Meskipun begitu kendala tersebut pada akhirnya bisa diatasi dengan cara aktif berkomunikasi dengan berbagai pihak seperti melakukan penjadwalan penggunaan laboratorium komputer, melakukan bimbingan per kelompok secara bergantian di luar jam belajar rutin dengan menggunakan beberapa laptop yang tersedia. Pentingnya penguasaan teknologi di era industri 5.0 mengharuskan guru untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajarannya disesuaikan dengan daya dukung yang ada.
Selain dalam bentuk digital ada pula peserta didik yang memilih menampilkan kumpulan caption berbentuk poster. Di Kurikulum Merdeka hal ini tentunya diperbolehkan, peserta didik bebas bereksplorasi sesuai dengan minat dan bakatnya.Â
Lalu apa yang menarik dari praktik baik implementasi Kurikulum Merdeka ini? Terlihat peserta didik lebih antusias, aktif, dan bersemangat dari awal hingga akhir pembelajaran, tekun dalam penyelesaian proyek, serta semakin terasah soft skills nya berdasarkan hasil observasi yang dilakukan. Tujuan pembelajaran dalam penulisan caption pun mengalami peningkatan dengan ketuntasan klasikal sebesar 87% dari yang sebelumnya berada pada kategori average dengan nilai rata-rata 68.12 menjadi good dengan rata-rata 81.38.
Beberapa rekan yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung melihat progress ini dan mulai tertarik untuk lebih mendalami dan mau memulai untuk menerapkan Kurikulum Merdeka secara benar dalam pembelajaran di kelas mereka. Jadi, Kurikulum berganti! Merdeka katanya, Sungguhkan Merdeka? Ya. jika diikuti dengan kesungguhan semua pihak dalam implementasinya dengan guru sebagai ujung tombaknya. Bergerak, Tergerak, Menggerakkan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H