Mohon tunggu...
Riza Ahmad Ibrahim
Riza Ahmad Ibrahim Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Optometrist

swimmer calistener musisian bloger

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Pria Misterius

9 April 2023   21:37 Diperbarui: 10 April 2023   17:51 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jauh dari tempat kecelakaan pria misterius mulai sempoyongan lalu melarikan diri ke daerah pegunungan. Tubuhnya yang kekar dan besar mulai menyusut tampak kehilangan kesadaran dari tubuhnya. Pria misterius tersebut memegang kedua kepalanya sambil membenturkan ke pohon yang disekitarnya seraya tampak kebingungan. "Ada apa dengan tubuhku ini, keluarlah sialan!" teriakan menggelegarnya. Tubuh yang mulai kehabisan tenaganya seolah melemahkan tubuh pria misterius. Teror malam berakhir cukup mencekam dan membuat pria misterius tersebut kelelahan.

Sinar mentari menyinari pagi nan cerah, diselimuti embun pagi dan udara segar di pegunungan. Aku pun membuka kedua mata di tengah semak-semak rumput pagi. Aku mengerutkan dahiku dan melihat keadaan sekitar sudah berbeda dari tempat tidurku. "Lhoo apa tidur ku sudah usai?" aku bertanya pada diri sendiri atas kebingunganku sendiri. Aku pun masih terheran kenapa tiba-tiba ada di tempat ini. Aku pun melihat kedua tanganku yang berlumuran darah yang entah darimana asalnya. Rasa cemas mulai menghampiriku. "Apa yang telah aku perbuat selama ini? Adikku, apakah kamu selamat?" aku bertanya pada diri sendiri. Kemudian aku melihat sekitar dan alam sekitar "Dimana aku? Ko bisa sampai sejauh ini? Apa aku tersesat? Heiiiii tolong aku!" aku pun berteriak seraya kebingungan.

Semalam aku terlelap tidur di samping adikku. Mimpi buruk itu seolah terulang kembali pada kehidupan nyataku. Aku begitu trauma keadaan yang telah terjadi padaku. Kehidupanku seringkali dilanda kesialan yang begitu amat menyakitkan.

Waktu dalam kandungan sang ibu, seakan-akan kemunculanku bagaikan kutukan untuk ayahku. Ia tidak menginginkan kelahiranku dan kehadiranku, tapi kasih sayang sang ibu hanya bertahan sebentar hingga aku berusia 5 tahun karena ia mengidap radang selaput otak yang pada akhirnya meninggal dunia. Selebihnya hanya penderitaan dan penyiksaan oleh sang ayah kepadaku. Memori yang begitu kejam yang pernah dialami oleh ku hingga saat ini rasanya mimpi itu tidak layak untuk diingat.

Akhir-akhir ini memori yang telah lampau memakan jiwaku. Aku tidak pernah ingat kejadian yang sering aku lakukan akhir-akhir ini. Trauma masa kecil seolah mengganggu kehipanku dan meruksak bagian jiwaku. Terkadang aku tidak menyadari tubuh ini seringkali bertindak di luar kendali. Adakalanya semua orang yang aku cintai lebih baik menjauh daripada harus berdekatan denganku. Penyiksaan yang kualami selama ini menjadi sebuah bentuk penolakan atas kendali tubuhku ini. 

Aku selalu berperang terhadap jiwaku yang kacau ini. Bayangan yang menemaniku selalu mejadi sumber kekuatanku. Entah kenapa tiap kali aku meminta pertolongan padanya rasa yang tersiksa ini selalu memberikan kepuasan terhadap penyiksaan. "Ada apa dengan ku? Tolong aku! Siapapun! Tolong! Aku tersesat di hutan ini" aku bertanya pada diri sendiri dengan kecemasan dan keanehan yang kualami setelah bangun tidur.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun