Magister Pendidikan Bahasa Inggris (MPBIng), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyelenggarakan kuliah perdana pada Senin, 4 September 2023 untuk menyambut mahasiswa baru tahun 2023.
Kuliah perdana yang bertema “Tren Konseptualisasi dan Penelitian Bahasa Inggris untuk Identitas Pengguna Bahasa Asing” ini mengundang ibu Yanty Wirza, Ph.D sebagai narasumber. Kegiatan yang dipandu oleh Stephani Fahra Caroline, S.Pd dan Ilma Nurlatifah, S.Pd (Mahasiswa MPBIng UNJ) ini bertujuan untuk memperkenalkan lingkungan kampus dan budaya akademik kepada mahasiswa baru angkatan 2023 sekaligus perkenalan dosen-dosen MPBIng dari pukul 08:30 hingga pukul 12:00 WIB.
Kuliah perdana ini dibuka oleh Wakil Dekan II Fakultas Bahasa dan Seni, Bapak Drs. Krisanjaya, M.Hum. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan selamat datang pada mahasiswa baru MPBIng angkatan 2023. Selain itu, beliau menegaskan bahwa pilihan mahasiswa pada MPBIng merupakan pilihan yang tepat karena MPBIng diisi oleh para pendidik yang profesional di bidangnya. Selain banyaknya program unggulan yang telah dilaksanakan, MPBIng juga banyak melahirkan lulusan yang handal dan tepat waktu selama dua tahun. Beliau juga berharap bahwa dengan bergabungnya mahasiswa baru tahun 2023 adalah awal bagi kesuksesan mereka ke depan.
Sambutan dilanjutkan oleh ibu Dr. Siti Drivoka Sulistyaningrum, M.Pd (Koorprodi S2 Magister Bahasa Inggris UNJ). Dalam sambutannya beliau mengapresiasi para mahasiswa baru yang berani mengambil langkah besar untuk melanjutkan studi ke S2. Beliau menyampaikan tiga kepakaran yang dapat dicapai oleh lulusan S2 MPBIng nantinya, yaitu sebagai pakar pendidik, pakar kurikulum, dan pakar penelitian. Beliau berpesan untuk mempergunakan waktu dengan baik dalam menuntut ilmu, agar dapat lulus tepat waktu dan mecapai hasil yang diharapkan.
Selanjutnya, materi kuliah perdana disampaikan oleh ibu Dr. Yanty Wirza, Ph.D selaku narasumber. Saat ini, beliau merupakan dosen di Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Latar belakang pendidikan beliau adalah lulusan S1 dan S2 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Pendidikan Indonesia. Beliau juga mendapat gelar Magister dan Doktoral dari OHIO State University (OSU), USA.
Dalam kuliah perdananya beliau menyampaikan bahwa dalam era globalisasi dan interkoneksi yang semakin berkembang, bahasa Inggris telah menjadi lingua franca global yang mendominasi komunikasi lintas budaya. Pada saat yang sama, identitas pengguna bahasa Inggris non-native juga menjadi topik penelitian yang semakin relevan dan penting dalam bidang linguistik dan pendidikan. Salah satu tren penting dalam penelitian identitas pengguna bahasa Inggris non-native adalah pengakuan bahwa kebanyakan individu yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing juga bersikap multilingual.
Identitas mereka seringkali tidak terbatas pada satu bahasa, tetapi merupakan hasil interaksi kompleks antara bahasa, budaya, dan konteks sosial. Penelitian saat ini menyoroti bagaimana identitas multilingual ini memengaruhi cara individu berinteraksi dalam bahasa Inggris dan bagaimana bahasa Inggris berfungsi sebagai komponen penting dalam identitas mereka.
Konsep identitas pengguna bahasa Inggris non-native tidak lagi dibatasi oleh batasan geografis atau budaya. Pengguna bahasa Inggris non-native sering merasa memiliki identitas yang antar budaya atau global. Mereka dapat merasa terkait dengan berbagai budaya dan komunitas di seluruh dunia melalui penggunaan bahasa Inggris. Penelitian saat ini mencari cara-cara di mana identitas semacam ini dibentuk dan diekspresikan dalam konteks bahasa Inggris.
Perkembangan teknologi dan penetrasi internet yang tinggi telah memberikan ruang baru bagi individu untuk mengekspresikan identitas mereka dalam bahasa Inggris. Media sosial, blog, vlog, dan platform daring lainnya memungkinkan pengguna bahasa Inggris non-native untuk berbagi cerita dan pengalaman mereka dengan dunia.
Penelitian baru-baru ini memeriksa bagaimana identitas ini dibangun, dipertahankan, dan diekspresikan melalui medium digital. Identitas pengguna bahasa Inggris non-native juga berkaitan erat dengan proses pembelajaran bahasa Inggris. Beberapa individu mungkin merasa memiliki identitas yang berbeda ketika mereka berbicara dalam bahasa asli mereka dibandingkan dengan ketika mereka berbicara dalam bahasa Inggris. Penelitian saat ini mengeksplorasi bagaimana pembelajaran bahasa Inggris memengaruhi identitas individu, baik dalam konteks pendidikan formal maupun kehidupan sehari-hari.
Penelitian identitas pengguna bahasa Inggris non-native juga semakin memperhatikan dinamika kekuasaan dalam interaksi bahasa. Identitas dapat menjadi kunci dalam menentukan siapa yang memiliki kekuatan dalam komunikasi tertentu. Penelitian ini mencoba memahami bagaimana identitas pengguna bahasa Inggris non-native dapat memengaruhi kekuasaan dan peran sosial dalam berbagai konteks.
Kesimpulannya, Penelitian mengenai identitas pengguna bahasa Inggris non-native telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan mempertimbangkan tren-tren yang disebutkan di atas, penting bagi para peneliti, pendidik, dan praktisi bahasa Inggris untuk memahami kompleksitas identitas ini dalam konteks global yang terus berubah. Pemahaman yang lebih baik tentang identitas pengguna bahasa Inggris non-native dapat membantu kita merancang pendekatan pendidikan yang lebih inklusif dan memahami peran bahasa Inggris dalam kehidupan mereka yang semakin terhubung di era modern ini.
Kegiatan diakhiri dengan sesi tanya jawab antara mahasiswa baru dan narasumber, seputar topik yang telah di bicarakan. Kegiatan ditutup dengan foto bersama para dosen, panitia, dan mahasiswa baru, serta melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan melalui link google form.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H