Mohon tunggu...
Rizka Junanda
Rizka Junanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - writer

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Petualangan Ocha di Negeri Bawah Tanah

20 November 2024   21:21 Diperbarui: 20 November 2024   22:11 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Ocha, seorang gadis cilik berumur tujuh tahun yang gemar membaca banyak dongeng. Setiap hari Minggu, ayah dan ibu mengajakku untuk pergi membeli majalah anak yang sangat kusukai. Majalah Kejora namanya. Di dalam majalah itu banyak sekali dongeng anak, rubrik, hingga kartun-kartun favoritku.

Setelah menemani ibu berbelanja sayur, akhirnya aku mendapatkan majalah favoritku! Setelah sampai di rumah dan membantu ibu menata barang belanjaan, aku langsung membaca majalah di depan televisi, tepatnya di ruang keluarga. Sebelum membuka halaman pertama, kupandangi sampul majalah yang terasa lebih unik dari biasanya. Di setiap pojok cover, dapat kulihat banyak ilustrasi lucu dari sayur-sayuran. Seperti kentang, wortel, singkong, bawang dan banyak lagi umbi-umbian yang diberi mata, hidung, dan mulut sehingga membuat mereka seakan-akan tersenyum kepadaku. Setelah puas mengamati sampul, aku langsung membuka halaman pertama dan tanpa kusadari tiba-tiba tubuhku terasa begitu ringan dan sensasi mengantuk langsung menyerangku hingga aku pun terlelap, menjatuhkan majalah yang ku pegang ke lantai......

"Halo, Ocha! Selamat datang di dunia bawah tanah!!!" sebuah suara melengking membangunkanku dari tidur nyenyak. Aku bangun terduduk dan mengerjapkan mata. Dengan penglihatan yang masih sedikit buram, aku memicingkan mata. Eh, dimana ini?, batinku. Mataku sempurna terbelalak melihat keindahan tempat di sekitarku. Langit biru cerah, tumbuhan hijau yang saling bercakap-cakap, dan ... eh? Apa ini?!! wortel oranye yang tengah berdiri di sampingku dan menatap sambil tersenyum riang. Di sebelahnya ada singkong, kentang, dan bawang merah yang sama-sama tersenyum menatapku. Dan baru kusadari, ternyata badanku juga mengecil seperti mereka! Aku langsung bangkit berdiri dan ternyata, tinggiku benar-benar setara dengan wortel!

"Kentang, wortel, bawang merah, dan singkong....siapa kalian? Kenapa ada disini?" tanyaku kebingungan. Si wortel oranye tiba-tiba melompat di depanku. "Kamu lupa Ocha? Kami ini...adalah gambar di sampul majalahmu...", jawabnya penuh semangat.

Aku tertegun. Benar saja! Mereka ini semua adalah gambar-gambar yang tadi kulihat di sampul majalah! Oh,...

"Kamu tidak perlu khawatir, Ocha. Kami semua di sini baik kok." Kata si bawah merah bulat yang begitu lucu.

"Sebelumnya  kamu harus mengenal kami berempat, he he he... namaku adalah prajurit singkong, ini adalah hulubalang Ceriyawang, itu adalah kapten Wortel, dan yang disebelahku ini adalah panglima Kentang. Kami dikirim oleh Raja Jahe untuk meminta tolong pada seorang anak dari negeri atas tanah", jelas prajurit Singkong

"Oh, jadi kalian ingin meminta tolong kepadaku? Memangnya apa yang bisa kubantu?" tanyaku pada mereka  berempat. Sebenarnya aku masih bingung dengan kejadian ini. Tapi, ya sudahlah. Yang terpenting saat ini adalah aku harus membantu mereka semua.

Setelah mendengar pertannyaanku, tiba-tiba mereka menunduk sedih.

"Sebenarnya negeri bawah tanah sedang tertimpa musiah, Ocha...banyak sekali anak-anak jahe yang mengalami sakit gigi, padahal mereka sudah gosok gigi. Karena itulah raja jahe meminta kami untuk menminta tolong pada manusia untuk membantu mengatasi masalah ini", jelas Kapten Wortel. Alisnya melengkung sedih saat mengatakannya. Membuatku ikut merasa sedih. Aku segera memeluk tubuh mereka berempat dan berkata, "sudah jangan sedih! Aku akan membantu kalian! Lagi pula, kan kita harus membantu dan menyayangi semua ciptaan Tuhan. Jadi, aku akan membantu kalian dengan senang hati!"

Mereka langsung menatapku dengan mata berbinar dan membalas pelukanku.

"Eh, tapi tadi kalian bilang banyak anak jahe yang sakit gigi walaupun sudah gosok gigi? Begitu kan?" tanyaku pada mereka.

"Benar, Ocha. Kami semua tidak tahu kenapa mereka semua sakit gigi. Padahal dokter Lengkuas sudah pernah berpesan untuk selalu menggosok gigi dengan baik dan benar saat berkunjung di sekolah" jawab hulubalang Ceriyawang.

"Emm, bagaimana jika kita ke rumah anak-anak jahe itu saja? Supaya kamu bisa langsung melihat merek, Ocha. Bagaimana?" usul panglima kentang. Aku pun menyetujuinya karena memang aku juga sangat penasaran, kenapa banyak anak jahe yang sakit gigi padahal sudah rajin gosok gigi? Dan kenapa hanya anak-anak jahe?. Hemm, aku harus memecahkan persoalan ini dan membantu mereka.

Akhirnya aku tiba di sebuah pedesaan yang dikelilingi warna hijau tumbuhan dan rumah-rumah setengah lingkaran. Kapten Wortel, Panglima Kentang, Hulubalang Ceriyawang, dan Prajurit Singkong mengajakku untuk masuk ke dalam salah satu rumah tersebut. Aku mengikuti mereka dan begitu sampai di ambang pintu, dapat kudengar suara tangisan seorang anak kecil,

"permisi, bolehkan kami masuk bibi Jahe?" ucap kapten Wortel sambil mengetuk pintu. Tak lama kemudian, keluarlah sosok mungil berbentuk jahe yang mengenakan kain penutup kepala.

"oh, kalian...tentu saja, ayo masuk. Eh, siapa ini?", tanyanya menunjukku.

"Dia Ocha, bi. Manusia dari negeri atas tanah. Ia akan membantu kita untuk mengetahui alasan mengapa banyak anak jahe yang sakit gigi.", terang Panglima Kentang. Bibi jahe itu kemudian memandangku dengan penuh harap dan mempersilahkan kami semua untuk masuk menemui anaknya yang tengah tertidur sambil menangis.

Ia menjelaskan awal mula anaknya sakit gigi. Katanya, anak-anak jahe memang gemar makan makanan manis seperti permen, coklat dan sebagainya seperti anak lain, tapi entah kenapa hanya anak-anak jahe yang mengalami sakit ini.

"Maaf bibi, sebenarnya aku juga bingung kenapa semua ini bisa terjadi karena setauku jika kita rajin menggosok gigi dengan benar, maka sakit gigi akan bisa kita hindari dan gigi kita akan menjadi sehat.", ucapku sambil memandang bibi Jahe yang tengah bersedih

Aku terus berpikir kerasa hingga tiba-tiba teringat sesuatu.

"Oh, aku ingat sekarang! Apakah anak-anak jahe menggosok gigi mereka dengan benar, bibi?" tanyaku dengan semangat.

Semua teman-temanku menatapku heran begitu pula dengan Bibi Jahe.

"Oh, aku...aku tidak begitu memperhatikannya, nak. Tapi, beberapa minggu lalu dokter Lengkuas sudah mengajari cara menggosok gigi dengan benar", jelas Bibi Jahe.

"Tapi, aku dan teman jahe sebenarnya membolos saat itu, ibu..." tiba-tiba si anak jahe berbicara lirih dengan sedikit takut. Oh,... ternyata itulah sebabnya mengapa anak-anak jahe mengalami sakit gigi sedangkan anak lainnya tidak. Hah...aku memandang teman-temanku dan Bibi Jahe dengan lega. Kini masalah sakit gigi sudah teratasi dan...

"Ocha...Ocha...bangun, nak! Ayo makan dulu...kamu belum makan loh", aku mengerjapkan mata dan wajah ibu lah yang pertama kulihat saat pertama kali membuka mata.

"Loh, kok Ocha di rumah?" tanyaku linglung

"Memangnya kamu dimana, Cha? Dari tadi kamu tidur sambil memeluk majalah loh." Jawab ibu tak habis pikir dengan pertannyaanku. 

Eh? Aku tertegun. Apa tadi itu hanya mimpi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun