Mas Bhumi, anakku tercinta. Ia mengajakku pergi ke toko buku, tempat favoritnya. Aku tahu betul, perpustakaan dan toko buku selalu menjadi pilihan utamanya ketika ia ingin menghabiskan waktu. Dengan penuh semangat, aku pun menyetujui ajakannya, membayangkan sore yang akan diwarnai oleh keasyikan kami di tengah tumpukan buku.
Sore itu, setelah pulang kerja, aku disambut dengan ajakan penuh semangat dariSesampainya di toko buku, tak butuh waktu lama bagi Mas Bhumi untuk menuju rak favoritnya. Seakan sudah hafal dengan letaknya, ia langsung menuju bagian "Social Science". Dari jauh aku bisa melihat bagaimana matanya berbinar-binar, seperti menemukan harta karun yang sudah lama ia cari. Buku adalah dunia bagi Mas Bhumi, jendela yang membawanya ke berbagai dimensi dan pemikiran.
Saat aku mendekat, kulihat di tangannya sebuah buku dengan cover yang langsung menarik perhatianku. Buku itu menampilkan potret Chairil Anwar, penyair besar yang terkenal dengan karya-karyanya yang penuh emosi dan kebebasan. Mas Bhumi selalu tertarik dengan tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam dunia sastra, dan Chairil Anwar jelas termasuk dalam daftar idolanya.
"Bhumi mau ini, yah" ucapnya penuh semangat. Aku bisa melihat kebahagiaan di wajahnya. Bagiku, momen seperti ini sangat berharga. Tak hanya karena kami menghabiskan waktu bersama, tetapi juga karena aku melihat Mas Bhumi tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu. Buku-buku yang ia baca selalu memberi pengaruh positif dalam pola pikir dan pandangannya terhadap dunia.
Aku tak bisa menyembunyikan kebanggaanku. Sejak kecil, Mas Bhumi memang gemar dengan buku, walaupun untuk mengetahui isi buku tersebut harus dibacakan oleh ibundanya. Kecintaannya pada buku tidak pernah luntur, bahkan semakin kuat seiring bertambahnya usia. Ia adalah anak yang selalu ingin tahu, selalu haus akan pengetahuan, dan selalu ingin memahami hal-hal baru melalui tulisan-tulisan yang dibacakan oleh ibundanya.
Toko buku ini bukanlah yang terbesar, namun suasananya begitu nyaman. Rak-rak tinggi penuh buku seakan menjadi labirin yang menyenangkan untuk dijelajahi. Dan di tengah labirin itu, aku mengikuti langkah Mas Bhumi yang sudah menetapkan tujuannya sejak awal. Ia tak hanya mencari buku, tapi juga pengalaman baru dalam setiap halaman yang dibukanya.
Setelah menemukan buku Chairil Anwar, kami pun berjalan menuju kasir. Saat kami melangkah keluar dari toko, aku menyadari bahwa sore ini bukan sekadar perjalanan ke toko buku. Ini adalah bentuk dukungan tak langsungku terhadap perjalanan intelektual Mas Bhumi. Melihat bagaimana ia memilih buku dengan penuh kesadaran, aku yakin bahwa ia akan terus tumbuh menjadi individu yang memiliki wawasan luas dan berjiwa mandiri.
Perjalanan kami sore itu berakhir dengan senyuman lebar di wajahnya. Buku Chairil Anwar itu sudah dalam genggamannya, siap untuk dijelajahi malam ini. Sementara aku, merasa bangga bisa menemani dan mendukung hobinya yang begitu positif. Di tengah rutinitas yang padat, momen sederhana seperti ini selalu menjadi pengingat bahwa waktu bersama anak, apalagi di tempat yang ia cintai, adalah hal yang tak ternilai harganya.
Aku pun tersenyum, karena sadar bahwa di dalam diri Mas Bhumi ada semangat seorang pencinta ilmu yang tak pernah padam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI