Waka, seorang pejabat yang terkenal dengan ketegasannya, Â mengadu kepada wali dengan wajah suram. Hari itu, ia merasa harga dirinya terusik oleh perilaku seorang bawahannya, Bang Rusmin. "Izin, Wali. Saya habis dibully Bang Rusmin," ujar Waka sambil menunduk.
Wali yang sedang memikirkan kesejahteraan anggota, mengangkat pandangannya sejenak. "Ya tegur, kamu kan pejabat. Tunjukkan wibawamu," jawabnya dengan nada santai, tak ingin memperpanjang persoalan.
Meski singkat, nasihat Wali itu membekas di hati Waka. Ia sadar bahwa sebagai seorang pejabat, dirinya harus mampu menyelesaikan masalah dengan bijak tanpa melibatkan emosi. "Siap dilaksanakan, Wali. Saya izin mengumpulkan Bang Rusmin dan kawan-kawan untuk memberikan teguran," balas Waka dengan nada tegas.
Setelah lapor kepada Wali, Waka mulai menyusun strategi. Ia tidak ingin hanya sekedar melampiaskan kekesalan, tetapi memberikan pelajaran yang dapat diterima semua pihak. Ia pun memanggil Rusmin bersama beberapa rekan lainnya ke ruang makan.
Saat semua sudah berkumpul, Waka memulai pembicaraan. "Bang Rusmin, saya dengar ada candaan yang tidak sepantasnya tadi. Apa benar begitu?" tanyanya dengan nada lembut namun penuh wibawa.
Bang Rusmin, yang awalnya tersenyum santai, mulai menyadari keseriusan situasi. "Maaf, Pak Waka. Itu cuma bercanda, nggak ada maksud buruk," jawabnya sedikit gugup.
Waka mengangguk. "Saya hargai kejujuranmu. Tapi, sebagai bagian dari siswa, kita harus saling menghormati, terutama di tempat pendidikan. Candaanmu tadi membuat saya merasa tidak nyaman. Kalau posisi kita dibalik, apakah kamu akan terima?" tanyanya dengan nada penuh pengertian.
Bang Rusmin terdiam, lalu mengangguk pelan. "Saya paham, Pak. Maafkan saya. Saya akan lebih berhati-hati ke depannya," katanya tulus.
Waka pun melanjutkan pembicaraan dengan nada yang lebih bersahabat. "Baik, saya percaya kita semua bisa bekerja sama dengan lebih baik. Ini hanya teguran, bukan hukuman. Saya harap ke depan, kita bisa menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif."
Percakapan itu berakhir dengan kesepakatan untuk memperbaiki sikap dan menjaga keharmonisan di pusdik. Waka keluar dari ruangan dengan hati lega, sementara Bang Rusmin belajar arti pentingnya menghormati orang lain, tak peduli jabatan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H