Mohon tunggu...
RizkaOktaviani
RizkaOktaviani Mohon Tunggu... Konsultan - Pelajar

Hello, aku Rizka.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pernikahan Dini terhadap Kualitas Pernikahan dan Kesehatan Mental Perempuan

4 Januari 2024   14:53 Diperbarui: 4 Januari 2024   14:57 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Early marriage is a marriage conducted by someone relatively young. The young age referred to is the period of puberty, ranging from 10 to 19 years old. Early marriage represents a union where the intersection targets in terms of physical, mental, and material aspects are not considered optimal, resulting in impacts on the quality of marriage and the psychological condition, especially for women. This article provides new insights into the female perspective on forming families and offspring. The quality of marriage, in terms of satisfaction and happiness, is at its lowest in early marriages. Emotional consequences arising from the impacts of early marriage include anxiety and stress. We explain that early marriage can diminish marriage quality due to the limited experience and emotional maturity of the partners. Cultural, social, and economic factors are the primary determinants of early marriage. Therefore, there is a need for educational strategies, public awareness, and policy interventions to reduce the prevalence of early marriage. Recognizing its negative impacts, it is expected that society, government, and relevant institutions collectively contribute to creating an environment that supports the formation of healthy and sustainable marital relationships.

Keywords: early marriage; marriage quality; mental health

Pendahuluan

Pernikahan, sebagai institusi sosial yang kompleks, seringkali menjadi landasan bagi pembentukan keluarga dan keberlanjutan masyarakat. Namun, ketika pernikahan terjadi pada usia yang sangat muda, atau yang sering disebut sebagai pernikahan dini, aspek-aspek kritis dari kehidupan perkawinan dan kesehatan mental dapat terpengaruh secara signifikan. Pernikahan dini menjadi fenomena yang membutuhkan perhatian khusus, mengingat potensi dampaknya tidak hanya pada kualitas hubungan antara pasangan, tetapi juga pada kesejahteraan mental individu terutama perempuan.

Dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi secara konseptual pengaruh pernikahan dini terhadap kualitas pernikahan dan kesehatan mental perempuan. Pernikahan pada usia muda membuka jendela untuk pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana faktor-faktor budaya, sosial, dan ekonomi memainkan peran penting dalam membentuk dinamika pernikahan dan kesejahteraan mental individu. Dengan memahami aspek-aspek ini, diharapkan dapat dikembangkan strategi pendidikan, kesadaran masyarakat, dan kebijakan intervensi yang dapat mengarah pada perubahan positif dalam paradigma pernikahan dini dan kontribusinya terhadap kualitas hidup perempuan.

Pembahasan

Menurut UU No 16 tahun 2019 tentang perubahan atas UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, ketentuan yang diubah pada pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai usia 19 tahun. Namun, pada kenyataannya pernikahan dini di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 33,76% pemuda di Indonesia mencatatkan usia kawin pertamanya di rentang 19-21 tahun pada 2022. Kemudian, sebanyak 27,07% pemuda di dalam negeri memiliki usia menikah pertama pada 22-24 tahun. Ada juga 19,24% pemuda yang pertama kali menikah saat berusia 16-18 tahun. berdasarkan data United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2022, Indonesia menduduki peringkat ke-8 di dunia dan ke-2 di ASEAN dengan jumlah pernikahan dini terbanyak.

Beberapa faktor pernikahan dini sangat bervariasi diantaranya adalah faktor ekonomi, budaya dan adat istiadat

, kecelakaan (marriage by accident), dan lainnya.

1.) Faktor ekonomi 

Ekonomi merupakan salah satu faktor penyebab pernikahan dini yang paling banyak di Indonesia. Pernikahan dini seringkali dianggap sebagai pelabuhan dari permasalahan ekonomi yang dihadapi. Para perempuan berharap dengan Merdeka melangsungkan pernikahan dini Maka perekonomian mereka bisa lebih baik dengan mengantungkan hidup Mereka kepada suami. Dari pihak orangtua, pernikahan juga membuat mereka merasa mereka telah melepaskan tanggung jawab kepada anak mereka sehingga tidak perlu membiayai anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun