Mohon tunggu...
Rizka Fadhilah
Rizka Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hanya seorang mahasiswi biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal di Tengah Arus Modernisasi di Sektor Pendidikan

21 Agustus 2024   23:07 Diperbarui: 21 Agustus 2024   23:38 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Eksistensi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal di Tengah Arus Modernisasi di Sektor Pendidikan

Di era globalisasi dan modernisasi yang serba cepat, pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Teknologi berkembang membawa dampak besar, terutama berdampak dengan cara siswa belajar dan bagaimana pendidikan diselenggarakan. Walaupun begitu, di tengah arus modernisasi ini, pendidikan berbasis kearifan lokal tetap memiliki peran penting untuk menjaga identitas budaya bangsa.

Kearifan lokal adalah serangkaian nilai, norma, pengetahuan, dan praktik yang diwariskan secara turun-temurun dalam suatu komunitas. Di Indonesia, kearifan lokal seringkali menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan mencerminkan keanekaragaman budaya yang kaya. Penerapan kearifan lokal di dalam pendidikan, memiliki tujuan untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya dan juga membentuk karakter siswa yang menghargai nilai-nilai lokal.

Misalnya, di sekolah saya, di Tangerang Selatan pendidikan formal seringkali melibatkan tradisi dan adat-istiadat lokal, seperti upacara keagamaan dan seni tari ke dalam kurikulum, terutama P5. Hal ini tidak hanya melestarikan budaya lokal tetapi juga membantu siswa untuk memahami jati diri mereka sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar. Namun, modernisasi memiliki tantangan tersendiri terhadap pendidikan berbasis kearifan lokal. Penetapan standar global dalam kurikulum dan metodepembelajaran, serta fokus terhadap teknologi digital, seringkali membuat pendidikan tradisional tergeser. Banyak sekolah yang lebih fokus pada mata pelajaran berbasis sains dan teknologi, kearifan lokal dianggap sebagai sesuatu yang kurang relevan di era modern.

Teknologi dan globalisasi juga mempercepat berkembangnya budaya karena generasi muda lebih tertarik pada budaya populer global daripada tradisi lokal. Apalagi, media sosial dan internet cenderung menyebarkan nilai-nilai budaya barat yang dapat mempengaruhi pandangan terhadap kearifan lokal.

Walaupun begitu, jika kita menggunakan cara yang tepat, teknologi dapat menjadi sarana untuk melestarikan dan menyebarkan nilai-nilai kearifan lokal. Contohnya, platform pembelajaran digital dapat digunakan untuk membuat materi pembelajaran interaktif tentang sejarah lokal, bahasa daerah, dan seni tradisional.

Di beberapa daerah, sekolah telah mulai menggunakan teknologi untuk merekam cerita rakyat, lagu-lagu tradisional, pembacaan puisi pantun, dan praktik budaya lainnya. Sisi positifnya, konten tersebut dapat diakses oleh siswa di seluruh negeri. Dengan demikian, teknologi bukan lagi menjadi ancaman bagi kearifan lokal, tetapi justru dapat menjadi alat yang efektif untuk melestarikannya.

Eksistensi pendidikan berbasis kearifan lokal di tengah arus modernisasi adalah tantangan yang harus dihadapi dengan bijaksana. Kearifan lokal tidak hanya penting untuk melestarikan warisan budaya, tetapi juga untuk membentuk karakter generasi muda yang menghargai identitas mereka. Pemerintah, pendidik, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian budaya, sehingga pendidikan di Indonesia dapat terus berkembang tanpa kehilangan jati dirinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun