Merasa puas mengeksplor serta mengabadikan momen bersama melalui foto maupun video, kami pun memutuskan untuk bersantai di atas lahan rumput di depan bangunan candi. Kami mendiskusikan tentang banyak hal dan sesekali diselingi dengan gelak tawa. Tidak terasa waktu sudah hampir menunjukkan pukul 14.00 WIB. Kami berlima pun memutuskan untuk beranjak meninggalkan destinasi. Lagi-lagi kami harus berjalan dengan jarak yang cukup jauh untuk menuju ke pintu keluar. Di perjalanan menuju pintu keluar, ada sesuatu hal yang menarik perhatian kami, ialah tiga ekor gajah yang sedang menikmati hari mereka di dalam suatu area khusus untuk mereka. Banyak wisatawan, termasuk wisatawan asing yang mengambil gambar dari gajah-gajah tersebut.
      Sebelum benar-benar meninggalkan lokasi, kami sempat mengintip ke dalam Museum Borobudur. Terdapat banyak sekali batuan yang secara umum memiliki ukuran yang seragam, dan tertata rapi di dalam sana. Hanya sekadar mengintip, kami tidak masuk ke area yang lebih dalam lagi, mengingat keterbatasan waktu. Satu hal yang membuat kami merasa cukup tidak nyaman adalah kehadiran berbagai pedagang baik pakaian, makanan, maupun aksesoris yang berada di sepanjang jalan keluar. Kami yang tidak membeli apapun merasa tidak enak saat melintasi para pedagang tersebut, karena mereka terus menawarkan barang dagangannya kepada kami. Alhasil, layaknya artis terkenal yang sedang dikejar-kejar oleh paparazzi, kami pun hanya dapat menunduk selama melintasi labirin pedagang tadi.
      Berhasil keluar dari area Candi Borobudur, kami harus memalui jalanan yang sama seperti saat berangkat untuk perjalanan pulang. Untuk mengatasi rasa dahaga yang tidak tertolong, kami memutuskan berhenti sejenak untuk membeli minuman sebelum akhirnya kembali berjalan menuju terminal. Terminal masih kosong saat kami tiba. Kami pun duduk bersebelahan untuk menunggu kehadiran bus Trans Jateng yang akan mengantarkan kami pulang. Setelah menunggu selama kurang lebih 20 menit, akhirnya bus yang kami harapkan pun tiba. Kali ini sudah banyak penumpang yang berada di dalam bus, beruntung kami masih mendapatkan tempat duduk.
      Namun, ternyata kami menghadapi suatu masalah di sini. Kami tidak mengetahui bahwa kebijakan bus Trans Jateng yang masih mewajibkan setiap penumpang untuk mengenakan masker sesuai protokol kesehatan. Salah satu di antara kami kehilangan maskernya dan dia baru menyadarinya saat kami sudah tiba di terminal. Awalnya dia berusaha menyembunyikannya dengan menunduk, tetapi petugas tidak dapat dikelabui. Saat petugas tersebut mengetahuinya, ia kemudian menanyakan pada penumpang lain apakah ada yang membawa masker untuk diberikan kepada teman kami. Alhamdulillah, Tuhan masih melindungi kami saat itu. Ada salah seorang penumpang yang membawa masker dan berkenan untuk memberikannya pada rekan kami. Kami sangat lega karena sebelumnya khawatir akan diturunkan saat itu juga. Tragedi tersebut cukup lucu tetapi juga menegangkan pada saat yang sama.
      Setelah perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam, kami akhirnya tiba di Terminal Kutoarjo. Sebelum pulang, kami memutuskan untuk makan terlebih dahulu dan bakso menjadi pilihan kami saat itu. Kami mengobrol tentang banyak hal, khususnya beberapa momen-momen tidak terduga yang terjadi saat aktivitas kami di Candi Borobudur. Tidak terasa waktu menunjukkan hampir pukul enam sore. Kami pun segera bergegas untuk kembali ke rumah masing-masing.
      Perjalanan wisata ke Candi Borobudur ini akan menjadi salah satu perjalanan wisata yang akan kukenang dalam hidupku. Begitu banyak momen bahagia yang aku alami bersama dengan keempat sahabatku melalui perjalanan ini. Terlebih lagi ini menjadi perjalanan wisata pertamaku dan sahabat-sahabatku ke luar daerah. Candi Borobudur sendiri juga berhasil memberikan begitu banyak kesan positif bagi diriku secara pribadi. Aku benar-benar menikmati perjalanan wisata ini, mulai dari keberangkatan, saat di destinasi, bahkan hingga perjalanan pulang. Kepuasan tersendiri untuk bisa kembali berwisata benar-benar dapat dirasakan setelah selama kurang lebih dua tahun terkekang karena adanya pandemi. Meskipun di beberapa tempat masih mewajibkan untuk mengikuti protokol kesehatan, tetapi kondisi saat ini sudah sangat jauh lebih baik dibanding tahun 2020 saat awal pandemi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H