Sebelum masuk, kami melintasi bagian pengecekan suhu sesuai dengan protokol kesehatan karena masih dalam masa pascapandemi. Tiba di bagian loket, kami tidak segera mengantre, melainkan bertanya terlebih dahulu pada petugas yang ada di sana terkait harga tiket. Rupanya sia-sia kami bertanya karena jawaban pertanyaan kami sudah terpampang dengan jelas di sebuah papan yang ada di bagian loket. Saat itu kami membeli tiket seharga Rp50.000,00 tanpa akses untuk naik ke bagian candi karena masih ada batasan.
"Permisi, Pak, mau tanya, untuk masuk ke area candi masih wajib menggunakan masker atau tidak ya?"
"Sudah bebas mbak, masker bisa dilepas selama berada di dalam," jawab seorang petugas.
"Oh baik, Pak, terima kasih," jawabku dan petugas tadi merespon dengan anggukan.
      Usai melintasi bagian pengecekkan tas, kami pun berhasil masuk ke area Candi Borobudur. Mata kami disuguhkan dengan pemandangaan berupa rumput hijau serta pepohonan besar nan lebat. Kegiatan mengambil gambar menjadi pelengkap dari perjalanan wisata kami. Karena luasnya lahan Candi Borobudur, maka kami pun harus berjalan kaki untuk bisa mencapai ke depan bangunan candi. Kami melintasi jalanan yang cukup lebar dan sangat bersih dengan dihiasi beragam pohon di sekitarnya. Kehadiran pepohonan tersebut sangat membantu untuk memberikan suasana yang sejuk meskipun di tengah teriknya sinar matahari.
      Setelah beberapa menit berjalan kaki, kami akhirnya tiba di depan gerbang masuk ke area utama candi. Megahnya bangunan Candi Borobudur tersaji tepat di hadapan kami. Jalanan panjang nan bersih dengan disertai bangku-bangku bernuansa putih menjadi pemandangan bagi wisatawan sebelum akhirnya mereka memasuki gerbang menuju ke area utama candi. Nampaknya perjalanan menuju ke area utama candi ini sudah membutuhkan perjuangan, mulai dari berjalan kaki melintasi jalanan yang cukup panjang hingga kami harus menaiki beberapa anak tangga untuk benar-benar tiba di hadapan bangunan Candi Borobudur.
      Teriknya sinar matahari memaksa kami untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum menaiki tangga. Kami duduk pada bangku-bangku yang tersedia di sepanjang jalan menuju ke gerbang candi. Sambil duduk santai dan mengobrol, aku sesekali mengamati kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan lainnya. Ada cukup banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Candi Borobudur kala itu. Menyenangkan rasanya melihat begitu banyak manusia yang akhirnya kembali bisa melakukan kegiatan wisata dengan lebih leluasa setelah kurang lebih dua tahun terkekang karena pandemi.
      Setelah merasa cukup beristirahat, kami akhirnya melanjutkan perjalanan dengan menaiki tangga menuju ke area utama candi. Baru setengah perjalanan, napas kami sudah tersengal, tidak jarang kami mengusap peluh yang terus mengucur membasahi dahi dan pelipis. Mencoba untuk saling menyemangati, kami berlima akhirnya tiba di depan bangunan Candi Borobudur yang super megah. Aku yang terakhir kali ke Candi Borobudur pada usia 5 tahun merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa berkunjung lagi. Secara tata letak tentu saja sudah banyak yang berubah dari destinasi ini. Namun, kemegahan Candi Borobudur masih tidak tertandingi.
       Tanpa berlama-lama, kami pun segera mengeksplor sekeliling candi. Sayangnya saat itu masih terdapat aturan untuk tidak memasuki bangunan utama candi, sehingga kami hanya dapat mengamati dan mengeksplor sekeliling tanpa naik ke bangunan candi. Baru sebentar mengeksplor area sekitar candi, terinya sinar matahari lagi-lagi memaksa kami untuk beristirahat sejenak. Sambil berduduk santai, aku mengedarkan pandanganku ke sekitar. Aku mendapati tupai yang tengah melompat dari satu ranting ke ranting pohon lainnya. Lagi-lagi aku juga mengamati aktivitas wisatawan lain. Ada satu keluarga wisatawan mancanegara yang disertai oleh seorang pemandu lokal tengah asyik berkeliling sembari mengambil beberapa foto. Melihat hal tersebut, kami pun juga tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berfoto bersama dengan latar belakang candi sebelum kembali melanjutkan eksplorasi.