Mohon tunggu...
Dika
Dika Mohon Tunggu... Editor - Penulis sampingan

Saya suka membaca, mengamati, berbagi cerita dan menulis. Semoga apa yang saya tulis dapat bermanfaat untuk orang banyak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memperkenalkan Microlearning dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris kepada Guru-guru di Agam Barat dan Timur

23 Agustus 2022   15:25 Diperbarui: 24 Agustus 2022   08:43 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan sensus penduduk di tahun 2020 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik pada akhir bulan Januari 2021, sebagian besar penduduk di Indonesia merupakan generasi Z/gen Z (27.94%) yaitu generasi yang lahir antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2012 dengan perkiraan usia saat ini 8-23 tahun. 

Bisa dikatakan mereka saat ini berada di bangku SD sampai perguruan tinggi. Dengan demikian, gen Z memegang peranan penting dan memberikan pengaruh pada perkembangan Indonesia saat ini dan nanti.

Jika menilik pada apa yang pernah ditulis oleh Jenkins (2017) dari artikelnya yang berjudul "Four Reasons Generation Z will be the Most Different Generation", ada beberapa alasan mengapa generasi ini berbeda dengan generasi lainnya. 

Alasan pertama, gen Z memiliki harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang berbeda serta dinilai menantang bagi organisasi. Alasan kedua, karakter gen Z lebih beragam, bersifat global, serta memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat kebanyakan. 

Karakter yang menjadi ciri khas adalah gen Z mampu memanfaatkan perubahan teknologi dalam berbagai sendi kehidupan mereka. Bagi mereka, teknologi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari layaknya udara yang mereka hirup untuk bernafas (https://pskp.kemdikbud.go.id/). 

Di sisi lain, guru-guru yang saat ini mengajar generasi Z berasal dari generasi milenial (lahir di tahun 1977-1995), generasi X (lahir di tahun 1965-1976), hingga generasi baby boomer (lahir di tahun 1946-1964). Karakter dari masing-masing generasi berbeda dengan generasi Z. Karakter dari generasi milenial adalah percaya diri, berorientasi pada kesuksesan, toleran, kompetitif, dan haus perhatian. 

Karakter dari generasi X adalah individualis, luwes, skeptis terhadap wewenang, dan mempunyai harapan tinggi terhadap pekerjaan. Karakter dari generasi baby boomer adalah berjiwa petualang, optimistik, berorientasi kerja dan anti pemerintah (https://www.kompasiana.com/).

Dalam rangka untuk mengajar bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan karakter siswa yang termasuk ke dalam generasi Z, guru-guru bahasa Inggris (generasi milenial, generasi X bahkan generasi baby boomer) di Agam Barat dan Timur mengikuti lokakarya yang diadakan oleh Program Magister Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, pada hari Jumat, 12 Agustus 2022 secara daring. Lokakarya ini bertujuan untuk memperkenalkan microlearning dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa Inggris kepada guru-guru bahasa Inggris.

Dr. Ifan Iskandar, M.Hum. selaku pembicara dalam lokakarya tersebut menjelaskan secara panjang dan lebar bahwa microlearning adalah proses pembelajaran melalui modul-modul kecil yang terencana dengan baik dan kegiatan pembelajaran jangka pendek. 

Dengan kata lain, microlearning merupakan pendekatan untuk mempelajari informasi baru dalam potongan-potongan kecil pada suatu waktu (Valamis, 2022). 

Microlearning digunakan sebagai metodologi untuk belajar mengajar atau sebagai metode dan teknologi yang terkait dengan microlearning serta menjadi dasar pembuatan pelajaran. Microlearning dianggap cocok untuk menyimpan informasi dalam butiran/nugget dan untuk mengakomodasi hasil atau keuntungan pembelajaran.

Lalu mengapa microlearning sesuai digunakan dalam pembelajaran bahasa di abad 21? Microlearning sesuai dengan keterbatasan memori kerja otak karena kelebihan kognitif yang dihasilkan dari instruksi format panjang (Mayer & Moreno, 2003). Selain itu, rentang perhatian orang dewasa adalah 20 menit menurut Allela (2021). 

Secara format, microlearning ini cukup mudah untuk dipelajari dalam sekali jalan, tersedia saat dibutuhkan informasi yang perlu diketahui, dan berorientasi pada tindakan yang memungkinkan pelajar untuk belajar, bertindak & berlatih.

Lokakarya yang dihadiri oleh sekitar 50 guru bahasa Inggris di Agam Barat dan Timur ini merupakan serangkaian lokakarya yang dijadwalkan sebanyak 6 kali pertemuan dari bulan Agustus hingga bulan Oktober 2022. Setiap pertemuan akan membahas perancangan kurikulum pembelajaran bahasa Inggris berbasis microlearning untuk setiap keterampilan bahasa yang berbeda-beda (speaking, reading, writing, dan listening). 

whatsapp-image-2022-08-23-at-3-37-17-pm-1-63058226c835122cec15f536.jpeg
whatsapp-image-2022-08-23-at-3-37-17-pm-1-63058226c835122cec15f536.jpeg
whatsapp-image-2022-08-23-at-3-37-17-pm-6305824804dff0377d0bb732.jpeg
whatsapp-image-2022-08-23-at-3-37-17-pm-6305824804dff0377d0bb732.jpeg
Kurikulum pembelajaran ini bertujuan untuk mengajarkan siswa untuk mempunyai keterampilan berbahasa Inggris yang baik melalui  pembelajaran secara mandiri yang sekaligus meningkatkan kemampuan literasi digital. 

Pada akhir dari rangkaian acara lokakarya ini nantinya, guru-guru bahasa Inggris yang menjadi peserta diharapkan dapat menghasilkan rancangan pembelajaran bahasa Inggris yang sudah dilengkapi dengan materi yang bersifat microlearning.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun