Mohon tunggu...
Mbak Rizka
Mbak Rizka Mohon Tunggu... Buruh - Tukang tik

Nulis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mau Kerja Sampingan? Boleh, Asalkan...

31 Maret 2021   18:34 Diperbarui: 1 April 2021   12:23 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerja sampingan (Foto oleh Anthony Shkraba dari Pexels.com)

Siapa, sih, yang tak merasa senang bisa punya penghasilan dari kerja sampingan?

Biasanya, orang yang memutuskan punya kerja sampingan didorong oleh faktor finansial. Kadang kala, penghasilan utama tak selalu cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Jika kondisinya seperti ini, mencari kerja sampingan pun jadi solusinya.

Di sisi lain, motivasi punya kerja sampingan (side job) memang tak melulu perihal uang. Tak bisa dipungkiri, gara-gara kerja sampingan, hobi atau minat di luar pekerjaan utama akhirnya bisa tersalurkan. 

Selain itu, kerja sampingan juga bermanfaat untuk memperluas jaringan atau koneksi hingga pengalaman baru. Seandainya sewaktu-waktu kamu harus kehilangan pekerjaan utama, side job bisa bertransformasi jadi peluang dan alternatif bagus untuk dikembangkan ke arah yang lebih serius.

Meski peluangnya tampak menggiurkan, mengambil keputusan untuk kerja sampingan tak boleh asal-asalan, lho. 

Perlu diingat bahwa side job juga memiliki side effect yang memengaruhi produktivitasmu, entah itu efek minor maupun mayor. Kamu perlu pikirkan baik-baik keputusanmu untuk menggeluti kerja sampingan.

Nah, apa saja yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan punya pekerjaan sampingan?

1. Hindari side job yang rentan konflik kepentingan dengan pekerjaan utama

Photo by Amy Hirschi on Unsplash
Photo by Amy Hirschi on Unsplash
Pertimbangan paling urgent yang harus kamu pikirkan adalah jenis pekerjaan sampingan apa yang ingin digeluti. Jangan sampai pekerjaan sampinganmu malah menimbulkan konflik kepentingan dengan pekerjaan utama. Sikap seperti ini justru menimbulkan kesan negatif terhadap profesionalitasmu sebagai karyawan.

Ambil contoh, tak etis rasanya jika seorang jurnalis yang bekerja untuk media A malah mengambil pekerjaan sampingan di media B. Tentu saja kasus seperti itu tak bisa ditoleransi oleh perusahaan sebab jenis maupun bidang pekerjaannya masih sejenis.

Konflik kepentingan harus dihindari agar rahasia setiap perusahaan tetap terjaga dan tak bercampur aduk. Selain itu, konflik kepentingan juga berpeluang besar terhadap tindakan-tindakan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan tersebut.

Pilihlah side job yang relatif aman dari konflik kepentingan. Untuk menyiasati hal ini, kamu bisa pilih pekerjaan atau bisnis yang berbeda dari pekerjaan utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun