Mohon tunggu...
Rizka Kurnia January
Rizka Kurnia January Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Terima kasih sudah berkunjung ke laman saya.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menjelajahi Candi Borobudur bersama Kami

23 Juni 2023   12:01 Diperbarui: 23 Juni 2023   12:07 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

        

           Liburan semester yang bisa disebut sebagai liburan terakhirku tidak terasa akan segera berakhir dalam beberapa hari dan rutinitas kuliah akan segera dimulai. Tidak mau melewatkannya begitu saja, aku dan keempat sahabatku memutuskan untuk melakukan perjalanan wisata ke Candi Borobudur. Perjalanan wisata yang spontan ini pun menjadi perjalanan wisata pertama kami ke luar daerah yang dilakukan secara bersama-sama. Tema dari perjalanan ini adalah "budget travel" yang mana kami akan berusaha untuk meminimalkan pengeluaran.

           Kunjungan ke Candi Borobudur ini kami lakukan hanya dalam kurun waktu satu hari, sebagaimana lokasinya yang dekat dengan kota asal kami. Transportasi umum yakni Trans Jateng menjadi pilihan untuk mengantarkan kami ke lokasi yang hendak kami tuju. Hanya bermodalkan Rp2.000,00 kami sudah dapat diantar menuju ke Terminal Borobudur. Kami berangkat pukul 09.50 WIB dari Terminal Kutoarjo. Perjalanan memerlukan waktu hampir dua jam, karena bus juga harus beberapa kali berhenti di setiap halte yang tersedia untuk mengangkut maupun menurunkan penumpang. Kurang lebih pukul 11.40 WIB kami akhirnya tiba di Terminal Borobudur. Sebelum itu, aku sempat bertanya sedikit pada salah satu siswa yang juga merupakan penumpang bus.

"Misi, Dek, mau nanya, kalau mau ke Borobudur itu lewatnya yang mana ya?"

"Oh itu mbak yang ada patungnya itu nanti lurus terus," jawab siswa tersebut sambil menunjuk ke arah jalan yang ia maksud.

"Kira-kira bisa jalan kaki ga ya? Atau harus pake kendaraan?"

"Jalan kaki bisa, kok."

"Oh gitu ya, oke deh makasih ya."

"Sama-sama."

            Karena sudah mendekati jam makan siang, kami berlima memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Restoran dengan menu utama ayam geprek menjadi pilihan kami---tipikal generasi Z yang sangat lekat dengan makanan yang satu itu. Restoran tersebut tergolong luas, bersih, dan sangat nyaman. Tidak sedikit pula orang yang datang membeli maupun makan di tempat. Kami pun berbanjar mengikuti antrean yang ada, hingga akhirnya giliran kami untuk memesan. Setelah menyelesaikan hidangan, kami bergegas menuju ke destinasi kami, yaitu Candi Borobudur.

            Sesuai dengan tema perjalanan wisata ini, kami memilih untuk berjalan kaki menuju ke Candi Borobudur. Selain untuk menghemat, kami juga merasa bahwa kami akan mendapatkan pengalaman yang lebih dengan berjalan kaki. Menyusuri trotoar yang dihiasi dengan berbagai tanaman serta berbagai toko mulai dari pakaian, minimarket, hingga mainan anak. Kami tidak luput untuk mengabadikan momen melalui foto maupun video. Setelah berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit, kami akhirnya memasuki gerbang Candi Borobudur.

            Sebelum masuk, kami melintasi bagian pengecekan suhu sesuai dengan protokol kesehatan karena masih dalam masa pascapandemi. Tiba di bagian loket, kami tidak segera mengantre, melainkan bertanya terlebih dahulu pada petugas yang ada di sana terkait harga tiket. Rupanya sia-sia kami bertanya karena jawaban pertanyaan kami sudah terpampang dengan jelas di sebuah papan yang ada di bagian loket. Saat itu kami membeli tiket seharga Rp50.000,00 tanpa akses untuk naik ke bagian candi karena masih ada batasan.

"Permisi, Pak, mau tanya, untuk masuk ke area candi masih wajib menggunakan masker atau tidak ya?"

"Sudah bebas mbak, masker bisa dilepas selama berada di dalam," jawab seorang petugas.

"Oh baik, Pak, terima kasih," jawabku dan petugas tadi merespon dengan anggukan.

            Usai melintasi bagian pengecekkan tas, kami pun berhasil masuk ke area Candi Borobudur. Mata kami disuguhkan dengan pemandangaan berupa rumput hijau serta pepohonan besar nan lebat. Kegiatan mengambil gambar menjadi pelengkap dari perjalanan wisata kami. Karena luasnya lahan Candi Borobudur, maka kami pun harus berjalan kaki untuk bisa mencapai ke depan bangunan candi. Kami melintasi jalanan yang cukup lebar dan sangat bersih dengan dihiasi beragam pohon di sekitarnya. Kehadiran pepohonan tersebut sangat membantu untuk memberikan suasana yang sejuk meskipun di tengah teriknya sinar matahari.

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi

            Setelah beberapa menit berjalan kaki, kami akhirnya tiba di depan gerbang masuk ke area utama candi. Megahnya bangunan Candi Borobudur tersaji tepat di hadapan kami. Jalanan panjang nan bersih dengan disertai bangku-bangku bernuansa putih menjadi pemandangan bagi wisatawan sebelum akhirnya mereka memasuki gerbang menuju ke area utama candi. Nampaknya perjalanan menuju ke area utama candi ini sudah membutuhkan perjuangan, mulai dari berjalan kaki melintasi jalanan yang cukup panjang hingga kami harus menaiki beberapa anak tangga untuk benar-benar tiba di hadapan bangunan Candi Borobudur.

            Teriknya sinar matahari memaksa kami untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum menaiki tangga. Kami duduk pada bangku-bangku yang tersedia di sepanjang jalan menuju ke gerbang candi. Sambil duduk santai dan mengobrol, aku sesekali mengamati kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan lainnya. Ada cukup banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Candi Borobudur kala itu. Menyenangkan rasanya melihat begitu banyak manusia yang akhirnya kembali bisa melakukan kegiatan wisata dengan lebih leluasa setelah kurang lebih dua tahun terkekang karena pandemi.

            Setelah merasa cukup beristirahat, kami akhirnya melanjutkan perjalanan dengan menaiki tangga menuju ke area utama candi. Baru setengah perjalanan, napas kami sudah tersengal, tidak jarang kami mengusap peluh yang terus mengucur membasahi dahi dan pelipis. Mencoba untuk saling menyemangati, kami berlima akhirnya tiba di depan bangunan Candi Borobudur yang super megah. Aku yang terakhir kali ke Candi Borobudur pada usia 5 tahun merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa berkunjung lagi. Secara tata letak tentu saja sudah banyak yang berubah dari destinasi ini. Namun, kemegahan Candi Borobudur masih tidak tertandingi.

             Tanpa berlama-lama, kami pun segera mengeksplor sekeliling candi. Sayangnya saat itu masih terdapat aturan untuk tidak memasuki bangunan utama candi, sehingga kami hanya dapat mengamati dan mengeksplor sekeliling tanpa naik ke bangunan candi. Baru sebentar mengeksplor area sekitar candi, terinya sinar matahari lagi-lagi memaksa kami untuk beristirahat sejenak. Sambil berduduk santai, aku mengedarkan pandanganku ke sekitar. Aku mendapati tupai yang tengah melompat dari satu ranting ke ranting pohon lainnya. Lagi-lagi aku juga mengamati aktivitas wisatawan lain. Ada satu keluarga wisatawan mancanegara yang disertai oleh seorang pemandu lokal tengah asyik berkeliling sembari mengambil beberapa foto. Melihat hal tersebut, kami pun juga tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berfoto bersama dengan latar belakang candi sebelum kembali melanjutkan eksplorasi.

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi

           Merasa puas mengeksplor serta mengabadikan momen bersama melalui foto maupun video, kami pun memutuskan untuk bersantai di atas lahan rumput di depan bangunan candi. Kami mendiskusikan tentang banyak hal dan sesekali diselingi dengan gelak tawa. Tidak terasa waktu sudah hampir menunjukkan pukul 14.00 WIB. Kami berlima pun memutuskan untuk beranjak meninggalkan destinasi. Lagi-lagi kami harus berjalan dengan jarak yang cukup jauh untuk menuju ke pintu keluar. Di perjalanan menuju pintu keluar, ada sesuatu hal yang menarik perhatian kami, ialah tiga ekor gajah yang sedang menikmati hari mereka di dalam suatu area khusus untuk mereka. Banyak wisatawan, termasuk wisatawan asing yang mengambil gambar dari gajah-gajah tersebut.

            Sebelum benar-benar meninggalkan lokasi, kami sempat mengintip ke dalam Museum Borobudur. Terdapat banyak sekali batuan yang secara umum memiliki ukuran yang seragam, dan tertata rapi di dalam sana. Hanya sekadar mengintip, kami tidak masuk ke area yang lebih dalam lagi, mengingat keterbatasan waktu. Satu hal yang membuat kami merasa cukup tidak nyaman adalah kehadiran berbagai pedagang baik pakaian, makanan, maupun aksesoris yang berada di sepanjang jalan keluar. Kami yang tidak membeli apapun merasa tidak enak saat melintasi para pedagang tersebut, karena mereka terus menawarkan barang dagangannya kepada kami. Alhasil, layaknya artis terkenal yang sedang dikejar-kejar oleh paparazzi, kami pun hanya dapat menunduk selama melintasi labirin pedagang tadi.

            Berhasil keluar dari area Candi Borobudur, kami harus memalui jalanan yang sama seperti saat berangkat untuk perjalanan pulang. Untuk mengatasi rasa dahaga yang tidak tertolong, kami memutuskan berhenti sejenak untuk membeli minuman sebelum akhirnya kembali berjalan menuju terminal. Terminal masih kosong saat kami tiba. Kami pun duduk bersebelahan untuk menunggu kehadiran bus Trans Jateng yang akan mengantarkan kami pulang. Setelah menunggu selama kurang lebih 20 menit, akhirnya bus yang kami harapkan pun tiba. Kali ini sudah banyak penumpang yang berada di dalam bus, beruntung kami masih mendapatkan tempat duduk.

            Namun, ternyata kami menghadapi suatu masalah di sini. Kami tidak mengetahui bahwa kebijakan bus Trans Jateng yang masih mewajibkan setiap penumpang untuk mengenakan masker sesuai protokol kesehatan. Salah satu di antara kami kehilangan maskernya dan dia baru menyadarinya saat kami sudah tiba di terminal. Awalnya dia berusaha menyembunyikannya dengan menunduk, tetapi petugas tidak dapat dikelabui. Saat petugas tersebut mengetahuinya, ia kemudian menanyakan pada penumpang lain apakah ada yang membawa masker untuk diberikan kepada teman kami. Alhamdulillah, Tuhan masih melindungi kami saat itu. Ada salah seorang penumpang yang membawa masker dan berkenan untuk memberikannya pada rekan kami. Kami sangat lega karena sebelumnya khawatir akan diturunkan saat itu juga. Tragedi tersebut cukup lucu tetapi juga menegangkan pada saat yang sama.

            Setelah perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam, kami akhirnya tiba di Terminal Kutoarjo. Sebelum pulang, kami memutuskan untuk makan terlebih dahulu dan bakso menjadi pilihan kami saat itu. Kami mengobrol tentang banyak hal, khususnya beberapa momen-momen tidak terduga yang terjadi saat aktivitas kami di Candi Borobudur. Tidak terasa waktu menunjukkan hampir pukul enam sore. Kami pun segera bergegas untuk kembali ke rumah masing-masing.

            Perjalanan wisata ke Candi Borobudur ini akan menjadi salah satu perjalanan wisata yang akan kukenang dalam hidupku. Begitu banyak momen bahagia yang aku alami bersama dengan keempat sahabatku melalui perjalanan ini. Terlebih lagi ini menjadi perjalanan wisata pertamaku dan sahabat-sahabatku ke luar daerah. Candi Borobudur sendiri juga berhasil memberikan begitu banyak kesan positif bagi diriku secara pribadi. Aku benar-benar menikmati perjalanan wisata ini, mulai dari keberangkatan, saat di destinasi, bahkan hingga perjalanan pulang. Kepuasan tersendiri untuk bisa kembali berwisata benar-benar dapat dirasakan setelah selama kurang lebih dua tahun terkekang karena adanya pandemi. Meskipun di beberapa tempat masih mewajibkan untuk mengikuti protokol kesehatan, tetapi kondisi saat ini sudah sangat jauh lebih baik dibanding tahun 2020 saat awal pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun