Mohon tunggu...
Islah R. Nusa
Islah R. Nusa Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Siswi SMAN 1 Padalarang

14 Januari 2003

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cyberbullying Bukanlah Hiburan

4 Desember 2019   22:46 Diperbarui: 4 Desember 2019   22:48 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena penindasan atau yang biasa disebut dengan bullying adalah salah satu masalah dalam hidup yang pernah dialami oleh seseorang. 

Penindasan dilakukan di berbagai media, salah satunya adalah media online (Cyberbullying). Bullying jika terus dilakukan akan menimbulkan dampak yang negatif pada seseorang. 

Hal tersebut akan mempengaruhi fisik dan juga mental sang korban. Seperti contohnya kasus Cyberbullying yang menimpa seorang artis Korea Selatan yang bernama Sulli, Ia ditemukan tewas di apartemennya setelah menderita depresi akibat dari Cyberbullying.

Di Indonesia sendiri tindakan bullying juga merupakan kasus kekerasan pada anak terbanyak. Dimana kasus yang tidak terlapor pasti lebih banyak dari kasus yang terlapor. Kita juga sering dihebohkan dengan kasus bullying pada anak yang biasanya berawal dari hal sepele yang bisa diselesaikan dengan kepala dingin.

Dilansir dari Tempo.co, pada tahun 2018 yang bertepatan pada hari anak nasional disebutkan bahwa kasus kekerasan pada anak yang paling banyak adalah kasus bullying atau penindasan. 

Dari kasus kekerasan yang dilaporkan, hampir setengahnya merupakan kasus bullying pada anak. Data menyebutkan bahwa dari 161 laporan sekitar 22% merupakan korban  dan 24% adalah pelaku bullying.

Menurut forbes.com dalam The Psychological Effects Of Bullying Last Well Into Adulthood, Study Finds disebutkan bahwa anak-anak yang "hanya" menjadi korban bullying (yang tidak pernah menjadi pelaku bullying) memiliki risiko tinggi mengalami gangguan depresi, gangguan kecemasan, generalized anxiety disorder (kecemasan kronis yang ditandai dengan rasa khawatir dan tegang yang berlebihan), dan agorafobia (ketakutan dasar yang berasal dari perasaan terjebak di tempat umum, saat seseorang merasa sulit melarikan diri, dan rasa takut tidak akan tersedianya pertolongan apabila seseorang mengalami serangan panik) pada saat dewasa. Gangguan mental tersebut perlahan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang dan bahkan berujung kepada bunuh diri.

Psikolog Konseling, Muhammad Iqbal menilai, peran orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak sangat penting dalam mengantisipasi bullying. Menurutnya, lingkungan sekitar sang anak akan mempengaruhi bagaimana ia akan berperilaku. Jika kedua orang tua tidak bisa mendidik dan melindungi sang anak dari pergaulan yang negatif, sang anak akan beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan berperilaku negatif juga.

Hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua untuk menjaga perkataan kita yang bersifat merendahkan orang, karena apa yang kita ucapkan akan mempengaruhi orang itu secara perlahan. Ucapkanlah perkataan yang baik kepada orang lain, karena kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam hidup mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun