Kabupaten Pekalongan (9/8/2023) - Sampah merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang berdampak signifikan dalam keberlangsungan ekosistem dan kehidupan di bumi. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada 2022, timbunan sampah di Indonesia 18,30 juta ton per tahun, angka pengurangan sampah 4,89 juta ton per tahun atau setara 26,72 persen, dan penanganan sampah 9,25 juta ton per tahun atau setara 50,55 persen. Sayangnya permasalahan sampah ini masih terjadi di banyak tempat dan Desa Lumeneng, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan ini salah satunya.Â
Kendala yang masih menjadi pokok masalah warga Desa Lumeneng adalah masalah lingkungan khususnya, permasalahan sampah. Masih banyak warga yang belum memiliki kesadaran mengenai pengelolaan sampah. Membuang sampah sembarangan dan melakukan pembakaran terhadap sampah plastik adalah suatu hal wajar yang dilakukan oleh para warga disini. Permasalahan lainnya yang ada di Desa Lumeneng adalah masalah pendidikan. Pola pikir masyarakat mengenai pendidikan formal masih minim yang menyebabkan banyak anak-anak hanya menempuh pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, kemudian mereka memilih merantau untuk bekerja. Â
Sejalan dengan kendala yang terjadi di desa ini, TIM II KKN UNDIP Tahun 2023 terdorong untuk membuat program kerja Pemanfaatan Sampah Plastik Dengan Metode Ecobrick. Alasan pemilihan judul ini dikarenakan masih banyak sampah plastik yang dibuang tidak pada tempatnya sehingga bertebaran di sepanjang jalan serta banyak warga yang memilih membakar sampahnya agar tidak menimbun, tetapi hal tersebut justru menimbulkan banyak masalah lainnya seperti polusi dan masalah kesehatan. Bentuk kegiatan yang akan dilakukan oleh tim adalah dengan Memberikan edukasi, pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan cara mengubahnya menjadi ecobrick yang memiliki nilai tambah. Kami memilih mengolah menjadi Ecobrick karena Ecobrick adalah sebuah inovasi visioner yang dikembangkan sebagai solusi pengolahan limbah plastik. Diambil dari dua kata pembentuknya, eco dan brick, secara sederhana didefinisikan sebagai bata ramah lingkungan. Ecobrick sendiri diciptakan oleh Rusel Maier seorang seniman dari Kanada di Filipina. Sangat populer di dunia saat ini dan juga sering dikenal dengan nama-nama seperti Bottle Brick atau Eco Ladrillo. Dikembangkan dari material plastik atau sampah plastik, Ecobrick ini memiliki sifat dasar dari plastik tersebut yaitu kuat, anti air, dan awet.
Tim ini memulai programnya dengan menyisir jalan di desa dan mengumpulkan sampah anorganik kering yang bisa diolah kembali. Kami juga mengajak siswa SDN 01 Lumeneng, SDN 02 Lumeneng, dan MIS Lumeneng untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan meja kursi cantik ini dengan memberikan penugasan untuk membawa sampah anorganik atau sampah plastik dan bahan lainnya untuk membuat ecobrick. Sebelum memberikan penugasan ini TIM II KKN Undip terlebih dahulu memberikan pencerdasan tentang sampah, dampak serta manfaatnya, sehingga para siswa terdorong untuk ikut berpartisipasi aktif. Tetapi kami tidak hanya melakukan pencerdasan kepada siswa sekolah, tetapi juga kepada warga desa lumeneng yang diwakili oleh ibu-ibu PKK.
Setelah berhasil membuat banyak botol ecobrick selanjutnya adalah proses penyatuan produk dari ecobrick ini menjadi meja dan kursi. Produk ini tentunya sudah kami uji kekuatannya sebelum akhirnya kami serahkan ke Balai Desa sebagai hasil akhir dari program kerja ini.