Mohon tunggu...
riza yuniati
riza yuniati Mohon Tunggu... Guru - guru

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menumbuhkan Minat Baca untuk Membangun Generasi Milenial

16 September 2022   20:02 Diperbarui: 16 September 2022   20:02 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENUMBUHKAN MINAT BACA 

UNTUK MEMBANGUN GENERASI MILENIAL

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah, keinginan. Minat cenderung pada keadaan dimana individu memiliki perhatian khusus terhadap sesuatu dan ingin mempelajarinya lebih dalam.

Minat berkaitan erat dengan motivasi seseorang, sesuatu yang dipelajari dan apa yang dilihat serta digemari. Minat juga dapat berubah-ubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode yang sedang trend, bukan bawaan sejak lahir. Artinya, sesuatu yang sebelumnya tidak diminati, dapat berubah menjadi sesuatu yang diminati karena adanya masukan-masukan tertentu atau wawasan baru dan pola pemikiran yang baru.

Karakteristik atau ciri minat yang lainnya adalah:

  •  Minat menimbulkan sikap positif dari suatu objek.
  • Minat adalah sesuatu yang menyenangkan dan timbul dari suatu objek.
  • Minat mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu keinginan, dan kegairahan untuk mendapat sesuatu yang diinginkan.

Menurut Henry G. Tarigan dalam buku berjudul Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa (1987), membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Tujuan membaca yang paling utama ialah memahami seluruh informasi yang tertera dalam teks bacaan untuk mengembangkan intelektual yang dimiliki pembaca.

Pada era digital saat ini, masyarakat umum difasilitasi dengan kecanggihan teknologi yang lebih berkembang dan lebih cepat. Kecanggihan teknologi telah menyebar tidak melihat usia orang dewasa dan anak-anak semua telah menggunakan berbagai jenis fasilitas digital dalam berbagai bentuk Sebagai hasil dari pengembangan teknologi informasi yang cepat ini, orang memulai menggunakan berbagai jenis fasilitas teknologi seperti penggunaan gadget atau fasilitas teknologi canggih lainnya yang kadangkadang digunakan tanpa bijaksana.

Tidak mudah untuk mendorong siswa agar kemauan membacanya meningkat. Siswa harus menumbuhkan kesadaran dalam dirinya. Sedikit sekali siswa yang mempunyai kesadaran membaca. Kemajuan teknologi merubah hampir semua aspek menjadi digital salah satunya yaitu tingkat minat baca buku pada siswa. Siswa lebih tertarik pada sesuatu yang berbau digital seperti mengakses internet untuk hal yang menurutnya menyenangkan. Mengakses bacaan atau informasi merupakan hal yang kesekian kali. Penggunaan gadget yang tidak bijaksana berakibat negatif pada siswa. Bermain game online, berselancar di media sosial dan mengakses sesuatu yang mungkin tidak sesuai dengan moral akan membuang waktu mereka untuk belajar.

Gerakan Literasi berjalan sejak diterbitkanya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu hal pokok yang tertuang dalam peraturan tersebut yaitu kewajiban membaca buku nonteks pelajaran selama 15 menit sebelum jam pembelajaran dimulai setiap hari di sekolah. Berdasarkan amanat tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) meluncurkan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Untuk mengawali program Gerakan Literasi Sekolah Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah pada awal tahun 2016 membentuk Satuan Tugas Gerakan Literasi Sekolah.

dokpri
dokpri

Minat baca pada saat ini belum tertanam kuat dan menjadi kebiasaan di negara kita, orang-orang memilih untuk menonton atau mendengar dibandingkan dengan membaca. Mereka cenderung suka bermain smartphone baik digunakan untuk bersosial media maupun untuk main game setiap harinya.

Tingkat literasi di negara Indonesia di antara masyarakat umum berada di level terendah. Minat membaca orang Indonesia diklasifikasikan sebagai sangat mengkhawatirkan dengan persentase 0,001%. Ini berarti bahwa seribu orang Indonesia hanya terdapat satu orang yang rajin membaca. UNESCO mengatakan bahwasanya negara Indonesia merupakan negara peringkat kedua dari bawah dalam hal literasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) Level Pendidikan Indonesia rendah dengan persentase 14,6%. Ini cukup jauh dari negara lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan literasi pelajar yang berada di Indonesia umumnya relatif rendah, terutama dalam hal literasi Bahasa.

dokpri
dokpri

Dengan melihat fenomena tersebut peran guru dan orang tua sangatlah penting dalam berperan aktif untuk meningkatkan minat baca bagi siswa. Adapun peran atau upaya guru dalam meningkatkan minat baca siswa sebagai berikut :

  • Guru sebagai motivator yang selalu mendorong dan memotivasi siswa untuk mewujudkan minat baca yang tinggi.
  • Guru sebagai dinamisator yang mengatur dan mengelola semua kegiatan membaca siswa dengan mendinamiskan seluruh sumber bacaan yang ada.
  • Guru sebagai supervisor yang selalu mengawasi proses membaca anak baik dalam jarak dekat maupun jarak jauh agar anak merasa selalu ada yang mengawasi.
  • Guru bekerja sama dengan pengelola perpustakaan untuk membuat jadwal kunjungan ke perpustakaan.
  • Mewajibkan semua siswa membudayakan membaca dan membuat slogan-slogan di kelas seperti “Tiada Hari Tanpa Membaca”, “ Gunakan waktu luang untuk membaca”, dan “Buku adalah jendela ilmu pengetahuan”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun