Mohon tunggu...
Riza Maulana Syarifudin
Riza Maulana Syarifudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang belajar menulis sesuatu yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi Menyatukan Hati Mendamaikan Negeri

27 Januari 2021   20:27 Diperbarui: 27 Januari 2021   20:46 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Sebagai umat beragama, langkah untuk mewujudkan dan menumbuhkan sikap toleransi yaitu dimulai pada diri sendiri ketika kita memahami dan mengetahui apa arti sebuah toleransi. Toleransi merupakan suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari nilai atau norma-norma agama, hukum, budaya dna sosial dimana seseorang harus menghargai dan menghormati apa yang dilakukan oleh orang lain. Selain itu, toleransi juga dapat dideskripsikan sebagai konteks sosial budaya dan agama mengenai sikap dan perilaku larangan adanya diskriminasi terhadap suatu kelompok yang berbeda atau terhadap kaum minoritas yang tidak diterima kaum mayoritas. Setelah mengetahui apa makna toleransi, kita juga perlu menanamkan jiwa nasionalisme. 

          Sebagai bagian dari warga negara Indonesia,   tentu kita tidak diwajibkan hanya sekadar tahu dan hapal pancasila, namun kita harus mengetahui makna yang terkandung dan tersirat didalamnya, terutama pada sila pertama. Pada sila pertama, aspek agama disebut pertama kali. Hal ini merupakan sebuah pertanda jika agama merupakan salah satu kebebasan manusia untuk meyakini apa yang dianut dan diyakininya. Sebagai warga negara Indonesia, kita juga harus berpegang teguh terhadap nilai-nilai pancasila di setiap kegiatan yang kita lakukan. Selain itu kita juga harus ingat bahwa pancasila merupakan dasar dan ideologi negara. Semboyan negara Indonesia yang berbunyi "Bhineka Tunggal Ika" juga sangat perlu dipahami akan makna yang tersirat didalamnya. "Bhineka Tunggal Ika" mempunyai makna segala perbedaan yang ada di indonesia, tak lantas membuat warganya terpecah belah begitu saja. Berbeda-beda namun tetap satu. 

          Selain pancasila, negara pun turut mengatur tentang agama, yang tertulis pada Undang-Undang Dasar 1945 Bab XI pasal 29 ayat (1) dan ayat (2). Dalam ayat (1) berbunyi, "Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" dan ayat (2) berbunyi "Negara menjamin kemerdaan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu". Dalam pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) sudah jelas tertulis bahwa Undang-Undang yang dibuat oleh negara tak hanya sekadar dibuat, namun juga untuk dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. 

         Tujuan dari dibuatnya Undang-Undang tersebut juga sudah jelas bahwa Negara Indonesia memberi jaminan kemerdekaan atau kebebasan kepada setiap warganya dalam menjalankan ibadah sesuai keyakinan yang dianut masing-masing. Selain itu, cara lain yang tidak kalah pentingnya dalam mewujudkan sebuah toleransi yaitu, bijak dalam bermedia. Dalam hal ini, seseorang dituntut untuk tidak mudah menyerap segala informasi dan isu yang ada sebelum ditelusuri kebenarannya. Berita hoax seringkali terjadi dan beredar di kalangan masyarakat. Terkadang ada beberapa jenis berita hoax yang marak terjadi, seperti  ujaran kebencian, menyulut amarah masyarakat serta memojokkan suatu kelompok tertentu. Selanjutnya, dalam menciptakan suasana damai, kita juga perlu untuk saling menjaga silaturahmi antar umat beragama agar tidak menimbulkan sikap saling curiga.

           Saling berkomunikasi dan berdiskusi juga sangat penting dilakukan untuk membangun sebuah hubungan yang baik supaya kita juga mengetahui seperti apa ajaran dari agama-agama yang lain. Dari situ kita dapat menambah wawasan dan pikiran kita terbuka luas. Dengan begitu, sikap saling curiga, perilaku menghakimi suatu kelompok, serta sikap tidak toleransi tak terjadi. Toleransi juga juga perlu ditanamkan sejak dini pada anak-anak. Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama bagi pembentukan karakter dan pribadi pada diri seorang anak. Orang tua memegang peranan penting dan strategis dalam perkembangan si buah hati. Keberhasilan dalam mendidik seorang anak tergantung pada kecakapan dan pola asuh orang tua. Para orang tua perlu mengajarkan, memberi contoh dan membiasakan sikap toleransi sejak dini. Toleransi mengajarkan anak untuk mempunyai pikiran terbuka terhadap budaya lain serta mendorong anak untuk belajar bekerjasama dengan orang lain. Toleransi juga mengajarkan kepada anak untuk menerima orang lain apa adanya dan dapat memperlakukan mereka sebagaimana kita ingin diperlakukan sebagai manusia. Selain itu, toleransi juga mengajarkan pada anak untuk menghargai orang lain tanpa harus menanggalkan identitas diri dan budaya. 

          Jika pada diri seorang anak tidkan memiliki rasa toleransi, maka ia akan mudah menilai orang lain berbeda dengan dirinya. Tidak mempunyai sikap toleransi merupakan langkah awal perundungan. Ketidaksukaannya dengan orang lain dapat ditunjukkan dengan mengejek, menyerang, mengganggu bahkan melakukan perundungan kepada orang lain. Seorang anak yang tidak memiliki rasa toleransi biasanya merasa tidak nyaman dengan kepercayaan, kemampuan dan nilai-nilai yang selama ini ditanamkan kepadanya. 

          Cara menumbuhkan sikap toleransi pada anak bisa dilakukan dengan menumbuhkan rasa cinta kasih. Tunjukkan dan tanamkan pada anak jika orang tua selalu mencintai dan mendukung bahkan disaat sang anak sedang menunjukkan perilaku yang tidak baik. Seorang anak perlu dibantu dan diarahkan untuk menjadi pribadi yang baik, bukan untuk dimarahi dan dihukum. Selain itu, menerima dan menghargai perbedaan setiap keluarga di rumah juga penting diajarkan kepada si buah hati. Memahami dan tidak memaksakan sifat, gaya bicara dan kemampuan berpikir anak agar sama dengan orang tua atau saudara lain. Sebagai orang tua, harus membantu anak untuk memiliki penghargaan diri dan nilai-nilai yang baik. Orang tua juga harus memperhatikan materi percakapan atau gaya bergurau yang berkaitan dengan stereotip ketika berada di dekat anak. Stereotip merupakan penilaian terhadap seseorang hanya dengan berdasarkan persepsi. Seorang anak akan mengingat perkataan dan cara orang tua dalam merespon ketika membahas suatu berita atau kehidupan seseorang. Menumbuhkan sikap toleransi sangatlah diperlukan agar tidak saling menimbulkan perpecahan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun