Mohon tunggu...
Mikey
Mikey Mohon Tunggu... Lainnya - Hhh

Uuuu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sistem Pendidikan yang Mendiskriminasi Kecerdasan Anak Indonesia

7 April 2024   00:03 Diperbarui: 7 April 2024   13:37 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Diskriminasi Kecerdasan di Sekolah. Sumber ilustrasi: m.kaskus.co.id

Dalam kehidupan pribadi saya, seringkali banyak yang bertanya kepada saya seperti,"Bagaimana cara agar bisa jadi cerdas dan pintar seperti kamu?". Meskipun demikian saya tidak pernah merasa bahwa saya ini pintar dan cerdas, hanya ada satu yang saya tahu, bahwa saya tidak mengetahui apapun. Saya memiliki kepercayaan bahwa semua manusia itu cerdas di bidang mereka masing-masing. Oleh karena itu, tidak dapatlah kita katakan bahwa ada manusia yang tidak cerdas, karena kecerdasan itu banyak dan unik, serta tak ada satupun yang memiliki kecerdasan yang sama persis.

Menurut saya, yang membuat banyak orang tidak mengetahui apa bakat dan minat mereka adalah sistem pendidikan kita yang masih buruk. Dalam perspektif saya, sekolah sekarang bersifat sangat diskriminatif, di mana siswa yang pintar akan diberikan perhatian yang lebih, di banding dengan siswa yang kurang pintar, yang seringkali tidak mendapatkan perhatian apapun dari sekolah mereka. Ada sebuah paradoks yang terjadi di sini, banyak sekolah menginginkan siswa mereka itu pintar, tetapi guru-guru mereka sendiri tidak memiliki kompetensi dalam mengajar. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada tahun 2015 menunjukkan bahwa hampir 80% guru di Indonesia, tidak sampai nilai KKM dalam ujian kompetensi guru. Dari data ini dapat di simpulkan bersama-sama, bahwa bagaimana mungkin banyak sekolah yang mau siswa nya pintar-pintar, tetapi guru-guru mereka sendiri banyak yang tidak memiliki kompetensi dalam mengajar? Data ini sudah saya buktikan sendiri dari pengalaman pribadi saya, bahwa saya banyak mendapatkan guru-guru yang tidak kompeten bahkan menurut saya mereka itu tidak pantas menjadi guru. Di sini, saya tidak bermaksud sama sekali untuk merendahkan guru, tetapi jika berbicara data sekali lagi. Ahli world bank mengatakan bahwa guru-guru Indonesia yang tidak kompeten, menjadi penyebab utama kurangnya kualitas pendidikan di Indonesia.

Dalam pendapat pribadi saya yang dilandasi dengan teori multiple intelligences dari Howard Gardner. Bagi saya setiap anak itu unik dan berbeda satu sama lain. Ada anak yang bodoh dalam matematika tetapi jago main bola, ada anak yang bodoh main bola tetapi pintar fisika, dan ada anak yang jago akademik tetapi tidak bisa olahraga. Kesimpulan singkat yang bisa saya simpulkan adalah bahwa setiap anak itu cerdas, tidak ada anak yang bodoh di Indonesia. Yang ada hanyalah pemerintah dan guru yang kurang bijaksana dalam mengelola sistem pendidikan kita. Semoga informasi ini bermanfaat, dan sampai jumpa di artikel selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun