Mohon tunggu...
Fahrizal Satriarga
Fahrizal Satriarga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

what u see, u become

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perjuangan Jatuh-Bangunnya PSIM Yogyakarta di Tahun 90-an

8 Maret 2021   10:55 Diperbarui: 12 Maret 2021   19:55 1822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contohnya saja seperti Tunas Nusa Harapan yang sebelumnya ditakuti di Divisi Utama PSSI mengalami degradasi, sementara Boedi Oetomo Moeda yang ditangani YB Soegiyanto juga mengalami hal yang sama, padahal klub ini ditangani secara serius dan tunjangan dana yang bisa dibilang cukup besar. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa klub merupakan penunjang utama perserikatan, dalam membentuk satu tim yang tangguh dan disegani lawan. Bila klub tidak memiliki pelatih yang 'handal' dan bisa menjadi panutan pemain, jelas perserikatan yang menjadi induk klub tersebut akan kesulitan dalam membentuk satu tim yang tangguh.

3.) Prestasi yang DIimpikan Tak Kunjung Teraih

Jika masa penantian PSIM untuk lebih berkiprah di kancah sepak bola nasional menunggu hingga 60 tahun setelah tahun 1932, memang dapat dikatakan sebagai satu masa yang cukup lama. Sebenarnya Yogyakarta yang menjadi tempat kelahiran organisasi tertua dan terbesar di tanah air, memiliki potensi untuk berkembang seiring perkembangan zaman. Pada era Profesor Dr. Sardjono menjadi pelatih, sepak bola di DIY berhasil masuk delapan besar Indonesia, namun pada saat itu belum ada pembagian Divisi seperti sekarang. Mungkin ini menjadi kendala pada saat itu kenapa sepak bola daerah sangat sulit untuk muncul ke permukaan.

Dibawah pimpinan Ir. Dasron Hamid MSc, PSIM mengembangkan diri berdsarkan tiga patokan yaitu, konsolidasi organisasi, pembinaan tim, dan melancarkan roda kompetisi. Sejak berkecimpung di PSIM tahun 1975 saat ketua umum PSIM dipimpin Sojo Budiarto, dan kemudian di jabat oleh Achmad pada tahun 1985 - 1988 yang diperpanjang satu periode 1988 - 1992.

Diawal kepengurusan Ir. Dasron Hamid MSc memulai pertarungan dari kampung ke kampung untuk menerobos ke Divisi 1 PSSI. Mendapat campur tangan dari Soewardi (mantan Danrem 072/Pamungkas) dan Tuswandi (mantan Dandim Yogyakarta) membuat PSIM mulai mengenal kompetisi yang semakin ketat. Pada zamannya Mellius Mau dan kawan - kawan, peluang lolos ke Divisi Utama PSSI sebenarnya ada, saat Persija dan Persema terdegradasi. Namun sayangnya PSSI berhasil mengutak - utik peraturan agar Persija tidak terdegradasi ke Divisi 1 PSSI, hingga dilangsungkan pertandingan promosi degradasi, dimana Persiba Balikpapan mendampingi Persija promosi ke Divisi Utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun