Mohon tunggu...
Rizka Arfarianti
Rizka Arfarianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

UAS pengantar ilmu lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Mikroplastik Terhadap Kesehatan Manusia dan Ekosistem

24 Desember 2024   14:38 Diperbarui: 24 Desember 2024   13:38 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada periode sekarang, plastik menawarkan beberapa keuntungan untuk hidup.
Karena biayanya yang rendah, bobot rendah, dan tahan lama, plastik menjadi semakin
populer. Pasar terbesar untuk plastik yang digunakan sebagai bahan sekali pakai adalah
barang kemasan plastik. Rendahnya persentase plastik daur ulang adalah salah satu efek dari
penumpukan sampah plastik. Polutan yang berasal dari plastik tersedia dalam berbagai
ukuran. (Lutfi, M., Asih dkk. 2023).

Plastik adalah zat yang sangat ulet, dan mikroplastik sulit dihilangkan dari lingkungan
laut. Mikroplastik yang tersebar, terutama yang berada di daerah kutub, akan berdampak pada
kehidupan laut di dalam ekosistem. Faktor-faktor tersebut antara lain laju pertumbuhan,
sekresi hormon, gangguan kemampuan biota untuk menyerap energi, dan potensi reproduksi
biota. Jika orang mengonsumsi biota yang telah terpapar mikroplastik, mereka mungkin
terpengaruh. Dengan demikian, mikroplastik yang menumpuk di laut dapat berbahaya bagi
manusia dan kehidupan laut. (Argiandini, D. M. 2023).

Partikel plastik yang lebih kecil dari 5 mm dikenal sebagai mikroplastik, dan menjadi
masalah lingkungan global yang utama. Mikroplastik terbentuk dari degradasi plastik besar,
produk konsumen seperti kosmetik dan deterjen, serta limbah industri. Peningkatan
penggunaan plastik secara global berkontribusi besar terhadap penyebaran mikroplastik di
lingkungan, baik di laut, daratan, maupun udara (Andrary, A. L. 2011).

Makhluk laut yang memakan mikroplastik, seperti ikan dan kerang, dapat
memasukkannya ke dalam rantai makanan. Pada gilirannya, manusia sebagai konsumen
puncak juga dapat terpapar mikroplastik melalui konsumsi makanan laut atau air yang
terkontaminasi. Paparan mikroplastik dapat memengaruhi kesehatan manusia, antara lain
dengan menyebabkan gangguan metabolisme, peradangan, bahkan potensi risiko kanker
akibat bahan kimia berbahaya yang terbawa oleh plastik, seperti ftalat dan bisfenol A (BPA)
(Smith et al., 2018). Penelitian mengenai efek jangka panjang dari mikroplastik terhadap
tubuh manusia masih terbatas, tetapi indikasi awal menunjukkan bahwa paparan mikroplastik
dapat menimbulkan gangguan hormonal dan kerusakan organ (Rochman et al., 2013).

Mengonsumsi makanan (terutama makanan laut), air minum, atau menghirup partikel
udara yang tercemar mikroplastik semuanya dapat memasukkan mikroplastik ke dalam tubuh
manusia. Dampaknya terhadap kesehatan manusia masih dalam tahap penelitian, namun
sejumlah bukti
menunjukkan bahwa mikroplastik berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan baik
langsung maupun tidak langsung. Beberapa kemungkinan efek kesehatan yang telah
diketahui atau diperkirakan meliputi efek peradangan, gangguan endokrin, akumulasi dan
bioakumulasi

Mikroplastik juga memiliki dampak signifikan terhadap ekosistem, terutama terhadap
organisme yang hidup di lingkungan perairan dan darat. seperti ancaman terhadap kehidupan
laut dimana mikroplastik sering ditemukan di laut dan dapat dimakan oleh berbagai jenis
organisme laut, seperti ikan, kerang, dan plankton. mikroplastik juga dapat menempel pada
terumbu karang dan mengganggu proses fotosintesis pada alga simbiotik yang hidup di
dalamnya, yang merupakan sumber energi utama bagi karang. Dan juga sangat berpengaruh
terhadap Tanah, mikroplastik dapat mengganggu organisme tanah, seperti cacing dan
mikroorganisme, yang penting untuk kesuburan tanah dan siklus nutrisi. Penurunan jumlah
organisme tanah dapat mengurangi kualitas tanah, yang pada gilirannya dapat memengaruhi
pertanian dan produksi pangan.

Mikroplastik tersebar luas di lingkungan, terutama di laut dan perairan, menyebabkan
pencemaran yang mengancam ekosistem laut dan daratan. Melalui rantai makanan,
mikroplastik pada akhirnya dapat menjangkau manusia setelah memasuki tubuh makhluk laut
yang memakannya. Selain itu, makan makanan laut atau menghirup udara yang
terkontaminasi dapat menyebabkan mikroplastik menumpuk di tubuh manusia dan mungkin
termasuk senyawa berbahaya dan logam berat, yang dapat mengganggu hormon,
menyebabkan peradangan, atau merusak organ tubuh. (Ilmiawati, dkk. 2022).

Berikut solusi yang dapat mencegah meningkatnya penemaran mikroplastik :
1. Gunakan pengganti ramah lingkungan untuk plastik sekali pakai dan kurangi
penggunaannya, seperti plastik biodegradable atau bahan organik lainnya.
2. Regulasi penanganan sampah plastik yang lebih ketat harus diterapkan oleh pemerintah,
termasuk pelarangan produk plastik yang mengandung mikroplastik (seperti dalam kosmetik
dan deterjen), serta penerapan sistem daur ulang yang lebih efektif.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya mikroplastik dan cara-cara untuk
minimalkan penggunaan plastik dengan memanfaatkan barang-barang ramah lingkungan dan
mengurangi sampah plastik dalam negeri.
4. Mengembangkan teknologi baru untuk mendeteksi, mengumpulkan, dan membersihkan
mikroplastik dari lingkungan, baik di laut, sungai, maupun tanah. Beberapa teknologi
pembersihan yang sudah ada, seperti filter mikroplastik dalam air minum, perlu diperluas dan
diperbaiki.
5. Meningkatkan penelitian untuk memahami efek jangka panjang mikroplastik terhadap
ekosistem dan kesehatan manusia serta untuk menemukan solusi yang lebih efektif dalam
pembersihan dan pencegahan pencemaran mikroplastik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun