Mohon tunggu...
Rizka Pertiwi
Rizka Pertiwi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semangat Juang yang Tak Kenal Usia

22 April 2015   22:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu, 22 April 2015 pukul 18.00 Dalam sebuah perjalanan menuju rumah saudara yang bertempat tinggal di daerah ciputat, saya kesana naik kereta api dari stasiun tanah abang. Saya berdiri didalam gerbong tengah berharap ada orang yang baik hati memberikan tempat duduk, tapi mustahil lah ya saya bisa duduk dikereta disaat jam pulang kantor seperti ini. Karena penumpangnya padat dan saya akhirnya berjalan sedikit demi sedikit mencari tempat yang nyaman.

Saya melihat sepasang suami istri yang bisa dikatakan usianya sudah tidak muda lagi bahkan sudah memasuki masa dimana seharusnya mereka menikmati sisa hidup mereka dengan keluarga mereka, berkumpul didalam rumah bersama anak dan cucu cucu mereka tetapi bisa kita lihat difoto yang saya unggah bersamaan dengan artikel ini mereka harus mencari nafkah untuk bisa bertahan hidup dijakarta yang "katanya kota metropolitan ini".

Tinggal di ciputat dan mengais rezeki sampai ke Tanah Abang. Begitulah perjuangan mereka untuk dapat meyambung hidup. Untuk berdiri saja sulit, tetapi mereka masih harus berjuang menggunakan kaki mereka demi mendapatkan sesuap nasi. Kakek dan Nenek ini mencari nafkah dengan cara mencari botol botol bekas dan brosur  yang berserakan dijalanan. Mereka mensyukuri apa yang sudah tuhan berikan kepada mereka.

Takdir yang sudah tuhan berikan memang sudah diatur sedemikian rupa untuk hambanya, walaupun mereka tidak berkecukupan materi tetapi mereka berdua saling melengkapi satu sama lain. Si nenek setia dan sabar membantu mencari nafkah bersama sang kakek hujan panas mereka hadapi bersama. Semangat, sabar dan selalu bersyukur adalah kunci kebahagian. Sang nenek melontarkan kata terimakasih dan tersenyum ikhlas saat salah satu penumpang lainnya memberikan botol bekas minuman kepada si nenek.

Sedih dan terharu melihat perjuangan nenek dan kakek yang sudah setua itu masih bersemangat mencari nafkah. Dimana hati dan fikiran seorang anak? tega melihat kedua orang tuanya yang sudah lemas dan tidak memiliki tenaga masih harus berpanas panasan dan kehujanan untuk mencari nafkah. Ingat!!! kita semua akan menjadi orang tua, mempunyai anak dan cucu. Jaga dan rawatlah orang tua mu yang telah membesarkan mu hingga sampai seperti sekarang, mereka memang tidak meminta balasan ataupun imbalan apa apa kepada anaknya. Berilah mereka kasih sayang dan perlakuan yang sama sewaktu mereka merawatmu.

Kisah neenek dan kakek ini bisa kita jadikan pelajaran berharga untuk melawan rasa malas, mereka saja yang sudah tua masih memiliki semangat juang yang tinggi untuk melangsungkan hidupnya. Kita kaum muda yang masih memiliki tenaga dan pemikiran yang cerdas harus bangkit dari kemalasan.

Kalian para penerus bangsa yang selalu mengeluh/patah semangat????????? Bangkitlah kobarkan jiwa muda dan mulailah berbuat yang positif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun