Mohon tunggu...
Rizka Ramadani Dalimunthe
Rizka Ramadani Dalimunthe Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

UIN Sumatera Utara - Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan - Prodi Pendidikan Biologi - KKN-DR Kelompok 159

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Covid-19: Memahami Karakter dan Patogenesis Virus

15 Agustus 2020   22:53 Diperbarui: 16 Agustus 2020   00:27 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, seluruh Negara didunia terserang wabah virus covid-19. Penyakit coronavirus baru (Covid-19) pertamakali terdeteksi di kota wuhan, Provinsi Hubei di Cina pada akhir 2019 tepatnya pada tanggal 31 Desember 2019 dan kemudian virus ini menyebar ke banyak Negara.

Pada 30 Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah covid-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Kemudian, Pada 11 Februari 2020, World Health Organization memberi nama virus tersebut Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV 2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (Covid-19).

Covid19 merupakan masalah yang perlu diperhatikan, sebab virus ini sudah banyak memakan korban diberbagai Negara. Untuk itu, pengetahuan terkait karakteristik dan patogenesis virus tersebut perlu dibahas lebih lanjut. Agar masyarakat paham bagaimana perkembangan virus tersebut terjadi didalam tubuh, sehingga masyarakat lebih memperhatikan kondisi fisik dan menjaga pola hidupnya.

Dalam kajian Literatur yang dilakukan oleh Adityo Susilo, yang berjudul "Coronavirus Disease" menyebutkan bahwa Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160nm, virus ini utamanya menginfeksi hewan termasuk diantaranya adalah kelelawar dan unta. Coronavirus termasuk ke dalam genus betacoronavirus yang masuk ke dalam sub genus Sarbecovirus. Sekuens Sars-CoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus yang di isolasi pada kelelawar, sehingga muncul hipotesis bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar yang kemudian bermutasi dan menginfeksi manusia. Coronavirus adalah virus RNA untai positif untai tunggal yang tidak memiliki segmentasi yang dibagi menjadi subfamily dari coronavirus menurut karakteristik serotip dan generanya. Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antar manusia-manusia dan akhirnya dikonfirmasi oleh WHO bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. (Aditya,2020)

Ilustrasi Struktur Coronavirus
Ilustrasi Struktur Coronavirus

Selanjutnya, Zhou Wang didalam "A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and Prevention" menyatakan bahwa struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan Protein S yang terletak dipermukaan virus. Protein S merupakan struktur utama dalam penulisan gen hal ini berasal dari studi mengenai Sars-coV dan mers-coV. Coronavirus ini diselubungi seperti kapsul dan memiliki partikel bulat atau bulat panjang dengan ukuran diameter 50-200m. (Zhou Wang, 2020)

Coronavirus mengkode empat protein structural, tiga protein terkait membrane (S,M dan E) dan satu protein nukleopsida (N). Protein lonjakan (S) membentuk proyeksi yang menonjol dari selubung virus yang mana S merupakan glikolisis dan merupakan perlekatan dan protein fusi. Protein membrane (M) adalah protein paling banyak di virion, Protein M ini memiliki peran utama dalam mempromosikan kelengkungan membrane. Protein Amplop (E), yang mana protein ini berkumpul di membrane untuk membentuk saluran ion, sehingga E adalah viroporin.

Selanjutnya, Protein nukleokapsid (N) yang ditemukan dalam partikel ribonukleoprotein, protein ini membentuk homodimer dan homooligomer dan mengikat RNA genomic ,mengemasnya menjadi nukleokapsid fleksibel panjang.

Dari pemaparan-pemaparan diatas, menimbulkan pertanyaan "Apakah coronavirus ini dapat bemutasi?". Jawabannya adalah ya, corona merupakan jenis virus RNA yang mudah bermutasi dan mudah pula diinaktivasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dr. Raden Ludhang Pradipta R, Biotech yang merupakan spesialis mikrobiologi klinik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, yang mana beliau mengungkapkan bahwa "Coronavirus merupakan jenis virus RNA yang memiliki kekurangan yaitu mudah bermutasi dan kelebihannya mudah diinaktivasi, transmisinya melalui kontak dan droplet, mampu berada dilingkungan 1-3hari" beliau juga menyatakan bahwasanya "Virus corona memiliki kemampuan memperbanyak diri (replikasi) dan mutasi yang sangat tinggi"

Patogenesis Sars-CoV-2 masih belum banyak diketahui, tetapi diduga tidak jauh berbeda dengan Sars-CoV yang sudah banyak diketahui. Pada manusia, Sars-CoV-2 menginfeksi sel-sel pada saluran napas yang melapisi alveoli. Sars-CoV-2 akan berikatan dengan reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada envelope spike virus akan berikatan dengan reseptor seluler berupa ACE2 pada Sars-CoV-2. Di dalam sel, Sars-CoV-2 melakukan duplikasi materi genetic dan mensintesis protein-protein yang dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang muncul dipermukaan sel.

Setelah Sars-CoV-2 masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein structural. Selanjutnya, genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam membrane reticulum endoplasma atau golgi sel. Terjadi pembentukan nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam reticulum endoplasma dan golgi sel. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung dengan membrane plasma untuk melepas komponen virus yang baru.

Pada Sars-CoV, protein S dilaporkan sebagai determinan yang signifikan dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu. Telah diketahui bahwa masuknua Sars-CoV ke dalam sel dimulai dengan fusi antara membrane virus dengan plasma membrane dari sel. Pada proses ini, Protein S2' berperan penting dalam proses pembelahan proteolitik yang memediasi terjadinya proses fusi membrane. Selain fusi membrane, terdapat juga clathrin-dependent dan clathrin independent endocytosis yang memediasi masuknya Sars-CoV ke dalam sel pejamu. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas dan kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas. Setelah itu, menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus disebut dengan virus zoonotic yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa pathogen dan bertindak sebagai vector untuk penyakit menular tertentu. Sekuens Sars-CoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus yang di isolasi pada kelelawar, sehingga muncul hipotesis bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar yang kemudian bermutasi dan menginfeksi manusia.

Coronavirus hanya dapat hidup di sel tubuh yang hidup, sehingga apabila seseorang telah meninggal maka virus tersebutpun akan mati. Sebab, sifat virus merupakan parasite, yang bergantung pada sel inang. Hal ini sesuai dengan pernyataan pakar mikrobiologi yang menyatakan bahwa "Ketika jenazah telah dibungkus dan dikubur, maka virus akan ikut mati. Sebab, saat orang meninggal, sel nya mati sehingga virus didalamnya tidak akan berkembang".


Reference:

Media MCCC. 2020. Mutasi Virus Corona Belum Berefek Pada Deteksi Dan Terapi Pasien. Yogyakarta. Diakses pada 18 Mei 2020. (http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-18987-detail-mutasi-virus-corona-belum-berefek-pada-deteksi-dan-terapi-pasien.html)
Pawestri, Noristera. 2020. Penjelasan Pakar Mikrobiologi UGM dan Ahli Forensik soal Resiko Penularan Virus Jenazah Covid19. Jogja: Tribun Jogja diakses pada 18 Mei 2020 (https://jogja.tribunnews.com/2020/04/04/penjelasan-pakar-mikrobiologi-ugm-dan-ahliforensik-soal-resiko-penularan-virus-jenazah-covid-19 )
Susilo, Adityo Susilo, dkk. 2020. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 7(2). Jakarta: Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Wang, Zhou. 2020. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and Prevention. China: Wuhan University of Science and Technology
Yuliana. 2020. Coronavirus diseases (Covid-19) : Sebuah Tinjauan Literatur, Wellness and Healthy Magazine (2) (1). Lampung: FK Universitas Lampung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun