FOMO adalah singkatan dari "Fear of Missing Out." Ini mengacu pada kecemasan atau kegelisahan yang mungkin dirasakan orang ketika mereka percaya bahwa mereka kehilangan peristiwa atau pengalaman menarik atau menarik yang terjadi di sekitar mereka.Â
FOMO sering kali muncul karena melihat orang lain terlibat dalam aktivitas atau acara melalui media sosial, yang dapat menimbulkan rasa dikucilkan atau ketakutan tidak menjadi bagian dari sesuatu yang menyenangkan.
FOMO dapat diwujudkan dalam berbagai cara, seperti merasa tertekan untuk menghadiri pertemuan atau acara sosial, terus-menerus memeriksa feed media sosial untuk tetap update, atau merasa menyesal atau kecewa ketika tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan. Rasa takut ketinggalan bisa sangat lazim di kalangan generasi muda yang tumbuh dengan media sosial dan arus informasi yang konstan.Â
Meskipun wajar untuk memiliki beberapa tingkat FOMO, perasaan kehilangan yang berlebihan atau kronis dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan kebutuhan konstan akan validasi melalui aktivitas sosial. Sangat penting untuk mencapai keseimbangan antara berpartisipasi dalam pengalaman yang bermakna dan meluangkan waktu untuk kesejahteraan pribadi.
Jika Anda kesulitan dengan FOMO, pertimbangkan tips berikut:
1. Penggunaan Media Sosial : Batasi waktu Anda di platform media sosial dan waspadai bagaimana hal itu memengaruhi emosi Anda. Ingatlah bahwa orang sering menyajikan versi kehidupan mereka yang diidealkan, dan apa yang Anda lihat mungkin tidak mencerminkan kenyataan secara akurat.
2. Prioritaskan dan Tetapkan Batasan: Tentukan prioritas Anda dan fokus pada aktivitas yang selaras dengan nilai dan tujuan Anda. Belajarlah untuk mengatakan tidak pada acara atau pertemuan yang tidak benar-benar menarik bagi Anda atau menguras energi Anda.
3. Rangkullah JOMO: "Joy of Missing Out" adalah kebalikan dari FOMO. Rangkullah ide meluangkan waktu untuk diri sendiri, menikmati kesendirian, dan terlibat dalam aktivitas yang memberi Anda kebahagiaan dan kepuasan sejati.
4. Praktek Perawatan Diri: Terlibat dalam kegiatan yang mempromosikan perawatan diri dan refleksi diri. Ini bisa termasuk olahraga, meditasi, menghabiskan waktu di alam, atau mengejar hobi yang Anda sukai.
Ingat, kehidupan setiap orang itu unik, dan penting untuk memprioritaskan kesejahteraan dan kebahagiaan Anda sendiri daripada rasa takut kehilangan apa yang dilakukan orang lain. dan jika dirasa dampak negatif sudah sangat mengganggu, janganlah ragu untuk mengkonsultasikan ke pihak yang profesional agar bisa mengurangi dampak negatif tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H