Saya menghabiskan sisa waktu penerbangan untuk bekerja dan menonton film. Makanan kecil dan minuman disediakan selama penerbangan sekalipun saya menolaknya. Saya cukup puas dengan sebotol air yang disediakan di awal penerbangan. Di Denpasar, pesawat parkir di apron tanpa garbarata, jadi semua penumpang diangkut bersama dengan beberapa bis ke terminal. Ini berbeda dengan penerbangan Garuda Indonesia di mana garbarata biasanya digunakan. Di sinilah perjalanan saya berakhir.
Makanan di pesawat adalah hal yang terbaik selama pengalaman terbang kali ini. Seperti yang saya katakana sebelumnya, makanan utama di pesawat adalah salah satu yang paling enak yang pernah saya coba. Lounge di Sydney juga lumayan baik. Ini tentunya dikarenakan lounge ini dimiliki oleh Singapore Airlines, maskapai terbaik di dunia tahun 2018 versi Skytrax. Aspek lainnya biasa-biasa saja dan kursi pesawat adalah aspek paling buruk di penerbangan ini. Untuk penerbangan siang hari, mungkin masih ok, tapi saya ingin kursi yang lebih nyaman untuk penerbangan malam hari. Secara keseluruhan, saya pernah mengalami penerbangan yang lebih baik dengan Garuda Indonesia dan Qantas untuk rute-rute antara Australia dan Indonesia.
Untuk membaca review lainnya, bisa mengunjungi website saya di My Flying Doctor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H