika di sepanjang kehidupan peserta didik. 

Tak hanya itu, integrasi teknologi dalam pembelajaran juga menjadi faktor krusial. Pemanfaatan teknologi dapat memberikan akses yang lebih luas terhadap pengetahuan, memungkinkan terciptanya metode pembelajaran yang inovatif, dan menjembatani kesenjangan pendidikan di berbagai daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun