Mohon tunggu...
rizka vitasari
rizka vitasari Mohon Tunggu... -

sedang menunutut ilmu d Universitas Sebelas Maret PGSD'09

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yukzz Mari Siapkan Pembelajar!!

26 Desember 2010   05:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:23 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak yang dirumah merasa berkuasa atau seperti “bos” akan merasa marah apabila di kelas dia dianggap sebagai siswa biasa. Sebaiknya dimanapun dan kapanpun anak berada diajarkan agar mempunyai sikap yang wajar tidak berlebihan. Untuk mendapatkan keistemewaan dalam belajar siswa harus melalui proses.Tidak seperti apa yang ada dengan keadaan di rumah mereka.

Apabila siswa dapat mempengaruhi pembelajaran maka akan timbul keyakinan dan sikap positif. Sikap positif ini akan mempengaruhi siswa belajar semakin mendapatkan kemajuan. Sebaliknya, apabila siswa tidak dapat mempengaruhi pembelajaran maka timbul sikap negative yang akan membuat siswa merasa dirinya bodoh dengan hasil belajar buruk.

Banyak factor yang mempengaruhi sikap siswa mempersiapkan pembelajaran. Pertimbangan-pertimbangan biologis medis perkembangan yang dapat mempengaruhi energy, suasana, konsentrasi anak dalam kegiatan belajar. Selain itu factor nutrisi, pancaran sinar matahari, penyakit, hormone, gender, dan usiajuga akan mempengaruhi belajar anak. Kedua keamanan emosional, apabila anak yang merasa fisiknya kurang padahal anak tersebut mempunyai kemampuan intelektual tinggi maka kemampuan tersebut tidak berkembang dikalahkan dengan rasa malu, minder, dan takut.

Disisi lain anak yang kepercayaan dirinya tinggi atau ekstrovert berani menyampaikan ide dan pendapatnya. Untuk anak yang tingkat kemaluannya tinggi sebaiknya guru membantu anak tersebut menemukan kemampuan sesuatu yang terbaik dan menyenangkan. Guru tidak boleh menge-judge atau mencelanya karena anak ini bukan berarti tidak mempunyai kemampuan hanya rasa percaya dirinya kurang.

Selanjutnya keyakinan etis spiritual moral yang dipegang oleh keluarga anak itu sendiri. Kunci sikap dan tingkah laku anak adalah keluarga. Pesan-pesan positif yang diajarkan akan memberikan perasaan yang menyenangkan dan semangat untuk berjuang. Misalnya keluarga memberikan sebuah pernyataan, jika kamu belajar dan berperilaku baik maka kesuksesan akan senantiasa mengiringimu. Pernyataan tersebut dapat memberikan pengaruh positif kepada anak untuk giat belajar dan tingkah laku yang sopan.

Keempat pengaruh social budaya yang saat ini memang memiliki pengaruh paling besar bagi anak. Saat ini teknologi berkembang sangat pesat hal itu diimbangi oleh budaya yang masuk. Siswa dengan latar belakang keluarga mampu, akan mudah mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Sebaliknya siswa dari latar belakang keluarga kurang mampu, SMA saja mungkin tidak karena biaya pendidikan terlampau mahal. Selain itu kebudayaan tiap daerah berbeda oleh sebab itu cara belajarnya pun berbeda.

Factor selanjutnya yaitu penghalang instutisional fisik. Anak didukung dengan orang tua yang mampu dan mempunyai bentuk fisik yang baik, tidak cacat mudah masuk ke dalam suatu sekolah saat uang dan politik berkuasa. Hal ini menimbulkan diskriminasi antara anak orang mampu dan memiliki fisik yang baik dengan anak orang yang tidak mampu dan memiliki kekurangan dalam fisiknya. Dengan meningkatnya kesadaran akan pendidikan penghalang pembelajaran ini semakin berkurang.

Terakhir peran nutrisi dalam pembelajaran yang dapat menunjang berfungsinya neuron-neuron yang sehat. Otak membutuhkan karbohidrat, protein, vitamin, glukosa, dan air untuk mendukung tumbuh kembangnya. Unsure dalam otak lebih banyak air sampai 80%, air juga diperlukan untuk pembelajaran yang optimal. Judith Wurtman, Ph.D (1986) mengemukakan bahwa selain air yang mempengaruhi tumbuh kembang otak yaitu asam amino. Yang paling baik setiap hari mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna.

Para ahli membuktikan bahwa kekurangan vitamin dapat menghambat belajar anak. Benton dan Robert (1998) mengukur tingkat ketajaman visual, reaksi waktu, dan intelegensia pada satu kelompok yang terdiri dari 90 anak usia dua belas sampai tiga belas tahun, sebagian dari meraka diberikan suplemen multivitamin dan sebagian dijadikan kelompok control. Hasilnya kelompok control tidak memberikan hasil yang signifikan dan mmbutuhkan perhatian lebih dari guru. Factor-faktor tersebut hendaknya diperhatikan guru dalam rangka menyiapkan pembelajar agar proses belajar berhasil dan berjalan maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun