Mohon tunggu...
RIZKA AULIYAFITHROTIL
RIZKA AULIYAFITHROTIL Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asal-Usul Desa Jambuwer dengan Tempat Bersejarah dan Budayanya

28 April 2024   08:43 Diperbarui: 14 Mei 2024   05:26 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Pada awalnya Desa Jambuwer sebelum terbentuk adalah wilayah hutan belantara yang hanya duhuni oleh beberapa orang saja. Sebelum dibabat, Desa Jambuwer masuk kedalam Desa Kromengan yang pada akhirnya dibabat oleh penemu desa pada tahun sekitar 1800-an.


     Semakin lama semakin banyak orang-orang baru yang mengikuti jejak para leluhur pembabat desa tersebut, sehingga jumlah mereka yang menetap bertambah terus dengan demikian semakin luas pula tanah yang babatan baru yang dapat dijadikan tanah pertanian (ladang). Para pembabat desa tersebut menemukan ada banyak tumbuhan jambu air, terutama banyak ditemukan di daerah kuburan yang dipercaya oleh masyarakat sebagai makam keramat.

Sejarah Disebutnya Nama Jambuwer

 Para pembabat desa tersebut menemukan ada banyak tumbuhan jambu air, terutana banyak ditemukan di daerah kuburan yang dipercaya oleh masyarakat sebagai makam keramat. Istilah Jambuwer sendiri disini diambil dari nama tumbuhan jambu air. Kita sebagai orang Jawa biasa suka memelesetkan kata, jadi jika menyebut tumbuhan jambu air dengan Jambuwer yang pada akhirnya desa ini desebut dengan Desa Jambuwer. Pada saat ini tumbuhan jambu air tersebut sudah mulai mulai ditanam lagi dikarenakan sempat mati termakan oleh waktu. Jika saat musim, jambu air itu akan berbuah banyak sampai ada yang terbuang sia- sia karena busuk.


Tempat dan Kesenian lokal Desa Jambuwer

1. Ambyaan

Babakan Putri, salah satu sumber air kompleks Ambyan. Mata air Ambyaan ini merupakan salah satu sumber air  Desa Jambuwer. Mata air ini mampu mengairi sawah dan memenuhi kebutuhan air minum warga. Ambyaan disebut juga sebagai punden, punden tersebut digunakan untuk Desa Jambuwer sendiri dan Desa Krajan. 

Punden sendiri merupakan tempat yang disakralkan oleh masyarakat dusun sekitar. "Setiap desa pasti ada, punden tersebut hampir sama dengan petilasan yang menurut kepercayaan Jawa." kata Pak Mujiono selaku kepala desa jambuwer. Jadi disana seperti dijagakan ( sesepuh/danyang). Danyang tersebut membaurekso desa. Anggapannya yaitu orang yang babat desa. Seiring berjalannya waktu masyarakat menemukan makam para pembabat Desa Jambuwer tersebut.


 Ambyan hanyalah salah satu kemungkinan alam yang ada di Jambuwer. Banyak warga Jambuwer yang bermimpi suatu hari mengunjungi Mata Air Ambyaan dengan kolam renang. Tentunya dengan tetap menjaga kelestarian dan fungsi utamanya sebagai sumber air minum dan pengairan sawah. Tetapi untuk sekarang Ambyaan tidak bisa digunakan untuk berenang karena ada satu peristiwa dimana ada seseorang yang hampir tenggelam.


Mata Air Ambyan dipulihkan pada tahun 2011. Mata air ini merupakan sumber air utama untuk persawahan  di sepanjang sungai. Aliran air Ambyan relatif stabil meski di musim kemarau. Oleh karena itu, mata air ini tidak hanya mengairi sawah, tetapi juga menjadi sumber harapan warga ketika  air minum dari sumber lain mengering atau berhenti mengalir. Setidaknya terdapat 5-6 sumber mata air di kompleks Ambyaan. Dua di antaranya digunakan untuk air minum warga Desa Krajan dan  Desa Peniwen.


Di hulu sungai Ambyaan terdapat sebuah rumah kecil (kubah), yang biasa digunakan penduduk pada saat perayaan bersih-bersih desa. Konon tempat ini dulunya dianggap sebagai simbol atau penjaga desa, dan juga menjadi tempat menari. Besar kemungkinan nenek moyang masyarakat Jambuwer singgah di Ambyaan dan membuka hutan di sana. Sebab, salah satu alasan suatu kawasan layak huni adalah adanya sumber air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun