Mohon tunggu...
Mikey
Mikey Mohon Tunggu... Lainnya - Hhh

Uuuu

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

2 Tugas Utama Pemerintah Yang Gagal Di Laksanakan

24 Maret 2024   23:14 Diperbarui: 24 Maret 2024   23:20 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Kelulusan Mahasiswa. Sumber ilustrasi: sinarharian.com

Indonesia merupakan negara dengan ekonomi tertinggi di ASEAN, di kutip dari situs databoks.katadata.id. Kendati demikian, ekonomi tertinggi menyisakan fakta pahit yang terlihat jelas. Di mana, dua tugas utama pemerintah ini tampak gagal di eksekusi oleh pemerintahan kita. Padahal, dua tugas tersebut merupakan kewajiban pemerintah yang paling fundamental dan penting untuk di eksekusi. 

Pengamat politik, filsuf dan akademisi terkemuka yaitu Rocky Gerung pernah mengatakan, "Pemerintah memiliki dua kewajiban utama dalam konstitusi". Berikut ini akan saya jabarkan dua tugas utama tersebut dengan mengambil perspektif saya pribadi dan pendapat Rocky Gerung.

1. Pelihara Fakir Miskin

Tangan yang sedang meminta sesuatu. Sumber ilustrasi: milinealnews.id
Tangan yang sedang meminta sesuatu. Sumber ilustrasi: milinealnews.id

Tugas pertama pemerintah dalam konstitusi menurut Rocky Gerung, adalah memelihara fakir miskin atau masyarakat yang kurang mampu. Tugas pertama ini terlihat gagal di eksekusi oleh pemerintahan kita. Di mana, stunting secara angka masih belum sesuai standar dari UNESCO yaitu kurang dari 20%. Dilansir dari situs kementerian kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia masih di angka 21% lebih. Bahkan dalam CNBC Indonesia, wakil presiden Ma'ruf Amin memanggil seluruh kabinet untuk berdiskusi soal stunting yang hanya turun 0,1% secara nasional. Pemberian bansos yang juga masih tidak tepat secara sasaran. Berdasarkan, catatan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, pada awal 2021 hingga awal 2023, Indonesia mengalami kerugian Rp 523 miliar per bulan, akibat bansos yang salah sasaran dan justru diberikan kepada yang tidak berhak. Dikutip dari www.kompas.id. Dari stunting yang masih belum di angka standar, dan bansos yang salah sasaran. Terlihat sekali kegagalan pemerintah kita memelihara fakir miskin atau masyarakat yang kurang mampu di Indonesia. Saya berharap akan ada perbaikan di periode pemerintahan selanjutnya untuk masalah ini agar fakir miskin dan masyarakat yang kurang mampu terpelihara dan diberikan hak-hak nya yang merupakan kewajiban utama bagi pemerintah.

2. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Acara Kelulusan Mahasiswa. Sumber ilustrasi: sinarharian.com
Acara Kelulusan Mahasiswa. Sumber ilustrasi: sinarharian.com
Tugas utama kedua, bagi pemerintah menurut Rocky Gerung adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi, lagi-lagi tugas ini gagal di eksekusi oleh pemerintahan kita. Dilansir dari situs goodstats.id, skor IQ nasional Indonesia menurut penelitian hanya sebesar 78,49. Di mana, skor tersebut menurut para ilmuwan adalah skor IQ bagi orang-orang yang bodoh. Dari angka skor IQ tersebut terlihat kegagalan pemerintah kita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan di Indonesia juga memiliki berbagai problematika yang tidak terselesaikan. Sistem pendidikan di Indonesia, tidak memiliki kejelasan dan tidak mengajarkan kepada para pelajar di sekolah hal-hal yang relevan buat kehidupan atau masa depan mereka. Dilansir dari CNBC Indonesia, worldtop.20.org, merilis rangking sistem pendidikan dunia, di mana Indonesia menduduki peringkat ke-67 dari 209 negara di seluruh dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pendidikan Indonesia masih kurang dalam hal kualitas. Saya sangat berharap agar sekiranya kecerdasan bangsa Indonesia bisa naik secara signifikan. Semoga pemerintah mendengar aspirasi saya, untuk membuat bangsa ini cerdas maka buatlah sistem pendidikan yang baik dan berikan hal-hal yang relevan dan dibutuhkan oleh para pelajar di sekolah.

Saya berharap informasi dari artikel saya kali ini, bermanfaat buat semuanya. Jika, ada kekurangan atau kecacatan dari artikel saya, mohon untuk di koreksi dan didiskusikan dengan akal sehat. Sampai jumpa pada artikel saya yang selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun