Mohon tunggu...
Rizal
Rizal Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penulis Bebas dan Deisme

Upload Artikel Setiap Selasa dan Sabtu✍️ Dan Hanya Menulis Sesuatu Yang Saya Pikirkan ✍️

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar menjadi Otentik di Dunia Politik dari Sosok Sokrates

16 Juli 2024   17:54 Diperbarui: 16 Juli 2024   17:57 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sokrates. Sumber ilustrasi: Freepik 

Kehidupan politik di Indonesia, seringkali hanya mementingkan kepentingan golongan daripada kepentingan individu. Sehingga dunia politik Indonesia membuat banyak orang yang kehilangan keotentikan dirinya sendiri akibat terlalu mengikuti pendapat orang banyak yang belum tentu cocok bagi dirinya. Pada pemilu serentak kemarin, terlihat sekali banyak orang yang kehilangan keotentikan dirinya sehingga ia rela melakukan apa pun demi kepentingan golongannya, walaupun golongan mereka salah alias mereka bersifat terlalu buta dan fanatik habis-habisan pada kelompok mereka.

 

Di tengah dunia politik Indonesia yang membuat keotentikan diri kita menjadi hilang. Kita bisa kembali untuk menjadi otentik, melalui 3 cara menjadi otentik di dunia politik dari sosok Socrates. Dalam buku karya Reza A.A Wattimena, yang berjudul Filsafat Perselingkuhan Sampai Anorexia Kudus, di halaman 15-16. Ada tiga hal atau cara yang bisa kita terapkan dari sosok Socrates, agar menjadi otentik di dunia politik. Yang dimaksud politik di sini, bukan hanya politik pemerintahan yang seringkali bermasalah tetapi politik di sini adalah tentang politik kehidupan bersama.

 

1. Memiliki Keberanian

Di tengah kehidupan politik atau kehidupan bersama yang terus mengalami perubahan yang signifikan. Praktek politik praktis yang seringkali terlintas niat busuk di dalamnya, membuat kita harus memiliki keberanian dalam menerima dan menentangnya. Kita harus menganggap kesulitan dan tantangan politik atau kehidupan bersama di Indonesia, sebagai sebuah kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bermakna buat semua orang. Itulah yang di lakukan oleh Socrates.

 

2. Rela dan Setia Hidup dalam Kesepian

Keaslian atau keotentikan diri kita terlihat ketika kita saling berbeda pendapat satu sama lain. Dan biasanya apabila kita memilih untuk berbeda dengan orang lain, seringkali kesepian datang menemani kita.

Kesepian mungkin muncul dari rasa kurang dihargai atau dimengerti oleh kelompok kita. Kesepian itulah yang bercokol di hati Socrates, yang kala itu ingin di hukum mati akibat dirinya yang memilih berbeda daripada kebanyakan penduduk Yunani.

Rasa kesepian harus kita lawan dengan keberanian bahwa berbeda itu lebih baik daripada sekedar bersifat hipokrit hanya demi menyesuaikan diri dengan kelompok yang tidak menghargai diri kita sendiri. Dua hal itu harus diandalkan untuk menjadi otentik, tanpa dua itu orang akan cenderung bersifat hipokrit atau bisa konformis, alias menyesuaikan diri dengan kelompok, main aman dan bermental pengecut.

 

3. Keberanian Berpikir Independen

Semboyan dalam Enlightment Eropa yang adalah keberanian untuk berpikir sendiri atau independen. Kebanyakan masyarakat kita seringkali menyerahkan banyak keputusan-keputusan kepada otoritas tertentu, baik dalam segi agama dan budaya, tanpa adanya kemandirian berpikir untuk menciptakan keputusan sendiri, banyak orang di masyarakat kita hanya mengandalkan orang lain untuk bisa berpikir dan memutuskan sesuatu. Ketidakmampuan tersebut bukan karena kecerdasan atau IQ yang jelek, melainkan hanya tidak memiliki keberanian dan takut hidup dalam kesepian.

 

Itulah tadi 3 cara yang bisa kita lakukan untuk menjadi otentik di dunia politik atau kehidupan bersama dari sosok Socrates. Semoga artikel kali ini bisa memberikan manfaat buat semuanya. Dan sampai jumpa di artikel selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun