Sabtu, 23 Februari 2008
Pada suatu pagi, sebuah sekolah di kota terpencil terguncang oleh suatu kabar yang sangat mengejutkan. Bagaimana tidak? Mereka baru saja mendengar kabar duka dari murid mereka yang ke-3 dalam satu bulan.Â
Sang murid yang berinisial A.S dinyatakan meninggal bunuh diri di sebuah gedung tua dekat dengan sekolah yang bernama "SMA Nusa Bangsa" itu.Â
Entah apa yang mendorongnya untuk melakukan itu, tetapi dia adalah murid ke-3 yang "bunuh diri" di bulan yang sama. Seluruh sekolah membicarakan kejadian naas tersebut dengan banyak pertanyaan di benak mereka .
"Eh, kamu udah tau belom?" ucap seorang siswa di lorong sekolah kepada temannya yang baru datang dan sedang membuka lokernya. Temannya menatapnya dengan tatapan bingung menandakan bahwa dia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh sang siswa tersebut. Sambil melihat sekeliling, sang siswa mendekatkan bibirnya ke telinga temannya dan berbisik, "Itu, ada yang bunuh diri lagi katanya".Â
Tidak percaya dengan apa yang didengarnya tadi, temannya memukul lengannya perlahan. "hus, kamu suka ngasal deh mulutnya ya Tio" ucapnya sambil menatapnya dengan tatapan yang memberi peringatan.Â
"Tio" pun membalas tatapannya dengan tatapan tak percaya. Bagaimana dia berteman dengan orang yang bahkan rasa kepercayaan kepadanya saja sangatlah sedikit? Ia pun tidak tahu. Baru saja Tio ingin menjawabnya, tiba-tiba saja bel sekolah berbunyi menandakan bahwa pelajaran pertama akan segera dimulai.
"Udah ah, udah bel masuk tuh. Kamu pasti belom selesai tugas Bina Musik Vokalia kan?". Tio yang mendengarnya memberinya tatapan 'emangnya ada tugas ya?'
Temannya hanya menghela napasnya sembari mengambil buku yang bertuliskan BMV di depannya. "Nih, kembaliin kalo pas bapaknya udah ada" ucapnya seraya memberikan bukunya itu kepada Tio. Dalam sekejap, buku itu sudah berpindah dari tangannya ke dalam tas temannya itu.
"Makasih ya buat Bulanku tersayang" ucapnya seraya mencubit pipi Bulan dengan keras. Sebuah tangan pun melayang kea rah tangan Tio dan memukulnya dengan kekuatan penuh. Karena reflex, akhirnya Tio melepaskan tangannya dari pipi mulus Bulan. Bulan memegangi pipinya yang tadi dicubit oleh Tio.Â
Dia menatapnya dengan sangat tajam yang hanya dibalas oleh senyuman 5 jari dari Tio. "Udah sana, dasar ga guna". Ucapnya yang dibalas oleh tertawaan si Tio. "Ya udah deh... tapi kamu mau kemana? Kok nyuruh aku duluan? Kan kita sekelas" dengan polosnya Tio berkata kepada Bulan. Setelah mendengarnya, Bulan hanya memutar bola matanya lalu pergi meninggalkan Tio.