Mohon tunggu...
Rys
Rys Mohon Tunggu... -

Hobi saya travel dengan pesawat terbang :) Ikuti Instagram saya: https://www.instagram.com/rizayosia/ dan website saya: My Flying Doctor

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Terbang Bersama Virgin Australia di Kelas Bisnis dari Sydney ke Denpasar

30 September 2018   19:37 Diperbarui: 1 Oktober 2018   12:29 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Lounge (SilverKris milik Singapore Airlines): 4/5
  • Kabin: 2/5
  • Servis: 4/5
  • Makanan dan minuman: 4.5/5

Sisi positif:

  • Makanan yang lezat di pesawat
  • Harga yang cukup terjangkau

Sisi negatif:

  • Kursi pesawat tidak senyaman kursi di kelas bisnis milik maskapai-maskapai lainnya
  • Servis yang kurang konsisten
  • Susah menggunakan entertainment system yang berupa tablet ketika makan

Penerbangan ini adalah Virgin Australia VA35 dari Sydney, Australia ke Denpasar, Indonesia. Penerbangan dijadwalkan untuk meninggalkan Sydney jam 11:45 siang dan sampai di Denpasar jam 4.30 sore dengan total waktu penerbangan 6 jam 45 menit. Di bandara di Sydney, saya diarahkan untuk menggunakan SilverKris lounge kelas bisnis milik Singapore Airlines. Saya pernah dua kali menggunakan SilverKris first class lounge sebelumnya, tapi belum pernah ke lounge kelas bisnis, jadi saya ingin tahu.

Desain lounge mirip dengan desain lounge milik Singapore Airlines di Singapura sekalipun tentunya ukurannya jauh lebih kecil. Ada jendela besar yang menghadap ke tempat parkir pesawat dan sebagian dari landas pacu jadi tempatnya cukup ideal untuk melihat pesawat lalu lalang. Ukuran lounge cukup memadai menurut saya. Tempatnya agak ramai waktu saya datang, tapi saya masih dapat menemukan kursi kosong dengan mudah. Lounge-nya menjadi sepi sekitar 20 menit sebelum waktu saya boarding, memberikan saya banyak kesempatan untuk mengambil foto.

Lounge sebelum menunggu waktu boarding
Lounge sebelum menunggu waktu boarding
Pilihan makanan cukup baik. Jenis makanan didominasi oleh makanan western, tapi ada tersedia satu masakan bihun goreng. Pilihan minuman sangat baik karena ada banyak jenis minuman, termasuk bir, anggur, soft drink, teh dan kopi. Ada beberapa ruang mandi di kamar mandi pria dengan fasilitas yang memadai. Ditunjang dengan WiFi yang cepat, saya bisa bekerja sambil menunggu waktu boarding.
Makanan di dalam lounge
Makanan di dalam lounge
Berbagai jenis minuman di lounge
Berbagai jenis minuman di lounge
Pesawatnya adalah Boeing 737, pesawat berbadan sempit. Ada 8 kursi di kelas bisnis yang diatur menjadi 2 baris. Ini berarti penumpang yang duduk di samping jendela tidak memiliki akses langsung ke lorong. Ini adalah hal yang umum di pesawat berbadan sempit. Kursi saya ada di 1A (sebelah jendela) dan saya beruntung karena ada 7 penumpang kelas bisnis dan kursi di sebelah saya kosong. Tipe kursi adalah kursi kelas bisnis yang bisa direbahkah sampai seperti kursi malas. Kursinya kurang nyaman untuk diduduki selama lebih dari 6 jam. Saya juga memperhatikan kalau jendela pesawat kotor. Ada bercak-bercak di setiap jendela seperti yang terlihat di foto di bawah.

Bercak kotor di jendela pesawat
Bercak kotor di jendela pesawat
Welcome drink and menu didistribusikan setelah saya duduk nyaman di kursi. Menu kelas bisnis milik Virgin Australia diciptakan oleh Luke Mangan. Ada 2 pilihan untuk masing-masing makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup. Untuk pembuka, saya memilih sup labu kuning. Untuk makanan utama, saya memilih ragu daging babi dan jamur dengan kentang gnocchi.

Setahu saya ragu adalah makanan asal Italia yang menggunakan daging dan saus. Sedangkan makanan penutupnya, saya memilih kue coklat dengan krim. Bersama makanan-makanan ini, saya juga memesan anggur merah yang khusus dibuat untuk dinikmati di ketinggian dan minuman coklat yang saya minta untuk dihidangkan bersama dengan makanan penutup.

Tidak lama setelah lepas landas, servis makan siang dimulai. Sup labunya lezat dan halus. Benar-benar makanan pembuka yang pas. Makanan utamanya luar biasa enak. Salah satu makanan terlezat yang pernah saya makan di pesawat. Anggur merahnya juga pasangan yang cocok dengan makanan utamanya. Sayangnya ini adalah puncak dari pengalaman terbang hari ini. Seorang pramugari tiba-tiba memberitahu saya bahwa makanan penutup pilihan saya tidak tersedia dan diganti dengan semacam kue jeruk. Rasanya lumayan enak sih. Pramugari tersebut juga lupa membawakan minuman coklat saya dengan makanan penutup seperti yang saya minta. Dia ingat setelah saya menghabiskan makanan penutupnya.

Pramugari tersebut kemudian meminta maaf dan dengan cepat membawakan satu gelas minuman coklat dengan kue kering yang saya akui pas untuk dimakan dengan minuman coklat tersebut.

Sup labu kuning sebagai makanan pembuka
Sup labu kuning sebagai makanan pembuka
Ragu daging babi dan jamur dengan kentang gnocchi
Ragu daging babi dan jamur dengan kentang gnocchi
Kue jeruk sebagai penutup
Kue jeruk sebagai penutup
Untuk entertainment system-nya, Virgin Australia menyediakan tablet untuk setiap penumpang kelas bisnis. Penumpang juga bisa menggunakan perangkat elektronik mereka sendiri asalkan perangkat tersebut sudah dilengkapi software yang sesuai sebelum boarding. Saya meminjam sebuah tablet dan menurut saya kurang nyaman untuk melihat film sambal makan karena tidak ada tempat untuk meletakkan tablet tersebut. Pilihan filmnya lumayan baik untuk penerbangan regional seperti ini.
Tablet untuk menonton film, minuman coklat dan kue kering
Tablet untuk menonton film, minuman coklat dan kue kering
Kembali ke kursi pesawat, agak susah bagi saya untuk tidur sekalipun kursi tersebut bisa direbahkan dengan kemiringan yang cukup besar. Sebagai perbandingan, penerbangan Garuda Indonesia antara Sydney dan Denpasar jauh lebih nyaman karena mereka memakai A330 (pesawat berbadan lebar) dan kursi kelas bisnisnya bisa dijadikan tempat tidur. Setahu saya Virgin Australia biasanya lebih murah dari Garuda untuk rute ini, jadi saya rasa penumpang mendapatkan sesuatu sesuai dengan harga yang dibayarkan.

Saya menghabiskan sisa waktu penerbangan untuk bekerja dan menonton film. Makanan kecil dan minuman disediakan selama penerbangan sekalipun saya menolaknya. Saya cukup puas dengan sebotol air yang disediakan di awal penerbangan. Di Denpasar, pesawat parkir di apron tanpa garbarata, jadi semua penumpang diangkut bersama dengan beberapa bis ke terminal. Ini berbeda dengan penerbangan Garuda Indonesia di mana garbarata biasanya digunakan. Di sinilah perjalanan saya berakhir.

Makanan di pesawat adalah hal yang terbaik selama pengalaman terbang kali ini. Seperti yang saya katakana sebelumnya, makanan utama di pesawat adalah salah satu yang paling enak yang pernah saya coba. Lounge di Sydney juga lumayan baik. Ini tentunya dikarenakan lounge ini dimiliki oleh Singapore Airlines, maskapai terbaik di dunia tahun 2018 versi Skytrax. Aspek lainnya biasa-biasa saja dan kursi pesawat adalah aspek paling buruk di penerbangan ini. Untuk penerbangan siang hari, mungkin masih ok, tapi saya ingin kursi yang lebih nyaman untuk penerbangan malam hari. Secara keseluruhan, saya pernah mengalami penerbangan yang lebih baik dengan Garuda Indonesia dan Qantas untuk rute-rute antara Australia dan Indonesia.

Untuk membaca review lainnya, bisa mengunjungi website saya di My Flying Doctor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun