Perjalanan saya berikutnya adalah dengan British Airways kelas bisnis dari Singapura ke Sydney. Ini pertama kalinya saya mencoba penerbangan British Airways jadi saya merasa excited. Seperti biasa, perjalanan dimulai dengan mengunjungi lounge. Seperti maskapai-maskapai besar lainnya, British Airways memiliki lounge sendiri di Changi Airport, Singapura. Garuda Indonesia, misalnya, hanya memiliki lounge di bandara-bandara Indonesia, tapi di luar negeri hanya menyewa lounge milik maskapai lain atau yang disediakan oleh pihak ketiga.
British Airways lounge, Singapura|Dokumentasi pribadi
Saat memasuki
lounge, saya suka dengan desainnya. Terlihat mewah dan elegan. Benar-benar terlihat nuansa Inggrisnya, tapi juga ada sentuhan Asia yang terpadu dengan baik. Ruangan
lounge-nya sendiri cukup luas dan dibagi menjadi beberapa area dengan fungsi dan desain yang berbeda.
British Airways lounge|Dokumentasi pribadi
British Airways lounge|Dokumentasi pribadi
Penerbangan saya, BA15, terbang jam 7 malam dan sampai di Sydney jam 5 pagi dengan waktu tempuh sekitar 7 jam dan 30 menit. Saya berencana tidur di pesawat, jadi saya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Kamar mandinya bersih dan rapi. Ada 3 pilihan mode shower:
waterfall (air terjun),
rainfall (hujan), dan tradisional
shower head. Saya biasanya memakai mode
rainfall. Kualitas pancuran air baik dengan kuantitas yang cukup dan suhu air hangat yang stabil. Saya pernah beberapa kali mandi di lounge di Indonesia dan biasanya pancuran airnya sangat lemah.
Setelah mandi yang menyegarkan, saya bersantai di lounge sambil menikmati bermacam-macam hidangan yang disediakan.
Tidak lama berselang, waktu boarding-pun tiba. Penerbangan kali ini menggunakan Boeing B777-300ER.
Pengaturan kursi di kelas bisnis (yang mereka namakan Club World Cabin), tidak seperti yang saya duga sebelumnya. Konfigurasinya unik dengan pengaturan 2-4-2, di mana 4 kursi menghadap depan dan 4 lainnya menghadap belakang. Saya pribadi tidak menyukai desainnya karena kursinya agak sempit dan beberapa kursi tidak memiliki akses langsung ke lorong. Apalagi jika dibandingkan dengan kursi di maskapai lainnya yang menggunakan konfigurasi 1-2-1, termasuk beberapa pesawat Garuda.
Ada kartu instruksi untuk menggunakan kursi yang berguna bagi saya berhubung cara penggunaannya agak membingungkan. Kursinya bisa dikonversi menjadi tempat tidur.
Berikut adalah foto
welcome drink dan pemandangan yang saya lihat ketika saya duduk. Untungnya kursi di sebelah, atau mungkin saya harus bilang di depan, saya kosong. Rasanya agak aneh kalau berpandang-pandangan dengan orang yang tidak dikenal di dalam pesawat, walaupun ini sebetulnya hal yang umum di dalam kereta.
Welcome drink dan lingkungan sekitar kursi | Dokumentasi pribadi
Ada ruang menyimpan barang yang cukup besar di dekat kaki saya.
Ini adalah foto yang menunjukkan monitor ketika dibuka. Sayangnya monitor harus dilipat atau disimpan saat lepas landas dan mendarat, jadi tidak mungkin untuk melihat film terus-menerus selama penerbangan.
Amenity kit yang disediakan juga terlihat unik.
Setelah lepas landas, makanan kecil berupa kacang dibagikan. Mereka tidak meletakkan kacang tersebut di dalam mangkuk kecil yang sebetulnya adalah etika yang benar.
Tidak lama berselang, servis makan malam dimulai. Ada beberapa pilihan makanan di menu yang disediakan. Makanan pembuka berupa  carpaccio of portobello mushroom with grilled artichokes, Pecorino cheese, dan balsamic vinaigrette. Di sebelah kiri ada hidangan salad.
Makanan pembuka|Dokumentasi pribadi
Makanan utama berupa grilled grass-fed Australian beef tenderloin with Choron sauce, roasted potatoes, asparagus, and parsnips. Sekalipun presentasi hidangan agak ala kadarnya, daging sapinya sangat lezat dan empuk.
Hidangan penutup adalah
Eton mess cake with fresh strawberry. Ini juga lezat, saya suka.
Setelah makan malam, saya segera merebahkan kursi dan tidur. Tidur saya cukup nyenyak, tapi terlalu pendek, hanya sekitar 4 jam, karena saya memilih untuk sarapan. Beberapa penumpang lainnya memilih untuk terus tidur tanpa sarapan.
Sarapan dimulai dengan teh hangat dan buah-buahan segar. Berikutnya adalah Scrambled egg, bacon, tomato chutney, and Emmental on homemade ciabatta. Rasanya sih lezat sekalipun penampilannya agak meragukan. Mungkin agak sulit juga untuk membuat makanan seperti ini terlihat menarik.
Tidak lama kemudian, pesawat mendarat dengan mulus di Sydney. Secara keseluruhan, saya sudah pernah mengalami banyak pengalaman terbang yang lebih baik. Lounge di Singapura bagus. Pelayanan dari awak kabin juga lumayan baik. Mereka tidak memanggil saya dengan nama, tapi secara keseluruhan pelayanan mereka sopan dan efisien. Makanan juga lezat sekalipun presentasi agak pas-pasan. Yang saya benar-benar tidak suka adalah konfigurasi kursi pesawat yang sesak untuk kelas bisnis. Menurut saya, ini adalah kursi kelas bisnis yang paling buruk yang pernah saya coba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya