Mohon tunggu...
Rizal Pratama
Rizal Pratama Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Generasi "Menunduk"

2 November 2017   10:54 Diperbarui: 2 November 2017   12:11 4421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Ketagihan', mungkin itulah kata yang paling tepat saat ini untuk menggambarkan fenomena yang terjadi pada generasi millenial, tak terkecuali saya sendiri. Duet maut perkembangan teknologi yang telah mengubah dunia hingga detik ini, bukan lain dan tidak bukan yaitu internet dan gadget. Sangat bergantung pada benda kecil yang bisa menyala yang biasa disebut 'gadget'. Di era yang modern seperti ini, kita tidak akan pernah bisa menghindari fenomena tersebut. Bertegur sapa di tempat umum sudah menjadi hal yang sedikit asing. Mereka terlalu sibuk memandang sebuah layar kecil yang ada di gengamannya. 

Bayangkan saja, jika bagi mereka yang sudah terkena suatu sindrom gadget tersebut pasti akan rela untuk menghabiskan sebagian besar waktu yang produktifnya itu dengan menyibukkan diri untuk bermain gadget. Hampir sebagian besar di setiap aktivitas mereka selalu tidak pernah bisa untuk terlepas dari gadget mereka. Dari mulai mereka bangun pagi hingga menjelang tidur malam hari, gadget akan selalu berada didalam genggaman tangan. Baterai gadget habis saja bingung.  Tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini suatu kehadiran teknologi yang canggih mempermudah kita dalam banyak hal. Tapi disisi lain, kehadiran teknologi juga bisa memperbudak kita menjadi orang yang anti sosial.

Saat berjalan mencari makan, banyak orang menunduk sambil buka-buka ponselnya. Saat berkumpul dengan teman atau kerabat, bukannya bercengkrama tapi malah menunduk membuka gadgetnya. Saat sampai di rumah mejelang tidur, bukannya langsung istirahat, belum cuci kaki pun masih sempat mengambil gadget dari saku celana lalu menunduk lagi. Duduk berdampingan pun masih sempat sibuk dengan gadget masing-masing. Dan lagi-lagi, mereka menunduk dengan cekikikan dan senyum-senyum sendiri tanpa menghiraukan keberadaan orang lain disekitarnya. Hal ini ternyata membuat kita merasa nyaman, bahagia,  dan punya banyak teman. Tapi nyatanya, bahwa semua yang kita lakukan ini adalah semu. 

Sekarang yang menjadi masalah adalah pada saat fenomena tersebut menimbulkan efek ketidak­pedulian pada sosial bagi para remaja dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan intensitas komunikasi yang secara verbal terhadap orang-orang terdekat akan menjadi sangat berkurang bahkan hilang sama sekali. Akibatnya suatu keakraban yang sudah terjalin di dunia nyata maka tidak terikat kuat lagi. Nah , jika sudah begitu, sekarang perpecahan yang terjadi pada sesama kemungkinan yang terbesar dapat terjadi. 

Dunia nyata seolah telah menjadi dunia yang semu. Dan dunia yang hakiki ada di dunia maya. Makin banyaknya manusia yang masuk dunia ‘maya’ ternyata justru membuat hidup mereka makin ‘nyata’ dan berwarna. Sekalipun kita aktif dalam sosial media, namun belum tentu kita aktif dalam kehidupan sosial di dunia nyata. Sosial media sepertinya sudah di dewa-kan oleh kaum anak muda dan tua. Sehari saja lepas dari gadget, rasanya seperti kehilangan nyawa. Lebih baik ketinggalan buku daripada ketinggalan gadget bukan? 

Pernahkah kita berpikir bahwa banyak hal yang sesungguhnya harus kita pahami bahwa ketagihan online ternyata semakin menjauhkan kita dari kehidupan positif bersama orang lain di sekitar kita?. Ini harus segera dihentikan. Karena jika tidak, para penerus bangsa akan terlahir menjadi ‘generasi menunduk’ yang kesehariannya hanya dihiasi dengan aktivitas online yang tak selalu berdampak positif dan akan menjadi generasi yang apatis, tak punya empati, dan semakin meningginya rasa 'bodo amat' yang ada di dalam dirinya.

Di masa ini, kita telah menjadi korban dari perkembangan teknologi. Jadi jangan biarkan anak-anak kita di generasi mendatang merasakan hal yang makin parah di masa depan. Jadikan mereka tetap memprioritaskan kehidupan sosial dan lebih bahagia saat bertemu dengan banyak orang. Jangan biarkan ruang keluarga sepi hanya karena setiap anggota keluarga asyik dengan gadget masing-masing. Jangan biarkan waktu berkumpul bersama kerabat menjadi tidak berkualitas hanya karena efek 'ketagihan' tersebut. Kekonyolan karena internet takkan terjadi jika kita sama-sama dewasa dalam menanggapi perkembangan teknologi yang luar biasa di masa ini. Oleh karena itu, jangan bodohi diri sendiri karena dikuasai teknologi. Kita adalah manusia cerdas yang harus lebih pandai menguasai teknologi, bukan teknologi yang menguasai kita. Sehingga kita dapat memperlakukan teknologi ini dengan lebih bijak, terutama internet.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun