Mohon tunggu...
Andrizal Mxp
Andrizal Mxp Mohon Tunggu... -

Labelled MXP Till Death

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Public Relations ala Nabi Muhammad SAW (part 3 end)

16 September 2015   18:15 Diperbarui: 16 September 2015   18:15 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dibagian pertama kita telah mempelajari empat sifat terpuji yang melekat pada diri Nabi Muhammad SAW yang menjadi kekuatan beliau. Dibagian kedua juga telah diuraikan bagaimana beliau menerapkan konsep REACH dalam menjalankan tugasnya. Dibagian ketiga ini kita akan pelajari apa saja sikap dan perilaku beliau sehingga dakwah beliau dapat sukses dan berhasil dengan gemilang.

Selalu Tersenyum dan Tegas

Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Tersenyum ketika bertemu dengan saudara kalian adalah termasuk ibadah” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).

Beliau tidak hanya menganjurkan umatnya untuk menebarkan senyuman dan menampilkan muka berseri-seri kepada orang lain, beliau juga adalah teladan dalam perbuatannya tersebut. Beliau adalah sebaik-baiknya contoh dalam hal menebarkan senyuman dan menampilkan wajah yang berseri-seri.

Abdullah bin al-Harits Ra. Berkata, “Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah.” Husan Ra., cucu beliau, menuturkan mengenai keluhuran budi pekerti Nabi Muhammad SAW. Ia berkata, “Aku bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau. Ayahku menuturkan, ‘Beliau Saw. senantiasa tersenyum, berbudi pekerti lagi rendah hati. Beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja mengharapkan pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas...”.

Dengan meneladani karakter Nabi Muhammad SAW ini, seorang public relation tentu akan dapat bekerja dengan baik tanpa perlu berkonfrontasi dengan publiknya.

Bersikap Ramah dan Simpati

Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Orang yang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Beliau menghormati orang yang terhormat di setiap kaum dan memerintahkan mereka untuk menjaga kaumnya. Beliau selalu berhati-hati damalam setiap perilakunya dan selalu menunjukkan wajah yang ramah kepada mereka. Nabi Muhammad SAW tidak pernah lupa memperhatikan orang lain karena beliau takut mereka alpa atau berpaling dari jalan kebenaran. Beliau tidak pernah ragu-ragu dalam kebenaran dan tidak pernah melanggar batas-batasnya.

Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi beliau adalah orang yang paling banyak memperhatikan dan membantu orang lain. Sikap ramah dan simpati seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW inilah yang perlu diteladani oleh seorang public relations.

Berbicara dengan Retorika yang Baik

Aisyah Ra. Berkata:

“Rasulullah tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun, beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.” (HR. Abu Daud).

“Tutur kata Rasulullah sangat teratur, utaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehingga mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya.”

Anas bin Malik Ra. Berkata:

“Rasullullah sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat dipahami”.

Dalam berkomunikasi, Nabi Muhammad SAW selalu memperhatikan tingkat intelektualitas dan pemahaman lawan bicaranya (komunikan). Bahkan, beliau tak segan untuk mengulang perkataannya agar dapat dipahami lawan bicaranya. Salah satu yang menjadi khas retorika Nabi Muhammad SAW adalah beliau kerap kali mengawali pembicaraan dengan melontarkan pertanyaan. Beliau menggunakan metode bertanya guna menarik perhatian dan memancing pendengarnya. Selain itu, beliau juga kerap menggunakan bahasa tubuh atau isyarat agar lawan bicara mampu memahami dan lebih merasakan maksud dari ucapan beliau. Pernah pada suatu ketika beliau bersabda, “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lain.” Beliau mengucapkan perkataan tersebut sambil menggenggamkan kedua jemari tangannya.

Dengan memiliki retorika yang bagus, tentunya seorang public relations akan lebih mudah dalam mengkomunikasikan maksud dan tujuannya terhadap publik.

Berpenampilan Baik dan Menarik

Nabi Muhammad SAW selalu memperhatikan penampilan dirinya agar terkesan baik dan menyenangkan bagi orang yang menjalin komunikasi dengannya. Beiau tidak pernah menyepelekan masalah penampilan ini. Beliau memahami bahwa dengan memperhatikan penampilan diri, berarti seseorang itu menghormati dirinya dan orang lain. Termasuk dalam hal penampilan ini misalnya etika berpakaian, berbicara, duduk, berjalan, dan yang lainnya. Dalam hal berjalan, misalnya, beliau memberikan contoh yang sangat baik. Langkah kaki beliau mantap dengan postur yang tegap. Mengangkat kakinya ketika berjalan dan bukan menyeretnya.

Dalam berbusana, beliau melarang menggunakan pakaian yang terlalu panjang, apalagi hingga harus diseret (terkena lantai). Untuk menjaga kehormatan, beliau melarang laki-laki berpakaian seperti perempuan, demikian pula sebaliknya. Beliau [un tidak suka memakai pakaian yang bertambal atau lusuh, karena menurut beliau, Allah SWT senang melihat jelak nikmat-Nya pada hamba-Nya. Jadi, sudah semestinya jika seorang Public Relations selalu tampil menarik dan menawan agar mudah mendapat simpati publiknya. Dengan begitu, ia akan semakin mudah menjalankan tugasnya.

Memiliki Leadership

Nabi Muhammad SAW memberikan banyak sekali arahan dan contoh dalam masalah ini, berikut ini adalah tips kepemimpinan yang diajarkan dan dilakukan oleh beliau;

  • Memiliki keyakinan untuk sukses. Keyakinan merupakan kunci kemenangan, keyakinan merupakan pintu untuk membuat perencanaan dan melakukan aksi. Beliau mengajarkan umatnya agar memiliki keyakinan dan iktikat yang kokoh.
  • Memiliki visi, misi dan strategi yang jelas. Visi adalah tujuan jangka panjang atau sebuah mimpi di masa depan yang hendak kita wujudkan dan kita hadirkan dengan tekad yang bulat dan kerja keras. Strategi adalah cara untuk mencapainya.
  • Melakukan brainstorming. Beliau kerap melakukan diskusi kelompok atau musyawarah yang bertujuan untuk mencari solusi masalah. Misalnya dalam perang Badar, beliau menerima masukan dari Hubab bin al-Mundzir agar berada dekat mata air dan menimbun mata air lainnya.
  • Melakukan perencanaan yang matang. Beliau mengawali misi dan tugasnya dengan tahapan-tahapan yang sangat jelas. Misalnya siapa melakukan apa, di mana, mengapa, dengan cara apa, demikian halnya dengan berbagai antisipasinya.
  • Memanfaatkan Intelijen dengan baik. Data-data hasil pemantauan, pengamatan dan audit dikumpulkan untuk dijadikan sebagai alat untuk pengambilan keputusan.
  • Turut dalam suka dan duka. Beliau memiliki sifat yang sensitif dan peduli (simpati) kepada anak buah dan rekan kerjanya. Beliau turut dalam suka dan duka bersama sahabatnya.
  • Penugasan secara bergilir. Beliau memberikan tugas kepada para sahabat secara bergantian, ini bertujuan untuk melatih anak buah guna menempati berbagai penugasan dan berbagai posisi yang berbeda, dengan demikian akan lahir calon-calon pemimpin yang matang.
  • Menyusun administrasi yang baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya Piagam Madinah, Perjanjian Hudaibiyah, serta dakwah melalui surat kepada para raja. Bahkan, beliau memiliki sekretaris pribadi yang bertugas mencatat wahyu dan segala apa yang terjadi di Madinah.
  • Memberikan pujian. Beliau banyak memberikan pujian dan motivasi kepada para sahabatnya, beliau lebih banyak memberikan reward daripada punishment, beliau juga sering memberikan gelar yang indah dan bagus baik terhadap istri-istrinya maupun sahabat-sahabatnya.
  • Berdoa. Sehebat apa pun keahlian kita, sekeras apa pun kerja kita, seteliti apa pin perencanaan kita, selihai apa pun strategi kita, dan sebanyak apa pun fasilitas yang kita miliki, semuanya tidak akan maksimal tanpa didukung dengan doa. Beliau mengajarkan doa-doa kepada kita untuk menyempurnakan keberhasilan.

Demikianlah kepemimpinan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, semua itu bisa menjadi pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam mengelola organisasi oleh seorang Public Relations.

Sudah siapkah Anda untuk menjadi seorang PR ala Nabi Muhammad SAW?

 

 Sumber:

Iqra’ al-firdaus, 2013. Kiat hebat Public Relations ala Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta: Najah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun