Mohon tunggu...
RIZKA RACHMAH
RIZKA RACHMAH Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

love my family, cooking,baking n cake decorating

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Sayap-sayap Itu Gugur Berhamburan

3 Januari 2013   19:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:33 1937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pagi saya dikejutkan dengan sayap binatang laron yang gugur berhamburan. Tak berani saya membayangkan tubuh laron yang terlepas dari sayapnya berjalan melata bergerombol seperti ulat. Satu kata, jijik. Dan alhmadulillah saya tak sempat melihat gerombolan ulat laron berjalan melata. Namun tak mau kehilangan kesempatan untuk mengabadikannya, saya segera berlari mengambil kamera untuk memotretnya, untuk kemudian saya jadikan inspirasi menulis malam ini. Dan beginilah gambar yang tertangkap kamera pagi itu.

Laron, mungkin sebagian besar orang sudah tak asing lagi  dengan binatang satu ini. Mereka biasanya muncul sesaat setelah hujan. Dengan kedatangan yang mengejutkan mereka berkerumun pada satu titik yang memilki pencahayaan lebih terang dibandingkan titik yang lainnya. Untuk menghindari serbuan binatang ini orang-orang biasa mematikan lampu halaman rumahnya agar binatang ini segera berpindah ke tempat lain yang lebih terang pencahayaannya. Namun jika tak sempat atau lupa mematikan lampu saat malam penyerbuan binatang ini, pagi harinya kita akan menemukan sayap-sayap laron berhamburan di teras rumah kita. Wujudnya yang teramat ringan, membuat kita kesulitan untuk menyapunya.

Sekilas melihat sayap laron yang berguguran mungkin kita akan merasa iba, betapa kasihannya laron-laron itu kehilangan sayap. Mereka tak mampu terbang lagi seperti halnya ketika mereka masih memiliki sayap yang melekat pada tubuh mereka. Pengetahuan kita yang terbatas tentang laron akan menghantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa laron-laron itu menjadi binatang cacat karena telah kehilangan kedua sayapnya. Ia hanya mampu melata seperti halnya ulat. Sungguh mengenaskan kemampuan terbang yang semula dimiliki, yang dapat membawanya menari di udara kini telah hilang, dan terbang menari di udara hanya tinggal kenangan.

Tapi taukah sahabat? Bahwa Sayap laron berkembang agar laron bisa terbang mencari pasangan kawinnya. Setelah kawin, sayap laron tanggal karena tidak diperlukan lagi. Mereka mulai membangun sarang dan menetaskan telur-telur sehingga membentuk koloni baru.

Seperti yang dijelaskan oleh Prof. DR Yohanes Surya dalam situsnya www.yohanessurya.com bahwa “Laron merupakan salah satu tahap perkembangan rayap, serangga yang hidup berkoloni seperti semut. Rayap memiliki tiga kasta (level perkembangan): kasta reproduktif, kasta prajurit, dan kasta pekerja. Laron merupakan salah satu fase dewasa dari kasta reproduktif. Ia akan menjadi raja dan ratu pada koloni rayap. Laron tumbuh dari telur. Sayap laron berkembang agar laron bisa terbang mencari pasangan kawinnya. Setelah kawin, sayap laron tanggal karena tidak diperlukan lagi. Mereka mulai membangun sarang dan menetaskan telur-telur sehingga membentuk koloni baru.Jadi, Sdr. Harsoyo, laron tidak akan mati setelah sayapnya tanggal, kecuali ada predator yang memangsa atau membunuhnya.”

Mungkin ada sedikit hikmah yang bisa kita ambil dari proses kehidupan laron. Terkadang kita sebagai manusia, seringkali merasa kehilangan power  yang ada pada diri kita ketika Allah menguji kita dengan cara mengambil salah satu titipan yang ada pada diri kita, apakah harta, pangkat/jabatan, atau apapun yang pernah menjadi milik kita. Padahal tanpa kita sadari, seandainya kita sikapi peristiwa itu dengan sikap yang positif, kita bisa menjadi seperti laron. Biarkan orang lain merasa iba, bahkan menghinakan kondisi kita, tentang langkah hidup yang menjadi pilihan kita, mereka memandang hina seperti halnya melihat laron tak bersayap yang melata, tak lagi terbang kesana kemari dan hanya terlihat berjalan lambat, bahkan seperti berjalan melata hanya menggunakan perut, terlihat begitu rendah tak berarti, tapi cobalah kita sibukkan diri kita dengan segudang aktifitas bermanfaat yang kelak akan membuka mata orang-orang yang salah menafsirkan diri kita, Biarkan waktu yang menjawab, betapa penghinaan mereka saat ini akan berubah menjadi decak kagum mereka suatu saat nanti.  Seperti halnya laron, pupusnya sayap yang ia miliki justru membuat ia mampu membangun koloni baru. Artinya ia menjadi lebih kuat dengan bertambahnya anggota koloninya. Dan tak tanggung-tanggung sekaligus menjadi pemimpin bagi koloni baru tersebut.

Seperti halnya saya, yang tidak tau kalau ternyata laron yang kehilangan sayapnya bukan berarti ia kehilangan kekuatan, tapi justru itu pertanda bahwa ia sedang menjalani fase kehidupan selanjutnya untuk menjadi raja atau ratu pada koloni rayap. Subhanallah, dari laron tak bersayap yang menjijikan ternyata masih ada pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang mau berusaha memetik hikmah atas setiap kejadian yang ada di hadapan kita. Wallahu’alam Bisshowwab.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun