Kulangkahkan kaki kembali ke kios buku bekas tempat di mana kutinggalkan anak-anakku dan bertekat, aku akan mengajarkan kepada mereka untuk menjadi gelandangan tangguh sepertiku!!
      Matahari telah hilang berganti bulan purnama. Seharian penuh kutinggalkan mereka demi mencari si bajingan, tiba-tiba rasa rinduku membuncah. Kupercepat lariku agar cepat sampai dan segera dapat memeluk tubuh hangat mereka.
***
Aku terpaku.Â
Tubuhku melemas melihat pemandangan di depan sana. Apakah ini jawaban Tuhan bahwa Ia telah mengabulkan satu harapanku? Sekitar dua ratus meter dari tempatku berdiri, kulihat sosok yang tengah bersama ketiga buah hatiku. Sosok yang seharian ini kucari! Tidak salah lagi! Aku masih mengingat ekor panjangnya itu. Oh, Tuhan...ternyata seperti ini rasanya bahagia?Â
Rasanya, sekarang si bajingan telah berubah menjadi malaikat di hadapanku. Melihatnya bersama anak-anakku total berhasil meluruhkan perasaan marah dan kecewa atas tindakannya dulu. Oh, keluarga kecilku...aku akan menyapa mereka dan tinggal bersama sekarang! Aku punya keluarga!
Belum sempat kakiku melangkah, kini terpaksa terhenti. Seorang perempuan tua tiba-tiba turun dari sebuah mobil dan mendekati keluarga kecilku. Jantungku berdegup kencang. Apa yang akan ia lakukan? Aku bisa melihat senyumnya saat mengelus kepala suamiku. Sesaat kemudian seorang lelaki yang lebih muda darinya juga ikut turun sambil membawa sebuah kardus berukuran sedang di tangannya.Â
Oh, tidak! Perempuan tua itu memasukkan suami dan anak-anakku dalam kardus dan membawanya masuk ke mobil. Sontak, aku berlari mengejar mobil yang telah melaju cepat tersebut. Keempat kaki kecilku tentu tidak dapat menyaingi cepatnya mobil merah itu. Sekeras apapun aku menjerit, mereka tidak akan pernah mendengar. Meong....meong .... aku terus berteriak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H