Mohon tunggu...
rizcha nur
rizcha nur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Menulis telah menjadi hobi saya sejak saya SMP. Saya mengisi waktu luang dengan menulis jurnal kegiatan, mencatat materi-materi sekolah yang sudah diterangkan oleh guru di sekolah, dan menulis karangan seperti quotes.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengkritisi Efektivitas Program Tapera untuk Masyarakat Indonesia

7 Januari 2025   23:00 Diperbarui: 7 Januari 2025   21:55 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di tengah tingginya harga properti dan rendahnya daya beli masyarakat, impian memiliki rumah layak sering kali hanya menjadi angan-angan bagi banyak keluarga Indonesia. Pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal bukan hanya diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat, mengingat di  negara  berkembang kondisi ekonomi masyarakat yang belum sepenuhnya stabil (Abidin et al., 2024). Pemerintah Indonesia, melalui program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), berusaha memberikan solusi dengan menyediakan dana tabungan perumahan yang dapat diakses oleh pekerja, khususnya mereka yang berpenghasilan rendah. Meskipun tujuan Tapera sangat mulia, pertanyaan besar tetap muncul: apakah program ini benar-benar efektif untuk membantu masyarakat Indonesia memiliki rumah? Dalam artikel ini, kita akan mengulas berbagai tantangan yang dihadapi Tapera dan bagaimana program ini dapat diperbaiki untuk memastikan lebih banyak warga negara dapat merasakan manfaatnya. 

Tapera merupakan inisiatif yang dihadirkan oleh pemerintah Indonesia untuk mendukung para pekerja, khususnya yang memiliki penghasilan rendah, agar dapat memiliki rumah melalui sistem tabungan perumahan. Namun, meskipun Tapera memiliki potensi untuk memberikan akses kepemilikan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, sejumlah tantangan serius masih mengemuka dalam implementasinya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21Tahun 2024, besaran simpanan atau iuran Tapera adalah 3% dari gaji atau upah peserta pekerja, serta penghasilan bagi peserta pekerja mandiri. Untuk peserta pekerja, besaran simpanan ditanggung bersama oleh pemberi kerja sebesar 0,5% dan pekerja sebesar 2,5%. Sementara itu, untuk peserta pekerja mandiri, besaran simpanan ditanggung sendiri sebesar 3%. Potongan ini menjadi salah satu hal yang banyak diperdebatkan publik dan teknis lain yang berkaitan dengan program TAPERA (Abidin et al., 2024). Program ini cenderung lebih menguntungkan bagi pekerja formal di kota besar, sementara mereka yang bekerja di daerah terpencil atau sektor informal justru terabaikan. Hal ini semakin memperjelas ketidakadilan dalam pembagian sumber daya ekonomi. Padahal, seharusnya program perumahan bisa menjangkau semua kalangan, tanpa terkecuali.

Tak hanya itu, program Tapera juga menghadapi tantangan dalam hal transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana tabungan. Meskipun Tapera bertujuan untuk memberikan solusi jangka panjang bagi pemenuhan kebutuhan perumahan, pengelolaan dana yang kurang transparan atau tidak akuntabel bisa menjadi celah bagi penyalahgunaan atau inefisiensi. Ketidakjelasan dalam alokasi dana dan pemanfaatannya, khususnya dalam distribusi kepada mereka yang benar-benar membutuhkan, dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap program ini. Sebagai contoh, tanpa sistem pengawasan yang kuat, dana yang terkumpul bisa saja tidak digunakan secara optimal, atau hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu yang tidak memerlukan bantuan.
Secara keseluruhan, meskipun TAPERA memiliki niat yang baik untuk memberikan akses perumahan kepada masyarakat berpenghasilan rendah, tantangan-tantangan besar dalam pelaksanaannya menunjukkan bahwa program ini belum cukup efektif untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dari ketidakmerataan akses, keterbatasan dana, hingga infrastruktur yang tidak mendukung, jelas bahwa TAPERA perlu evaluasi dan perbaikan yang lebih mendalam. Oleh karena itu, agar program ini benar-benar berhasil, pemerintah harus memperluas jangkauan kebijakan, meningkatkan transparansi, dan memastikan bahwa pembangunan perumahan yang terjangkau menjadi prioritas utama. Hanya dengan langkah-langkah tersebut, impian memiliki rumah layak dapat terwujud untuk seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya bagi segelintir kalangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun