Setelah Sars-CoV-2 masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein structural. Selanjutnya, genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam membrane reticulum endoplasma atau golgi sel. Terjadi pembentukan nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam reticulum endoplasma dan golgi sel. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung dengan membrane plasma untuk melepas komponen virus yang baru.
Pada Sars-CoV, protein S dilaporkan sebagai determinan yang signifikan dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu. Telah diketahui bahwa masuknua Sars-CoV ke dalam sel dimulai dengan fusi antara membrane virus dengan plasma membrane dari sel. Pada proses ini, Protein S2' berperan penting dalam proses pembelahan proteolitik yang memediasi terjadinya proses fusi membrane. Selain fusi membrane, terdapat juga clathrin-dependent dan clathrin independent endocytosis yang memediasi masuknya Sars-CoV ke dalam sel pejamu. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas dan kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas. Setelah itu, menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus disebut dengan virus zoonotic yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa pathogen dan bertindak sebagai vector untuk penyakit menular tertentu. Sekuens Sars-CoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus yang di isolasi pada kelelawar, sehingga muncul hipotesis bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar yang kemudian bermutasi dan menginfeksi manusia.
Coronavirus hanya dapat hidup di sel tubuh yang hidup, sehingga apabila seseorang telah meninggal maka virus tersebutpun akan mati. Sebab, sifat virus merupakan parasite, yang bergantung pada sel inang. Hal ini sesuai dengan pernyataan pakar mikrobiologi yang menyatakan bahwa "Ketika jenazah telah dibungkus dan dikubur, maka virus akan ikut mati. Sebab, saat orang meninggal, sel nya mati sehingga virus didalamnya tidak akan berkembang".
Reference:
Media MCCC. 2020. Mutasi Virus Corona Belum Berefek Pada Deteksi Dan Terapi Pasien. Yogyakarta. Diakses pada 18 Mei 2020. (http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-18987-detail-mutasi-virus-corona-belum-berefek-pada-deteksi-dan-terapi-pasien.html)
Pawestri, Noristera. 2020. Penjelasan Pakar Mikrobiologi UGM dan Ahli Forensik soal Resiko Penularan Virus Jenazah Covid19. Jogja: Tribun Jogja diakses pada 18 Mei 2020 (https://jogja.tribunnews.com/2020/04/04/penjelasan-pakar-mikrobiologi-ugm-dan-ahliforensik-soal-resiko-penularan-virus-jenazah-covid-19 )
Susilo, Adityo Susilo, dkk. 2020. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 7(2). Jakarta: Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Wang, Zhou. 2020. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and Prevention. China: Wuhan University of Science and Technology
Yuliana. 2020. Coronavirus diseases (Covid-19) : Sebuah Tinjauan Literatur, Wellness and Healthy Magazine (2) (1). Lampung: FK Universitas Lampung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H