Melalui hal tersebut diharapkan kondisi perekonomian masyarakat setempat akan perlahan pulih serta dapat membuka lapangan pekerjaan bagi para warga desa.
Tak hanya Niluh dan 400 ibu-ibu penenun di Desa Wisata Tenganan, Karangasem, Bali yang merasakan buah manis Presidensi G20 bagi perekonomian keluarga mereka. Sebab Presidensi G20 juga membawa banyak dampak positif di berbagai sektor.Â
Terjadi pemerataan penyebaran wisatawan mancanegara yang cukup signifikan ke berbagai daerah lain di Indonesia. Pasalnya, selain mengadakan puncak acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, forum ini juga menyelenggarakan ratusan pertemuan tingkat pimpinan, menteri, deputi, hingga working group yang akan digelar di berbagai kota-kota lainnya di Indonesia.
Selain itu G20 juga akan mengadakan berbagai side event yang dapat diikuti oleh para delegasi dan peserta. Setidaknya, ada 46 paket wisata yang ditawarkan untuk kebutuhan pre dan post tour. Sehingga dengan rangkaian kegiatan yang panjang tersebut mobilitas ratusan ribu delegasi asing serta stakeholder terkait tentu akan berpeluang dapat mendongkrak perekonomian masyarakat serta pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari sektor jasa perhotelan, transportasi, catering, operator wisata, cinderamata, UMKM, dan sektor-sektor terkait lainnya.
Mengutip dari Kompas, secara ekonomis putaran uang dari penyelenggaraan forum G20 sepanjang periode Presidensi Indonesia diperkirakan mencapai 1,5 hingga 2 kali lebih besar dari Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali tahun 2018 silam.Â
Berdasarkan hitung-hitungan Kemenko Perekonomian, melalui ratusan forum yang terselenggara secara hibrida, akan terjadi peningkatan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun serta penambahan produk domestik bruto (PDB) nasional hingga Rp 7,4 triliun dan keterlibatan ratusan ribu UMKM serta penyerapan tenaga kerja sekitar 33.000 orang di berbagai sektor.
Presidensi G20, Momentum Pemulihan Ekonomi Global dan Peta Jalan Menuju Indonesia Maju
Lebih jauh lagi, G20 yang merupakan forum utama kerjasama ekonomi internasional yang beranggotakan 19 negara utama dan Uni Eropa ini menjadi tumpuan asa dalam pemulihan ekonomi global pasca pandemi. Pasalnya, secara kolektif G20 merupakan representasi dari 85 persen perekonomian dunia, 80 persen investasi global serta 60 persen populasi dunia.Â
Oleh karena itu, kesepakatan di antara negara-negara G20 akan menjadi kekuatan besar dalam upaya pemulihan dunia dimana kesepakatan itulah yang menjadi komitmen politik bagi negara-negara peserta sehingga berdampak besar pada sistem ekonomi, arsitektur keuangan, dan tata kelola kebijakan dunia.
Sebagai pemegang tongkat Presidensi, Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mengangkat isu-isu terkait ekonomi, keuangan dan pembangunan lainnya yang tak hanya berpihak pada kepentingan global saja tapi juga selaras dengan Visi Indonesia Emas 2045.