Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Tentara - Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Instagram dan Sensitivitas Berlebih

21 Oktober 2024   08:03 Diperbarui: 21 Oktober 2024   08:17 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ancaman Bagi Kebebasan Berinteraksi Digital

Instagram, salah satu platform media sosial terbesar di dunia, belakangan ini semakin sensitif dalam menerapkan kebijakan moderasinya. Banyak pengguna mengeluhkan bahwa akun mereka seringkali dinonaktifkan secara tiba-tiba tanpa penjelasan yang jelas. Padahal, mereka merasa tidak melanggar aturan yang ditetapkan. Kejadian ini menimbulkan keresahan dan pertanyaan di kalangan pengguna, terutama mereka yang mengandalkan Instagram sebagai media promosi, bisnis, atau platform komunikasi.

Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah algoritma Instagram yang semakin ketat dalam mendeteksi konten yang dianggap melanggar. Algoritma ini dirancang untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna, namun sering kali terlalu cepat memberikan sanksi. Akibatnya, banyak akun yang ditangguhkan hanya karena unggahan yang tidak seharusnya dianggap melanggar aturan, atau karena laporan yang belum tentu akurat.

Penonaktifan akun ini jelas sangat merugikan, terutama bagi pengguna yang mengandalkan Instagram sebagai platform bisnis. Banyak pelaku usaha kecil yang kehilangan akses ke akun mereka, yang berarti mereka kehilangan pelanggan, reputasi, dan potensi pendapatan. Hal ini juga terjadi pada kreator konten yang sumber penghasilannya berasal dari Instagram. Ketika akun mereka tiba-tiba hilang, dampak finansial yang dirasakan sangat signifikan.

Di sisi lain, Instagram tampaknya kurang memberikan ruang bagi penggunanya untuk membela diri. Proses banding terhadap penonaktifan akun sering kali lambat dan tidak transparan. Pengguna harus menunggu dalam ketidakpastian selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, untuk mendapatkan kembali akses ke akun mereka. Hal ini menambah frustasi dan mengikis kepercayaan pengguna terhadap platform ini.

Situasi ini menimbulkan pertanyaan penting tentang bagaimana sebuah platform digital seharusnya mengelola konten dan penggunanya. Di satu sisi, moderasi yang baik diperlukan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan komunitas digital. Namun di sisi lain, pendekatan yang terlalu ketat tanpa mekanisme yang adil bisa merugikan banyak pihak. Instagram perlu meninjau ulang kebijakannya agar tidak terlalu mengorbankan hak-hak pengguna dalam upaya menjaga ketertiban.

Banyak pengguna merasa bahwa Instagram semakin sulit digunakan dengan aman. Pengguna yang tak pernah melanggar aturan tetap khawatir bahwa akun mereka bisa lenyap kapan saja. Ketakutan ini mengubah cara mereka berinteraksi di platform tersebut, membuat mereka lebih hati-hati dan membatasi ekspresi diri, yang justru bertentangan dengan tujuan awal media sosial sebagai ruang terbuka untuk berkomunikasi dan berbagi.

Kritik atas kebijakan ini juga mencuat di media sosial lainnya. Pengguna beralih ke Twitter, TikTok, dan platform lain untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap Instagram. Ironisnya, hal ini justru memperlemah dominasi Instagram di ranah media sosial, karena pengguna beralih ke alternatif yang lebih "ramah pengguna."

Jika Instagram tidak segera mengatasi masalah ini, bisa jadi platform tersebut kehilangan kepercayaan banyak pengguna. Bisnis-bisnis kecil dan kreator konten yang terdampak bisa memilih untuk beralih ke platform lain yang menawarkan lebih banyak kepastian dan kontrol bagi penggunanya. Hal ini akan merugikan Instagram, baik dari sisi finansial maupun reputasi.

Ke depannya, penting bagi Instagram untuk mendengarkan umpan balik dari komunitas penggunanya. Moderasi konten yang adil, transparan, dan akuntabel harus menjadi prioritas. Tanpa itu, platform ini berisiko kehilangan relevansinya sebagai media sosial yang dipercaya dan digunakan secara luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun